BERTUNANGAN (3)
BERTUNANGAN (3)
Nadia menatap tajam ke arah Renata dan mendekatinya.
"Itu keinginanmu bukan? tapi kita lihat saja. Apa keinginanmu itu akan terwujud. Kamu ingin melihatku hancur kan? sayang sekali aku tetap akan membela sahabatku walau aku harus membohongimu." ucap Nadia dengan suara pelan namun penuh tekanan.
Renata menelan salivanya tidak pernah berpikir kalau wanita yang di hadapinya bukan wanita biasa.
Tanpa melihat ke arah Nadia lagi, Renata meninggalkan tempat dan pergi dengan perasaan dongkol.
"Nadia, apa yang kamu lakukan?? ini masalah besar Nadia." ucap Jean merasa tidak enak jika Jonathan mengetahui dari media kemudian salah paham.
"Sudahlah Jean, jangan pikirkan lagi. Semua sudah terjadi, aku yakin Jonathan akan mengerti." ucap Nadia kemudian berjalan ke tempat di mana Jeevan akan mengumumkan pada pers tentang masalah pernikahannya juga tentang gosip yang menerpanya.
Jean mengikuti Nadia dan berdiri di sampingnya.
Nadia melihat semua wartawan berkumpul sedikit berebutan ingin berada di paling depan di hadapan Gladys dan Jeevan yang berdiri di atas panggung.
Jeevan tersenyum sambil memeluk bahu Gladys kemudian menatap ke semua para wartawan yang sudah berkumpul berhimpitan ingin merekam dan meliput klarifikasi Jeevan.
Dengan sebuah senyuman dan menghela nafas, Jeevan memulai klarifikasinya.
"Seperti yang kalian dengar. Selama ini kabar yang mengatakan kalau aku mempunyai hubungan dengan seseorang pria, itu tidaklah benar. Hubunganku dan Ivan seorang foto model di kota ini hanyalah sebatas teman biasa. Wanita cantik di sampingku ini adalah kekasihku dan sekarang kita sudah resmi bertunangan." ucap Jeevan sambil meraih tangan Gladys untuk menunjukkan cincin pertunangannya.
"Kalau anda benar-benar sudah bertunangan dengan Nona Gladys, kapan rencana anda menikah dengan Nona Gladys, Tuan Jeevan?" Tanya salah satu dari para wartawan yang ada di hadapan Jeevan.
Jeevan tersenyum kemudian kembali memeluk Gladys yang berdiri diam di sampingnya.
"Aku dan calon istriku sudah membicarakan tentang rencana pernikahan ini. Kalau tidak ada halangan, kita akan menikah dalam bulan ini juga. Tolong di doakan saja agar pernikahan kami segera terlaksana. Hanya itu yang aku sampaikan pada kalian, semoga saja berita miring itu akan selesai sampai di sini saja." ucap Jeevan dengan tersenyum berniat mengajak Gladys pergi namun tanpa sengaja Jeevan melihat beberapa orang yang bersiap-siap melempar sesuatu ke arah Gladys.
Dengan cepat Jeevan melindungi Gladys dengan memeluknya.
Sebuah lemparan telor busuk melayang cukup banyak mengenai Jeevan hingga pakaian Jeevan basah dengan pecahan telor busuk dari beberapa orang yang tidak di kenalnya dan lari menghilang begitu saja saat beberapa bagian keamanan mengejarnya.
Gladys yang cukup terkejut dengan kejadian itu hanya bisa terpaku melihat Jeevan yang masih memeluknya dengan bau badan yang sangat menyengat terkena pecahan telur busuk.
"Tuan Jeevan! anda tidak apa-apa? pakaian anda?" tanya Gladys dengan panik ingin melepas pelukannya Jeevan tapi Jeevan semakin memeluknya dengan erat.
"Diamlah, ayo...kita pergi dari sini. Kamu sama sekali tidak aman di sini." ucap Jeevan sambil merengkuh tubuh Gladys dan membawanya pergi dari gedung dan masuk ke dalam mobil.
Nadia dan Jean yang mengetahui hal itu berusaha mendekati Gladys tapi beberapa bagian keamanan melarangnya mendekati Gladys hingga Gladys hilang dari pandangan.
"Siapa orang-orang itu Jean? bagaimana mereka bisa melakukan hal serendah itu pada Gladys. Apa yang mereka inginkan dengan melempar telur busuk pada Gladys dan Jeevan. Aku benar-benar sangat marah, aku harus segera menghubungi Gladys. Aku ingin tahu siapa yang berani menyakiti Gladys." ucap Nadia dengan wajah sangat kesal.
"Nanti kamu bisa menanyakannya saat di rumah. Sekarang, aku akan mengantarmu pulang." ucap Jean menggandeng tangan Nadia dan membawanya pergi dari suasana keramaian yang terjadi di gedung.
Tanpa bisa membantah ucapan Jean lagi, Nadia membiarkan Jean membawanya pergi masuk ke dalam mobil untuk menghindari beberapa para wartawan yang ingin meliputnya atas suruhan Renata.
"Aku ingin tahu siapa Renata itu? Kenapa dia begitu sombong sekali. Dia hanya seorang artis penyanyi tapi sangat sombong." ucap Nadia setelah berada di dalam mobil Jean.
"Tenangkan dirimu Nadia, jangan terbawa suasana. Ingat kamu sudah menikah kamu harus bisa menjaga perasaan Jonathan, aku minta maaf karena tadi aku terbawa perasaanku yang begitu terharu dengan sikapmu yang selalu membelaku." ucap Jean berusaha menenangkan dirinya dan merasa heran dengan sikap pemarah Renata.
"Bukan masalah itu yang aku pikirkan Jean, tapi aku tidak terima kalau ada seseorang yang menghinamu. Kamu sudah meminta maaf padanya, siapa dia? hingga dia begitu sombong tidak mau memaafkan orang yang sudah meminta maaf. Dan lagi pulang kenapa kamu harus terharu dengan apa yang aku lakukan. Bukankah selama ini kamu juga sangat baik padaku? kita sudah seperti saudara Jean." ucap Nadia masih dengan wajah kesal.
"Kamu benar Nadia, kita sudah seperti saudara. Sudah kewajiban kita untuk saling membantu di saat saudara membutuhkan kita." ucap Jean dengan tersenyum.
"Kalau kamu sudah tahu seperti itu, kenapa kamu masih takut dengan perasaan Jonathan? Jonathan pasti mengerti dengan persaudaraan kita." ucap Nadia dengan sangat tenang di hadapan Jean, walau dalam hatinya tidak yakin kalau Jonathan tidak cemburu.
"Semoga saja benar yang kamu pikirkan Nadia. Aku harap Jonathan tidak terpancing atau cemburu dengan apa yang diliput para wartawan tentang apa yang terjadi tadi." ucap Jean berusaha berpikir dengan tenang.
"Aku tahu Jonathan, Jean. Walau dia pencemburu tapi dia tidak akan mudah terpancing dengan hal-hal seperti itu. Jonathan sangatlah pintar dan tidak mudah dibodohi." ucap Nadia berusaha menenangkan Jean.
"Aku tahu itu, semoga apa yang kamu pikirkan benar adanya." ucap Jean sambil menghentikan mobilnya setelah berada di depan rumah Nadia.
"Terima kasih Jean, sudah mau mengantarku pulang. Salam buat Ayah dan Ibu. Dan ingat, cepat masuk kerja untuk mengajariku mengelola tanaman yang baik." ucap Nadia dengan sebuah senyuman kemudian keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah.
Tiba di dalam rumah Nadia segera masuk ke dalam kamar untuk melihat keadaan Jonathan.
Nadia melihat Jonathan sedang duduk bersandar dan menatapnya dengan tatapan tak berkedip.
"Ada apa Jo? kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa penampilanku ada yang salah?" tanya Nadia sambil memperhatikan pakaiannya.