DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

RASA TERKEJUT JONATHAN



RASA TERKEJUT JONATHAN

"Jonathan terlihat sangat mencintaimu Nadia Kamu sangat beruntung mempunyai suami seperti Jonathan." ucap Dokter Ratna sambil memeriksa perut Nadia.     

Nadia terdiam saat mendengar ucapan Dokter Ratna yang baru saja bertemu Jonathan.     

"Bagaimana Dokter Ratna tahu kalau Jonathan sangat mencintaiku? Bukankah baru pertama kali ini Dokter Ratna bertemu dengan Jonathan?" tanya Nadia dengan tatapan heran.     

"Dari tatapan mata dan sikapnya padamu sudah terlihat jelas kalau suami kamu sangat mencintai kamu." ucap Dokter Ratna dengan kening berkerut.     

"Nadia, kamu sudah menikah berapa bulan?" tanya Dokter Ratna sambil mengeluarkan kaos tangan elastis untuk memeriksa lanjutan Nadia.     

"Hampir dua bulan Dokter, ada apa Dokter? apa terjadi sesuatu padaku?" tanya Nadia dengan perasaan takut.     

"Tunggu sebentar ya Nadia, kamu buka lebar kedua paha kamu biar aku memeriksanya." ucap Dokter Ratna memberi perintah pada Nadia.     

Tanpa membantah Nadia membuka lebar kedua pahanya.     

Dengan konsentrasi penuh Dokter Ratna memasukkan jarinya ke dalam area v Nadia.     

Setelah selesai memeriksanya, Dokter melepas kaos tangan karet yang ada darah milik Nadia.     

"Nadia, selamat ya...sembilan bulan lagi kamu akan menjadi seorang ibu dan Jonathan juga akan menjadi seorang ayah." ucap Dokter Ratna dengan tersenyum.     

Kedua mata Nadia tak berkedip masih dengan posisi kedua pahanya terbuka. Sungguh apa yang di katakan Dokter Ratna membuat Nadia terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa.     

"Nadia, jangan bengong seperti itu. Apa kamu tidak senang dengan kehamilan kamu?" tanya Dokter Ratna masih dengan sebuah senyuman.     

Nadia menelan salivanya seiring kedua matanya berkedip.     

"Dokter tidak bercanda bukan? bagaimana aku bisa hamil secepat itu? baru dua bulan aku menikah sekarang aku sudah hamil?" tanya Nadia masih dengan perasaan tak percaya kalau dirinya benar-benar hamil.     

"Apa yang aku katakan tidak bercanda Nadia kamu memang benar-benar hamil. Dan usia kandungan mu sudah satu bulan. Kamu harus bersyukur Nadia, ini anugerah buatmu. Disaat orang lain sudah lama menikah mereka masih belum mempunyai seorang anak. Dan kamu, baru satu bulan menikah sudah di karuniai seorang anak." ucap Dokter Ratna memberi penjelasan pada Nadia tentang hadirnya seorang anak dalam hidup seseorang.     

Nadia terdiam masih terkejut dengan apa yang terjadi.     

"Tapi Dokter apakah menurut Dokter aku bisa merawat bayiku nanti? apakah dengan usiaku yang masih muda aku aku bisa membesarkan bayiku dengan baik? Aku takut, aku tidak bisa menjadi ibu yang baik untuk bayiku." ucap Nadia merasa dirinya tidak akan bisa menjadi seorang ibu yang baik untuk bayinya.     

"Menjadi seorang ibu mungkin hal yang menakutkan bagimu. Naluri seorang ibu akan terpanggil dengan sendirinya. Kamu akan menyayangi dan menjaga baik kandungan kamu, juga setelah kamu melahirkannya. Kamu akan lebih mencintainya." ucap Dokter Ratna menenangkan hati Nadia.     

"Kamu jangan takut dan tegang. Kamu harus rileks di awal-awal kehamilan kamu." ucap Dokter Ratna lagi sambil menggenggam tangan Nadia.     

"Terima kasih Dokter kata-kata Dokter sudah menenangkan hatiku. Aku akan berusaha tenang dengan kehamilanku ini. Sungguh aku sangat terkejut Dokter, ini sebuah kejutan bagiku. Aku benar-benar tidak percaya, kalau aku hamil secepat ini." ucap Nadia seraya mengusap perutnya yang masih rata.     

"Syukurlah kalau kamu sudah tenang sekarang. Kamu bisa menurunkan lagi ke dua paha kamu. Setelah itu kamu bisa memberitahu Jonathan tentang kehamilan kamu ini. Aku sangat yakin Jonathan pasti akan bahagia mendengar kehamilan kamu ini." ucap Dokter Ratna sambil membereskan peralatannya.     

Wajah Nadia sedikit memerah dan merasa malu. Karena terkejut dia belum menurunkan pahanya yang masih dalam keadaan terbuka.     

"Maaf Dokter, karena terkejut aku sampai lupa." ucap Nadia seraya menurunkan kedua pahanya.     

"Baiklah Nadia, aku sudah menuliskan beberapa vitamin untuk kamu minum setiap hari. Dengan minum vitamin kamu dan bayi kamu akan selalu sehat. Berikan ini pada Jonathan agar Jonathan membelinya di apotek." ucap Dokter Ratna sambil menyerahkan resep obat pada Nadia.     

"Baik Dokter, terima kasih." ucap Nadia dengan tersenyum sambil menerima resep dari Dokter Ratna.     

Setelah Dokter Ratna pergi tiba-tiba Nadia dikejutkan suara Jonathan yang datang menghampirinya.     

Melihat Jonathan mendekatinya segera Nadia menutup mulut dan hidungnya dengan kedua tangannya.     

"Kamu jangan terlalu dekat denganku Jo. Kamu tahu kan aku pasti mual kalau dekat denganmu." ucap Nadia dengan wajah tegang.     

"Tapi aku kan mencemaskan keadaanmu Nadia? Aku hanya ingin menanyakan hasil pemeriksaan Dokter padamu? baiklah biar aku di sini saja, kalau aku membuatmu mual dan muntah." ucap Jonathan dengan wajah memelas.     

Melihat wajah Jonathan yang memelas Nadia tidak tega melihatnya, kemudian Nadia mengulurkan tangan satunya agar Jonathan mendekat ke arahnya.     

Jonathan tersenyum kemudian menyambut uluran tangan Nadia dan mendekatinya.     

"Bagaimana Nadia? apa kata Dokter Ratna setelah memeriksamu? kamu tidak apa-apa kan? kamu tidak sakit kan Nadia?" Tanya Jonathan dengan wajah cemas.     

"Dokter Ratna sudah memeriksaku Jo. Kata Dokter aku sakit bisa sampai sembilan bulan lamanya. Aku juga mengalami alergi kalau dekat dengan kamu." ucap Nadia masih menutup hidung dan mulutnya. Nadia berniat menggoda Jonathan sebelum memberitahu tentang kehamilannya.     

"Benarkah Nadia? kalau begitu kita harus ke rumah sakit sekarang. Aku akan membawamu ke sana. Aku tidak ingin kamu sakit terlalu lama kamu pasti akan sembuh." ucap Jonathan dengan wajah cemas memutar kursi rodanya untuk memanggil Ammer.     

"Jonathan!! tunggu!! kamu mau kemana? aku belum selesai bicara." ucap Nadia dengan bibir cemberut.     

Dengan wajah tak mengerti Jonathan berbalik menghadap Nadia.     

"Kenapa Nadia? apa kamu melarangku untuk membawamu ke rumah sakit? kamu jangan memikirkan biaya. Aku pasti akan bekerja keras untuk mencari biaya kamu untuk ke rumah sakit." ucap Jonathan seraya menggenggam tangannya Nadia.     

Dengan sebuah senyuman Nadia membalas genggaman tangan Jonathan kemudian meletakkannya di atas perutnya.     

"Sakitnya di sini. Perutku ini semakin hari akan semakin membesar. Dan itu sampai sembilan bulan lamanya." ucap Nadia dengan menahan senyum melihat wajah Jonathan terlihat bingung.     

"Bagaimana bisa perutmusemakin membesar selama sembilan bulan? itu pasti sangat sakit sekali. Memang apa kata Dokter Ratna? kamu sakit apa, sampai terjadi hal seperti itu? dengarkan aku Nadia, kita harus pergi ke rumah sakit sekarang. Aku tidak bisa membiarkan kamu sakit selama itu." ucap Jonathan dengan wajah cemas dan panik. Jonathan tidak berpikir kalau Nadia hamil karena dia baru dua bulan menikah dan juga dia susah di vonis dokter akan kesulitan mempunyai keturunan.     

"Tidak Jonathan, aku tidak mau ke rumah sakit. Aku bisa sembuh hanya dengan di rumah saja. Dengan perhatian dan kasih sayang kamu aku pasti akan sembuh. Karena sesuatu yang ada di sini lebih membutuhkanmu." ucap Nadia kembali meletakkan tangan Jonathan di atas perutnya.     

"Apppaa yang kamu katakan Nadia? aku tidak mengerti." ucap Jonathan tiba-tiba merasakan tangannya gemetar di atas perut Nadia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.