DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

MERASA BODOH



MERASA BODOH

"Aku tidak peduli dengan apa yang kamu ucapkan Jeevan. Aku akan memberi perhitungan pada gadis kampung itu! kamu tenang saja, Ayah kamu tidak akan tahu kalau aku yang membuat masalah pada gadis kampung itu." ucap Ivan dengan perasaan kesal menutup panggilannya.     

"Kenapa kamu sama sekali tidak mau mendengarkan aku Van? Sudahlah, terserah apa yang kamu lakukan, aku sudah mengingatkan kamu." ucap Jeevan kemudian menutup panggilan Ivan.     

Melihat Jeevan sudah tidak bicara lagi di telepon, Gladys mendekati Jeevan yang sedang memegang kepalanya.     

"Anda baru bicara dengan siapa Tuan Jeevan?" tanya Gladys dengan nada pelan sambil menarik pelan tangan Jeevan agar duduk di sofa. Sambil menunggu jawaban Jeevan, Gladys memijat kening dan kepala Jeevan dengan pelan.     

Jeevan mengerutkan keningnya melihat sikap Gladys yang tiba-tiba baik padanya bahkan memijatnya kepalanya.     

"Tuan Jeevan, anda belum menjawab pertanyaanku?" tanya Gladys dengan suara lembut.     

"Tidak dengan siapa-siapa, ada apa? kenapa anda tiba-tiba baik padaku?apa terjadi sesuatu padamu?" tanya Jeevan menengadahkan wajahnya ke atas menatap wajah Gladys yang masih memijatnya.     

"Tidak ada, tapi aku hanya ingin berbaik hati saja pada anda. Kita akan bertunangan hari ini apa kata orang kalau kita terlihat saling cemberut seperti orang bermusuhan." ucap Gladys memijat kepala Jeevan dengan hati-hati.     

"Hem... seharusnya kamu bersikap seperti itu dari kemarin jadi kita tidak saling bermusuhan seperti anjing dan kucing." ucap Jeevan cukup merasa tenang melihat Gladys tidak lagi memusuhinya.     

"Tuan Jeevan, apa sudah lebih baik sekarang?" Tanya Gladys berniat mandi karena pagi sudah tiba. Gladys tidak mau orang yang meriasnya sudah datang tapi dia belum siap.     

"Cukup lumayan anda sangat pintar memijat. Terima kasih pijatannya." ucap Jeevan beranjak dari depannya berniat ke kamar mandi.     

"Tuan Jeevan, anda mau ke mana?" tanya Gladys saat melihat Jeevan masuk ke dalam kamar juga.     

"Aku mau mandi." ucap Jeevan dengan tenang.     

"Maaf Tuan, bukan aku melarang anda untuk mandi. Tapi maaf saja, aku akan mandi lebih dulu. Kalau anda ingin mandi sekarang silakan saja mencari kamar mandi di kamar sebelah." ucap Gladys menahan lengan Jeevan dengan sebuah senyuman.     

Kening Jeevan berkerut mendengar ucapan Gladys yang mulai mengajak bertengkar lagi.     

"Maaf Nona Gladys mungkin aku harus mengingatkan lagi kalau ini adalah kamarku. Dan kamar anda ada di sebelah, silakan anda mandi di sana." ucap Jeevan tidak mau mengalah.     

"Oh yeah??! Kalau begitu aku harus mengingatkan anda lagi Tuan Jeevan. Seperti apa yang dikatakan Tuan Mark aku harus tinggal di kamar ini. Dan lihat aku sudah memegang handuk, jadi biarkan aku mandi lebih dulu." ucap Gladys dengan sebuah senyuman kemudian masuk ke dalam kamar mandi namun dengan cepat Jeevan masuk ke dalam kamar mandi dengan tersenyum. Sambil bersandar di dinding pintu Jeevan menatap penuh wajah Gladys yang merah pucat.     

"Kalau anda bersikeras, silakan saja anda mandi. Aku akan tetap disini." ucap Jeevan dengan senyum penuh kemenangan saat melihat wajah Gladys malu dan merah padam.     

Kedua alis Gladys terangkat merasa gemas dengan sikap Jeevan yang mulai keterlaluan.     

"Apa anda yakin tidak akan pergi dari sini?" tanya Gladys dengan wajah serius.     

Jeevan menggelengkan kepalanya dengan sebuah senyuman.     

"Baiklah, jangan salahkan aku kalau anda akan mendapatkan hukuman dari Tuan Mark. Aku akan memanggil Tuan Mark agar kemari." ucap Gladys bersiap-siap memanggil Tuan Mark.     

"Tunggu!!! Jangan!!" ucap Jeevan mendorong Gladys cukup keras berniat menutup mulut Gladys. Namun dorongan Jeevan cukup kuat hingga tubuh Gladys terdorong dan terjerembab ke dalam bathtub besar yang cukup untuk dua orang. Untung saja kedua tangan Jeevan memegang belakang kepala Gladys hingga Gladys tidak merasakan sakit. Tapi tidak dengan bibir Gladys, Jeevan jatuh menindih tubuh Gladys dengan bibirnya tepat mendarat di bibir Gladys.     

Gladys dan Jeevan terdiam di tempatnya dengan kedua matanya tak lepas saling menatap tak berkedip dengan bibit masih bertaut.     

Gladys mengedipkan matanya saat tersadar dengan apa yang terjadi.     

Dengan teriakan keras Gladys mendorong tubuh Jeevan dan merubah posisinya berada di atas Jeevan.     

"Akhh!! anda benar-benar sangat menyebalkan Tuan Jeevan!! aku tidak akan mengampuni anda." ucap Gladys dengan gemas mencekik leher Jeevan walau tidak terlalu kuat.     

Melihat Gladys benar-benar ingin mencekiknya, Jeevan berniat mengerjai Gladys agar rasa benci di hati Gladys menghilang.     

"Ekkkhh...Ekkkhh!! apa anda ingin membunuhku Nona Gladys?" Tanya Jeevan dengan wajah Jeevan meringis kesakitan, Jeevan menguatkan otot lehernya hingga wajahnya memerah. Kedua mata Jeevan setengah terpejam dengan nafas mulai tersengal-sengal.     

"Anda benar Tuan Jeevan, aku ingin mencekik anda! Anda sangat menyebalkan sekali!!" ucap Gladys dengan perasaan malu dan gemas.     

"Anda...anda ingin sekali membunuhku Nona Gladys...Ekkhh...Ekkhh, Nona Gladys....." ucap Jeevan dengan suara pelan kemudian memejamkan matanya mulai bersandiwara.     

Gladys menegakkan punggungnya saat tangan Jeevan melepas tangannya dengan kepala lemas terkulai.     

"Tuan Jeevan... Tuan Jeevan! apa yang terjadi pada anda??! Tuan Jeevan!! anda jangan bercanda!! aku mencekik anda tidak terlalu kuat! aku tidak benar-benar mencekik anda Tuan Jeevan." ucap Gladys benar-benar ketakutan saat melihat Jeevan tidak bergerak apalagi saat meraba dada Jeevan tidak berdetak sama sekali.     

"Tuan Jeevan!! bangunlah Tuan Jeevan!! aku berjanji kalau anda sadar aku tidak akan menyakiti anda lagi, bahkan mencubit anda sekali pun. Aku tidak akan melakukannya lagi." ucap Gladys sambil mengusap wajah Jeevan.     

"Benarkah Anda tidak akan melakukannya lagi?" tanya Jeevan menatap penuh wajah Gladys.     

"Tuan Jeevan??!! anda!! anda hanya berpura-pura??!!" tanya Gladys dengan kedua tangannya mau mencekik Jeevan lagi.     

"Anda mau melakukan apa Nona Gladys?? apa anda mau mencekikku lagi? ingat, anda sudah berjanji padaku. Dan wanita yang baik selalu memegang janjinya." ucap Jeevan dengan tersenyum.     

Gladys tersenyum seraya menelan salivanya.     

"Aku tidak mencekik anda Tuan Jeevan. Aku hanya ingin membersihkan wajah anda saja." ucap Gladys dengan perasaan kesal dan gemas.     

"Itu baik sekali Nona Gladys, sebagai calon istri anda harus belajar melakukannya. Bukankah ini awal yang baik untuk kita saling membantu di saat kita mandi?" ucap Jeevan dengan tersenyum kemudian mengambil sabun dan mengulurkan tangannya ke tubuh Gladys yang sudah basah kuyup.     

"Stopppp!! cukup jangan di teruskan lagi!! aku benar-benar bisa gila kalau dekat dengan anda!!" ucap Gladys bangun dari tempatnya dan keluar dari kamar mandi.     

Jeevan tersenyum sambil menatap kepergian Gladys.     

"Anda benar-benar sangat polos Nona Gladys, setidaknya kamu berbeda dengan wanita manapun. Tapi sayangnya hatiku sudah terikat dengan Ivan. Maafkan aku yang telah melibatkan anda dalam masalahku." ucap Jeevan dengan nafas tertahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.