RASA CEMAS JONATHAN
RASA CEMAS JONATHAN
"Tidak ada yang salah, kemarilah. Aku hanya mau bicara denganmu tentang kabar hari ini." ucap Jonathan dengan wajah serius.
Nadia menelan salivanya, dengan hati berdebar-debar Nadia mendekati Jonathan dan duduk di sampingnya.
"Ada apa Jo? berita apa yang kamu dengar hari ini?" tanya Nadia dengan suara pelan merasa ada masalah besar saat melihat wajah Jonathan yang begitu serius.
"Apa yang terjadi di sana? apa ada masalah besar saat acara pertunangan Gladys berlangsung?" tanya Jonathan tanpa ada senyuman.
"Aku juga tidak tahu masalahnya apa, tiba-tiba saja ada beberapa orang yang melempar telur busuk ke arah Gladys dan Jeevan. Tapi aku dengar hal itu sudah diselidiki oleh Tuan Mark." ucap Nadia sambil meremas tangannya yang sudah berkeringat dingin.
"Aku sudah tahu tentang hal itu. Aku ingin tahu hal lain yang terjadi di sana. Tentang kamu dan Jean juga tentang seorang wanita yang bernama Renata. Ada apa dengan kalian?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh.
"Kamu tidak mencurigaiku kan Jo? Renata yang lebih dulu tidak menghargai Jean. Memang Jean membasahi pakaiannya, tapi itu tidak sengaja. Dan Jean juga sudah minta maaf tapi Renata yang sombong itu bicara tidak sopan dan menghina Jean." ucap Nadia dengan wajah kesal namun ada kecemasan saat melihat wajah Jonathan masih suram.
"Aku juga sudah tahu itu. Aku ingin tahu hal yang lainnya lagi. Apa alasannya Jean hingga dia memelukmu dan kamu tidak bisa menolaknya?" tanya Jonathan menatap penuh wajah Nadia.
"Apa hanya itu yang ingin kamu tahu?" tanya Nadia menelan salivanya sama sekali tidak percaya kalau Jonathan masih mempertanyakannya.
Jonathan menganggukkan kepalanya tanpa menjawab pertanyaan Nadia.
"Aku mengenal Jean sudah sangat lama. Kita berdua sudah seperti saudara. Sebelum mengenalmu aku sudah mengenal baik Jean juga keluarganya. Mereka selalu membantuku dalam hal apa pun. Di saat aku masih membelanya, mungkin Jean merasa terharu dan langsung memelukku." ucap Nadia dengan jujur.
"Lalu... alasan kamu apa?" tanya Jonathan menegakkan punggungnya ingin mendengar alasan Nadia.
"Bagaimana aku bisa menolaknya kalau aku sudah menganggap Jean sebagai saudara? dan lagi pula aku juga terkejut saat Jean memelukku dengan tiba-tiba." ucap Nadia dengan perasaan campur aduk merasa kesal juga cemas dengan pertengahan Jonathan seolah-olah dia sedang melakukan kesalahan atau selingkuh dengan Jean.
"Mendekatlah ke sini lebih dekat Nadia." ucap Jonathan meraih pinggang Nadia.
"Ada apa? kenapa aku harus lebih dekat?" tanya Nadia dengan kedua alis terangkat.
"Apa kamu tidak ingin memelukku? apa kamu tidak merindukan suamimu setelah meninggalkan suamimu sendirian dengan waktu yang cukup lama?" tanya Jonathan menatap penuh wajah Nadia yang berada tepat di atas dadanya.
Wajah Nadia memerah mendengar ucapan Jonathan.
"Apa maksudmu? bukankah kamu marah? Kenapa kamu ingin aku memelukmu?" tanya Nadia menatap kedua mata Jonathan dengan tatapan serius.
"Aku hanya ingin tahu saja, apa cintamu masih untukku saja atau tidak." ucap Jonathan dengan tersenyum.
"Iissshh, pertanyaan apa itu? kalau aku tidak mencintaimu bagaimana aku mau menikah denganmu." ucap Nadia dengan bibir cemberut.
"Apa aku tidak boleh tahu perasaan Istriku padaku? apa kamu tidak ingin memelukku Nadia?" tanya Jonathan menahan hasrat dan rasa cemburu pada Jean.
"Iissshh, kamu Jo! jadi manja kalau sudah cemburu." ucap Nadia dengan perasaan gemas dan sayang memeluk Jonathan dengan sangat erat.
"Aku sangat mencintaimu Jo." ucap Nadia dengan tatapan penuh cinta mengusap wajah tampan Jonathan.
"Aku juga sangat mencintaimu Nadia, aku sangat merindukanmu. Apa kamu juga merindukan aku Nadia?" tanya Jonathan seraya mengusap punggung halus Nadia.
"Sangat merindukanmu Jo." ucap Nadia dengan tatapan sayu menangkup wajah Jonathan dan mencium lembut bibir Jonathan dengan penuh rasa kerinduan.
Dengan mata setengah terpejam Jonathan membalas ciuman Nadia dengan lebih intens dan penuh gairah.
"Huekkk...Huekkk...Huekkk"
Tiba-tiba Nadia ingin muntah, dengan rasa mual yang hebat dalam perutnya saat Jonathan mencium bibirnya.
"Tunggu Jo, aku merasa perutku sangat mual saat kamu menciumku." ucap Nadia berlari ke kamar mandi sambil menutup mulutnya yang masih merasakan ingin muntah.
Kening Jonathan berkerut, tidak tahu kenapa Nadia sampai ingin muntah setelah dia menciumnya.
"Kenapa dengan Nadia? kenapa dia ingin muntah saat aku menciumnya? apa dia merasakan bau yang tidak enak dari mulutku? aku rasa tidak, aku selalu rajin menggosok gigiku?" ucap Jonathan dalam hati sambil membaui mulutnya sendiri.
"Nadia!! Nadia!! apa kamu baik-baik saja?!" tanya Jonathan dengan suara agak keras merasa cemas saat mendengar suara muntah Nadia di kamar mandi.
"Sebentar Jo!! perutku masih mual." sahut Nadia dari kamar mandi.
"Kamu membuatku cemas Nadia?!!" ucap Jonathan lagi merasa kesal tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya berbaring dengan perasaan cemas menunggu Nadia keluar dari kamar mandi.
Setelah selesai menghilangkan rasa mualnya di dalam kamar mandi Nadia kembali ke tempat Jonathan yang menunggunya dengan rasa cemas.
"Bagaimana keadaanmu Nadia? wajah kamu terlihat pucat? apa kamu sakit? Kenapa sampai bisa mual? apa kamu mual karena bau mulutku? kamu tahu sendiri kalau aku selalu menggosok gigi." ucap Jonathan dengan banyak pertanyaan dan wajah yang terlihat panik.
"Aku tidak tahu Jo, kenapa aku bisa mual seperti itu. Aku hanya muntah air saja." ucap Nadia merasa lemas tidak mampu menjawab terlalu panjang pertanyaan Jonathan.
"Biar aku panggilkan Dokter Federick. Siapa tahu Dokter Federick tahu penyebabnya." ucap Jonathan meraih ponselnya untuk segera menghubungi Dokter Federick.
"Jangan Jo, jangan menghubungi Dokter Frederick. Aku tidak apa-apa. Biar besok pagi aku ke Dokter tetangga sebelah kita saja." ucap Nadia tidak ingin melibatkan Dokter Federick dalam rumah tangganya.
"Baiklah kalau kamu tidak mau, kalau begitu istirahatlah. Ayo, cepat tidur disampingku." ucap Jonathan sambil mengulurkan tangannya agar Nadia naik ke tempat tidur.
Dengan tubuh terasa lemas Nadia menurut apa yang diperintahkan Jonathan dengan berbaring tidur di samping Jonathan.
Dengan penuh perhatian Jonathan memeluk Nadia agar kepalanya tidur di atas dadanya.
"Tidurlah Nadia." ucap Jonathan dengan perasaan sayang mencium pipi Nadia.
"Huekkk...Huekkk...Huekkk"
Kembali Nadia merasa mual dan ingin muntah saat Jonathan mencium pipinya.
"Jonathan, jangan menciumku lagi. Aku rasa penyebab aku ingin muntah karena ciumanmu." ucap Nadia sambil menutup mulut dan hidungnya menahan perutnya agar tidak merasa mual.
"Bagaimana bisa hal itu terjadi Nadia? aku tidak merasakan bau dari dari mulutku?" ucap Jonathan dengan tatapan heran dan tak mengerti.
"Aku juga tidak tahu Jo, sebaiknya aku tidur di sofa saja. Tubuhku sangat lemas sekali." ucap Nadia seraya turun dari tempat tidur dan berjalan ke sofa yang ada di dalam kamarnya.