KEBAHAGIAAN JONATHAN
KEBAHAGIAAN JONATHAN
"Jonathan!! apa kamu tidak mengerti dengan yang aku maksud? ada sesuatu dalam perutku. Dan itu semua karena kamu." ucap Nadia jadi gemas sendiri.
"Karena aku? kamu mual dan muntah karena aku? apa aku karena bau mulutku?" tanya Jonathan semakin panik.
"Jonathan!! kamu menyebalkan! aku hamil Jo! aku hamil anak kita!" ucap Nadia dengan bibir cemberut.
Seketika Jonathan menarik tangannya dari perut Nadia.
"Apa yang kamu bilang Nadia? kamu hamil? kamu hamil anak kita?!!" tanya Jonathan dengan tatapan tak berkedip dan tak percaya.
Nadia menganggukkan kepalanya dengan tersenyum.
"Kamu?? kamu tidak bercanda kan Nadia? kamu tidak mengerjai aku kan?" tanya Jonathan sambil menggenggam tangan Nadia.
"Aku tidak bercanda suamiku sayang." ucap Nadia dengan tatapan penuh.
"Ya Tuhan!! benarkah?? aku tidak sedang bermimpi kan Nadia? cubit pipiku Nadia." ucap Jonathan masih tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
Dengan tertawa Nadia mencubit pipi Jonathan dengan perasaan gemas.
"Ya Tuhan!! aku benar-benar tidak bermimpi. Aku benar-benar akan menjadi seorang Ayah! Wooww!! aku akan menjadi seorang Ayah, Nadia!" ucap Jonathan tertawa bahagia sambil memutar-mutar kursi rodanya.
Nadia hanya tersenyum melihat kebahagiaan Jonathan dengan suatu pikiran yang tiba-tiba terbersit di dalam hatinya.
Wajah Nadia tiba-tiba berubah dingin menatap Jonathan yang terlihat bahagia.
"Sebentar ya Nadia, aku mau memberitahu Paman Ammer. Aku ingin seluruh dunia tahu kalau aku akan menjadi Ayah." ucap Jonathan mencium tangan Nadia kemudian mendorong kursi rodanya keluar rumah untuk memberitahu Ammer.
Nadia tersenyum kemudian senyuman itu menghilang seiring Jonathan yang sudah menghilang dari pandangannya.
"Sepertinya Tuhan mengabulkan permintaanku dengan sangat cepat. Semoga aku bisa melakukannya." ucap Nadia dalam hati dengan kedua matanya berkaca-kaca.
Hatinya benar-benar di hadapkan pada sebuah dilema antara cintanya pada Jonathan juga perasaan dendam pada kedua orang tua Jonathan.
"Maafkan aku Jo, sebentar lagi mungkin kita akan berpisah. Semoga saja kamu bisa memaafkan aku. Aku berjanji padamu jika kamu marah dan harus menghukumku, aku akan menerima apa pun hukuman itu." ucap Nadia seraya mengusap air matanya.
***
Sore hari...
Setelah Jonathan memberitahu Ammer, segera Ammer memberitahu Anne dan Darren tentang kehamilan Nadia.
Perasaan Anne dan Darren sangat bahagia mengetahui putrinya telah hamil.
Tanpa bisa menahan kebahagiaannya Anne dan Darren datang ke rumah Jonathan untuk melihat keadaan Nadia.
Nadia sama sekali tidak percaya dengan kedatangan orang tua Jonathan. Jonathan tahu dengan kedatangan orang tuanya Nadia pasti tidak senang.
Jonathan berusaha menenangkan hati Nadia dengan mengingatkan janji Nadia padanya.
"Nadia aku tahu kamu tidak senang dengan kedatangan Momy dan Daddy. Tapi apa kamu masih ingat dengan janji kamu padaku? di saat kamu hamil, kamu akan kembali ke rumah dan memberitahu orang tuaku tentang kehamilan kamu. Aku selalu berdoa agar hal itu bisa terjadi. Dan Tuhan sudah mendengarkan semua doaku." ucap Jonathan seraya menggenggam tangan Nadia.
Untuk sesaat Nadia terdiam namun kemudian tersenyum manis.
"Janjiku padamu akan aku penuhi Jo. Aku akan memberitahu pada Momy dan Daddy tentang kehamilanku. Aku juga akan tinggal di rumah besar bersamamu juga dengan Momy dan Daddy." ucap Nadia dengan tersenyum membalas genggaman tangan Jonathan.
Dengan perasaan tak percaya Jonathan mencium berulang-ulang punggung tangan Nadia.
"Terima kasih Nadia, terima kasih. Kamu istriku yang sangat cantik dan baik hati." ucap Jonathan dengan hati di penuhi dengan kebahagiaan.
Nadia hanya tersenyum merasa bersalah pada Jonathan.
"Kalau begitu, apa sekarang kita bisa menemui Momy dan Daddy?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh harap.
Kembali Nadia menganggukkan kepalanya tanpa menolak apa yang diminta Jonathan.
"Ayo... kita temui mereka." ucap Jonathan dengan wajah berseri-seri menggenggam tangan Nadia dan membawanya keluar dari kamar untuk segera menemui kedua orangtuanya.
Di ruang tamu Anne dan Darren sudah menunggu Nadia dengan perasaan gelisah.
"Momy, Daddy." panggil Jonathan memanggil kedua orangtuanya dengan perasaan rindu.
Segera Anne bangun dari duduknya dan menghampiri Jonathan. Anne memeluk Jonathan dengan sangat erat.
"Jonathan, aku sangat merindukanmu sayang." ucap Anne dengan perasaan rindu. Tapi perasaan rindunya lebih besar pada Nadia, putrinya.
Setelah melepas rindu pada Jonathan Anne beralih menatap Nadia yang berdiri di samping Jonathan.
"Nadia sayangku. Momy senang bisa bertemu denganmu lagi." ucap Anne memeluk Nadia dengan perasaan rindu.
Anne menatap wajah cantik Nadia tanpa mengatakan apa pun pada Nadia kalau dia sudah tahu tentang kehamilannya.
"Maafkan aku Momy, Daddy kalau selama ini aku keras kepala ingin hidup mandiri. Dan aku sudah mengatakan apa alasanku pada Jonathan. Aku senang bisa bertemu dengan Momy dan Daddy lagi." ucap Nadia dengan tersenyum.
"Tidak apa-apa sayang, walaupun kamu tidak menjelaskan apa-apa pada kita berdua. Momy dan Daddy kamu sangat mengerti dengan apa yang kamu inginkan." ucap Anne seraya mengusap wajah Nadia dengan tatapan penuh kasih sayang.
"Momy duduklah. Nadia akan memberitahu tentang sesuatu pada kalian berdua. Kebetulan sekali Momy dan Daddy datang di saat yang tepat." ucap Jonathan dengan tersenyum.
Anne tersenyum kemudian kembali duduk di samping Darren.
"Hal apa yang akan kamu sampaikan pada kita berdua Nadia?" tanya Darren dengan perasaan bahagia. Sebentar lagi dia mempunyai seorang cucu. Darren sangat yakin kalau Ammer saat ini juga pasti sangat bahagia karena ada penerus keluarganya.
Sebelum bicara Nadia menegakkan punggungnya dan menatap penuh wajah Anne juga Darren secara bergantian.
"Aku ingin mengatakan pada Momy dan Daddy kalau saat ini aku sedang mengandung anak Jonathan, cucu Momy dan Daddy. Usia kandunganku sekarang masih satu bulan." ucap Nadia dengan suara pelan.
"Kamu sudah hamil Nadia?? ini berita yang sangat membahagiakan keluarga besar kita. Apakah kamu mau pulang bersama kita ke rumah besar Nadia?" tanya Anne dengan tatapan penuh harap.
Nadia mengangkat kepalanya dan tersenyum.
"Aku sudah mengatakan pada Jonathan kalau aku hamil, aku akan pulang bersama Jonathan ke rumah besar. Dan kita akan kumpul bersama lagi." ucap Nadia masih dengan tersenyum menggenggam tangan Jonathan.
"Syukurlah, akhirnya keluarga utuh kembali,
dan kita akan tinggal bersama lagi." ucap Anne dengan wajah terlihat bahagia.
"Kehamilan Nadia ini harus kita rayakan Jonathan. Saat ini juga kalian berdua harus pulang bersama kita ke rumah besar." ucap Darren dengan bahagia.
"Momy, Daddy, ada sesuatu yang aku minta dari kalian berdua. Aku tidak tahu apa Momy dan Daddy akan setuju atau tidak dengan apa yang aku inginkan ini." ucap Nadia dengan perasaan ragu.
"Katakan saja Nadia apa yang kamu inginkan, kita berdua pasti akan memenuhi keinginanmu itu." ucap Anne seraya menggenggam tangan Nadia.