DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

TERLIHAT MASALAH (2)



TERLIHAT MASALAH (2)

"Aku ingin membahagiakanmu sekarang Jeev." ucap Ivan sambil menarik pelan batang milik Jeevan kemudian di masukkannya ke dalam mulutnya dan mengocoknya keluar masuk dengan sesekali menggigit dan menghisap kuat ujung batang milik Jeevan.     

"Aaakkkhhh!!" Jeevan menggeram tertahan dan mengeluarkan desahan panjang saat geloranya sudah pada puncak klimaksnya dan melepaskan cairan kental yang masuk ke dalam mulut Ivan dan beberapa meluber di daerah mulut Ivan.     

"Apa kamu sudah senang Van?" tanya Jeevan berniat pergi secepatnya setelah membuat Ivan terkapar tak berdaya.     

"Sangat senang dan nikmat Jeev, sekarang biar aku yang membahagiakan kamu." ucap Ivan sambil berganti posisi dengan meminta Jeevan untuk menungging. Dengan penuh gairah Ivan berjongkok berdiri menghadap pantat Jeevan.     

Dengan posisi tegak berjongkok Ivan memegang pinggul Jeevan dan mengarahkan batang miliknya ada anus Jeevan. Dengan brutal Ivan memasukkan dan mengeluarkan batang miliknya kedalam anus Jeevan secara berulang-ulang dengan tekanan yang sangat kuat. Jeevan beberapa kali mendesah dan menggeram sambil mengocok kuat batang miliknya sendiri dengan salah satu tangannya sedangkan tangan satunya menopang badannya yang menungging.     

"Aaakkhh... Aaakkhh... tekan yang keras Van." ucap Jeevan seraya mengocok kuat batang miliknya sendiri dengan gelora yang sudah pada puncaknya.     

"Aaakkhhh!! aku tekan kuat Jeev!!!" ucap Ivan seiring batang miliknya mengeluarkan cairan putih kental yang berceceran di atas sprei bersamaan dengan Jeevan yang mengerang untuk kedua kalinya dan mengeluarkan cairan kentalnya.     

Dengan hati yang sama-sama puas, akhirnya Ivan berbaring lemas di samping Jeevan.     

"Kamu puas kan Van? sekarang aku harus pulang sebelum masalah datang." ucap Jeevan dengan perasaan tidak enak bangun dari tidurnya.     

"Kenapa kamu harus cepat-cepat pergi? Kenapa tidak besok pagi saja kamu pulang? aku masih ingin bersamamu Jeevan." ucap Ivan dengan tatapan penuh harap.     

"Dengarkan aku Van, saat ini aku pasti sudah mendapat masalah karena telah meninggalkan Gladys sendirian yang sedang mempersiapkan pakaian untuk acara besok." ucap Jeevan sambil memakai pakaiannya.     

"Tapi Jeevan...." Ivan tidak melanjutkan ucapannya saat mendengar ponsel Jeevan berbunyi.     

"Drrrt... Drrrt... Drrrt"     

Mendengar ponselnya berbunyi segera Jeevan mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya.     

"Sialan!! benarkan apa yang aku bilang Van? sekarang aku pasti ada masalah." ucap Jeevan saat melihat Ayahnya ada di layar ponselnya.     

"Memang siapa yang menghubungimu? apakah gadis kampung itu?" tanya Ivan seraya mengambil pakaiannya dan memakainya.     

"Ayahku, sekarang diamlah dan jangan bicara saat aku bicara dengan Ayah." ucap Jeevan sambil menerima panggilan Ayahnya.     

"Jeevan, di mana kamu sekarang? kenapa kamu meninggalkan Gladys sendirian? dimana tanggung jawabmu?!" tanya Tuan Mark dengan marah.     

"Maafkan aku Ayah, aku sedang berada di Toko langgananku. Aku sedang mengambil pakaianku untuk acara besok." ucap Jeevan seraya menelan salivanya memberi alasan yang tepat pada Ayahnya.     

"Kalau kamu mengambil pakaian seharusnya kamu bilang pada Gladys kemana kamu pergi. Kamu tahu sekarang dia mencarimu. Cepatlah pulang sekarang, aku tidak mau membuat Gladys kecewa karena sikapmu." ucap Mark dengan nada dingin.     

"Baiklah Ayah, aku akan pulang sekarang." ucap Jeevan tidak membantah ucapan Ayahnya dan segera memutuskan panggilan Ayahnya.     

"Aku harus pulang sekarang Van. Dan ingat, besok kamu jangan pergi kemana-mana atau melihat acara televisi. Aku tidak ingin kamu emosi saat melihat aku bertunangan dengan Gladys." ucap Jeevan dengan tatapan penuh memberi peringatan pada Ivan.     

"Kamu tidak sedang mengancamku kan Jeevan?" Tanya Ivan dengan tatapan serius.     

"aku tidak mengancammu, aku hanya mengingatkan kamu untuk tidak melihat hal apapun yang bisa menyakiti hati kamu. Aku tidak ingin kamu emosi dan mengambil tindakan yang membahayakan dirimu atau aku." ucap Jeevan seraya menggenggam tangan Ivan.     

"Kamu tenang saja aku tidak akan melakukan hal apapun yang membahayakan diriku atau kamu." ucap Ivan dengan tersenyum merasa bahagia dengan perhatian Jeevan.     

"Baguslah, aku pergi sekarang." ucap Jeevan beranjak dari tempatnya namun Ivan menahan tangannya kemudian mencium bibirnya dengan penuh gairah.     

"Hati-hati di jalan Jeev." ucap Ivan dengan tatapan penuh cinta.     

Jeevan menganggukkan kepalanya kemudian keluar kamar dan segera pergi meninggalkan apartemen Ivan.     

Dengan perasaan tak menentu Jeevan menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar segera sampai di rumah besarnya.     

Tiba di rumah besar Jeevan keluar dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah mencari keberadaan Gladys.     

Perasaan Jeevan sedikit tenang saat melihat Gladys sedang duduk diam sambil menonton televisi.     

"Kenapa anda belum tidur?" tanya Jeevan seraya meletakkan kunci mobilnya dan melepas kemejanya untuk segera membersihkan badannya yang terasa lengket setelah bercinta dengan Ivan.     

"Bagaimana aku bisa tidur kalau Tuan Mark memintaku untuk menunggu anda? dan memastikan anda pulang atau tidak?" ucap Gladys sambil mematikan televisi.     

"Jadi bukan kamu yang mencariku? tapi Ayah?" tanya Jeevan dengan kedua alis terangkat.     

"Apa Tuan Mark mengatakan kalau aku yang mencari anda Tuan Jeevan? kenapa anda percaya? tentu saja aku tidak mencari anda Tuan Jeevan, karena aku tahu pasti anda menemui Ivan kekasih anda." ucap Gladys dengan tenang tanpa ekspresi.     

Mendengar ucapan Gladys yang benar, Jeevan hanya diam tak bisa berkata apa-apa selain masuk ke dalam kamar mandi untuk segera membersihkan badannya.     

Gladys mengangkat bahunya saat melihat Jeevan diam dan masuk ke dalam kamar mandi.     

"Jadi ternyata benar apa yang aku pikirkan? buktinya Tuan Jeevan tidak membantah ucapanku. Sangat aneh, kenapa Tuan Jeevan bisa seperti itu? mencintai seorang pria bukan wanita. Apa yang di inginkan dari seorang Pria yang mencintai pria lainnya? aku pikir dunia seperti kiamat!!" ucap Gladys dalam hati seraya naik ke tempat tidur untuk segera tidur.     

"Aaahhh!! sudahlah! kenapa aku harus memikirkannya? bukankah itu bukan urusanku! yang terpenting setelah aku menyelesaikan tugasku, aku bisa membantu Nadia untuk mengurangi beban hidupnya." ucap Gladys dengan tersenyum dan memejamkan matanya yang sudah mengantuk. Belum lagi tertidur lelap Gladys dikejutkan dengan guncangan keras di bahunya.     

"Nona Gladys bangunlah, agak kesana sedikit aku tidak dapat tempat untuk tidur!" ucap Jeevan dengan wajah suram saat melihat Gladys tidur di seenaknya tanpa memberi tempat untuknya.     

Gladys mengusap kedua matanya sambil menatap Jeevan yang sedang menatapnya kesal.     

"Apa yang anda katakan Tuan Jeevan? kalau sudah tahu aku tidur di sini, kenapa anda tidak mencari kamar yang lain saja? Bukankah banyak kamar di rumah ini? Kenapa anda selalu mencari ribut denganku?!" ucap Gladys dengan perasaan kesal.     

"Aku tidak mencari ribut Nona Gladys, tapi ini kamarku. Seharusnya anda yang mencari kamar lain, jangan tidur disini." ucap Jeevan memberi penjelasan pada Gladys siapa yang lebih berhak untuk tidur di kamarnya.     

"Kalau begitu katakan sendiri pada Tuan Mark kenapa Tuan Mark memintaku untuk tidur di kamar ini." ucap Gladys kemudian kembali berbaring dan melanjutkan tidurnya.     

"Apa?!! Ayah yang meminta anda tidur di sini?" tanya Jeevan dengan tatapan tak percaya.     

"Hem... anda sudah tahu sekarang kan? sekarang anda bisa mencari kamar lain, dan biarkan aku tidur dengan tenang. Jangan menggangguku lagi." ucap Gladys dengan mata setengah terpejam kemudian menutupi kepalanya dengan bantal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.