PEMBELAAN GLADYS
PEMBELAAN GLADYS
"Apa yang dia katakan?! aku harus ke kantor? baru kemarin bertunangan sekarang harus ke kantor? Lalu, bagaimana dengan janjiku pada Farel?" ucap Gladys menggerutu seraya masuk ke dalam kamar.
Dengan hati bertanya-tanya Gladys berganti pakaian yang layak untuk ke kantor. Selesai berganti pakaian Gladys mengirim pesan pada Farel kalau pertemuan di undur hari Minggu di rumah besar Nadia.
"Tok...Tok...Tok"
"Ceklek"
Pintu kamar terbuka, Jeevan sudah berdiri dengan wajah suram.
"Apa bisa kita berangkat sekarang Nona Gladys?" tanya Jeevan masih di pintu yang setengah terbuka.
Gladys menganggukkan kepalanya kemudian mengambil tasnya dan pergi berjalan mengikuti Jeevan yang berjalan lebih dulu keluar rumah.
"Tuan Jeevan, kita naik apa?" tanya Gladys saat ingat mobil Jeevan yang rusak berat.
"Tunggu di sini." ucap Jeevan kemudian membuka garasi mobilnya dengan remote control.
Pintu garasi terbuka, segera Jeevan masuk ke dalam. Tidak lama kemudian terdengar suara mobil yang keluar dari garasi.
Terlihat Jeevan mengendarai mobil yang lain.
Tepat di hadapan Gladys, Jeevan menghentikan mobilnya.
"Ayo... cepat masuk." ucap Jeevan setelah menurunkan kaca jendela mobil.
Segera Gladys masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Jeevan.
"Kenapa kita harus ke kantor secara mendadak seperti ini? ada apa Tuan Jeevan? apa telah terjadi sesuatu di kantor?" tanya Gladys setelah Jeevan menjalankan mobilnya.
"Aku juga tidak tahu, aku sudah mengatakan kalau kita beberapa hari libur. Tapi Ayah memintaku untuk pergi ke kantor sekarang." ucap Jeevan merasa hatinya tidak.
"Aku merasa telah terjadi sesuatu di kantor, tidak mungkin Ayah memanggilku dengan suara serius seperti itu." ucap Jeevan seraya mengusap tengkuk lehernya yang dingin.
"Kenapa anda tidak mengatakan saja pada Tuan Mark kalau keadaan anda saat ini sedang sakit." ucap Gladys merasa aneh juga. Kenapa Tuan Mark memanggil Jeevan harus di kantor kenapa tidak di rumah saja.
"Kamu tidak mengenal bagaimana sifat Ayahku, walau dia terlihat sabar tapi dia sangat keras sekali." ucap Jeevan seketika ingat tentang kesedihan Ayahnya saat Ibunya meninggalkan rumah. Walau saat itu hatinya sedih Ayahnya tidak pernah menunjukkan kesedihannya.
Mendengar ucapan Jeevan tentang Ayahnya, Gladys tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Tiba di kantor, Jeevan segera keluar dari mobil di ikuti Gladys.
Dengan langkah panjang Jeevan masuk ke dalam kantor.
"Kenapa semua karyawan terlihat sangat tegang dan melihat ke arah anda Tuan Jeevan? apa yang telah terjadi?" tanya Gladys merasa tidak enak.
"Aku juga tidak tahu, sebaiknya kita diam saja di saat Ayah sedang marah." ucap Jeevan seraya menelan salivanya, merasa ada masalah besar yang akan menimpanya.
Sampai di depan pintu ruang kerjanya, Dave mengetuk pintu beberapa kali kemudian membukanya dengan pelan.
Di lihatnya Ayahnya sudah berdiri tegak dan menatapnya dengan wajah penuh kemarahan. Gladys masuk ke dalam dan menutup pintu kemudian berdiri di belakang Jeevan.
"Akhirnya kamu datang juga!" ucap Tuan Mark dengan suara penuh tekanan masih menatap kedua mata Dave dengan tatapan penuh rasa kecewa dan amarah.
"Ada apa Ayah? apa yang terjadi? kenapa Ayah menyuruhku datang ke sini? aku sudah bilang pada karyawan kalau aku beberapa hari libur bersama dengan Nona Gladys." ucap Dave dengan jujur.
"Pembohong!! kurang ajar!! kamu juga menyakiti hatiku!!" ucap Tuan Mark menarik tangan Jeevan dengan keras memukul perut dan wajah Jeevan berkali-kali.
Jeevan berusaha menghindar tanpa melawan, tidak tahu apa masalah Ayahnya hingga marah sampai menghajarnya.
Melihat kemarahan Tuan Mark pada Jeevan, Gladys tidak bisa berbuat apa-apa selain ketakutan berdiri di pojok ruangan.
"Ada apa ini Ayah?? Kenapa tiba-tiba ayah marah seperti ini? Apa salahku?!! Kenapa kita tidak bicara baik-baik!" ucap Jeevan berusaha menghindar terus dari pukulan Ayahnya.
"Kamu masih bertanya tentang apa salahmu?! tanya pada diri kamu sendiri apa salahmu padaku!! kamu telah berbohong dengan sandiwaramu ini!! Kenapa kamu tidak mengatakan sebenarnya kalau kamu benar-benar berhubungan dengan Ivan brengsek itu!!" ucap Tuan Mark dengan suara keras melempar Jeevan dengan sebuah gelas tepat mengenai keningnya yang terluka.
"PYARRR"
Gelas terjatuh dan pecah berserakan. Darah mengalir dari kening Jeevan yang terluka.
"Tuan Jeevan!! kening anda!! Tuan Mark, tolong hentikan!! keadaan Tuan Jeevan saat ini sedang sakit Tuan! Tolong hentikan! jangan menghajarnya lagi." ucap Gladys berusaha menghentikan kemarahan Tuan Mark.
"Kamu diam saja Gladys, kamu jangan membelanya! Apa kamu merasa tidak sakit hati telah dipermainkan oleh Jeevan!! dia pantas mendapatkan kemarahanku!!" ucap Tuan Mark kembali mendekati Jeevan dan memukulnya berulang-ulang.
Saat tahu Ayahnya sudah mengetahui apa yang dia lakukan Jeevan tidak bergerak di tempatnya bahkan saat Ayahnya memukulnya berulang-ulang Jeevan tetap diam tanpa melawan.
"Apa dengan cara kamu membohongi aku, aku tidak akan tahu!! apa kamu tahu kalau Ivan brengsek itu datang ke sini mencarimu di saat aku sedang bekerja!! Ivan mengatakan semuanya padaku tentang apa yang sudah kalian perbuat!! sungguh menjijikkan!!" teriak Tuan Mark dengan wajah merah padam.
"Apalagi aku tahu kejadian yang menimpa Gladys adalah perbuatan Ivan juga! dan kamu diam saja menutupi kesalahannya! kamu lebih membela pria brengsek itu!!" ucap Tuan Mark dengan penuh kemarahan mengambil vas bunga yang ada di atas meja dan melemparnya pada Jeevan.
Melihat hal itu entah dorongan apa Gladys berlari ke arah Jeevan dan berteriak pada Tuan Mark.
"Tuan Mark!! jangan!!" teriak Gladys sambil memeluk Jeevan yang tetap berdiri di tempatnya.
"BUGGG"
"PYARRR"
Vas bunga jatuh dan pecah berserakan setelah mengenai punggung Gladys.
Jeevan terpaku di tempatnya dalam pelukan Gladys, kedua matanya tak berkedip melihat Gladys telah melindunginya dari lemparan Ayahnya.
"Gladys!! apa yang kamu lakukan Nak! Kenapa kamu membela pria yang tidak punya harga diri seperti dia!! Apa kamu tidak tahu Gladys? setelah bertunangan denganmu, Jeevan masih berjumpa dengan Ivan di hotel semalam!" ucap Tuan Mark mendekati Gladys yang masih memeluk Jeevan.
"Aku sudah tahu semuanya Tuan Mark. Tolong hentikan kemarahan Tuan. Apa yang Tuan katakan ada benarnya dan ada yang tidak. Tuan Jeevan pergi menemui Ivan untuk mengakhiri hubungan mereka, karena itu Ivan marah dan sekarang ingin menghancurkan Tuan Jeevan di hadapan Tuan juga di hadapan semua orang. Aku tidak akan membiarkan Ivan menghancurkan Tuan Jeevan, Tuan Mark." ucap Gladys dengan tatapan sungguh-sungguh.
"Dengar itu Jeevan! kamu sudah dengar apa yang dikatakan Gladys? walau dia sudah tahu kamu seperti itu tapi dia masih membelamu! bahkan dia tidak membiarkan orang lain menghancurkan kamu!!" ucap Tuan Jeevan dengan kedua matanya berkaca-kaca merasa malu di hadapan Gladys mempunyai putra seperti Jeevan.