KEINGINAN NADIA
KEINGINAN NADIA
"Aku tidak meminta hal yang lain Momy. Aku hanya ingin Paman Ammer bisa tinggal di rumah besar bersama kita. Aku sangat kasihan kalau Paman Ammer harus tinggal dirumah Danau sendirian." ucap Nadia dengan tatapan penuh berharap apa yang di inginkan bisa terwujud.
Nadia ingin Ayahnya bisa tinggal bersamanya di rumah besar. Di saat kehamilannya, ingin sekali Nadia dekat dengan Ayahnya. Tapi Nadia sendiri merasa aneh, kenapa Ayahnya sama sekali tidak pernah membahas tentang hubungan mereka. Seolah-olah mereka tidak ada hubungan antara Ayah dan putri.
"Nadia... kamu melamun sayang? Momy dan Daddy sama sekali tidak keberatan kalau Ammer tinggal bersama kita. Tapi apa Ammer mau tinggal bersama kita? kita sudah lama meminta Ammer untuk tinggal bersama tapi Ammer selalu menolaknya." ucap Anne tidak menceritakan yang sesungguhnya kalau Ammer dan keluarganya masih terancam bahaya dari musuh besar Ammer yang tidak tahu di mana keberadaannya.
"Jadi Momy sudah pernah menawarkan untuk Paman Ammer tinggal di sini di rumah besar?" tanya Nadia tidak percaya karena dia lihat sendiri saat pernikahannya, Darren tidak membiarkan Ammer masuk ke dalam gedung.
"Sudah seringkali Momy meminta Ammer untuk tinggal di rumah besar, tapi hampir selalu menolaknya. Kalau kamu tidak percaya kamu bisa bertanya sendiri pada Ammer atau kamu yang meminta Ammer untuk tinggal di rumah besar. Semoga saja kalau kamu yang meminta, Ammer mau tinggal di sana." ucap Anne merasa Nadia tidak percaya padanya.
"Baiklah Momy, kalau begitu aku akan bicara dengan Paman Ammer sekarang agar mau ikut bersamaku ke rumah besar." ucap Nadia kemudian bangun dari duduknya dan keluar untuk menemui Ammer.
Di luar Ammer seperti biasanya sedang menyirami bunga dan menanam beberapa bunga yang baru.
"Paman Ammer." panggil Nadia mendekati Ammer dan duduk di samping Ammer.
"Nona Nadia? kenapa ke sini? seharusnya anda di dalam bersama Tuan dan Nyonya Darren." ucap Ammer sambil menatap Nadia yang terlihat sedih.
"Paman Ammer, apa Paman Ammer mau tinggal di rumahnya besar? aku ingin Paman tinggal di sana bersamaku." ucap Nadia dengan tatapan memohon.
"Nona Nadia bukan aku tidak ingin tinggal bersama Nona dan Tuan Jonathan, hanya saja aku lebih senang tinggal di rumah danau. Di sana banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan. Kenapa Nona ingin mengajak aku tinggal bersama di rumah besar?" tanya Ammer ingin tahu alasan Nadia.
"Aku tidak tahu, aku hanya ingin dekat dengan Paman. Apa Paman tidak ingin tinggal bersamaku dan Jonathan?" tanya Nadia tidak tahu bagaimana harus bicara pada Ammer tentang hubungan mereka karena dari Ammer sendiri tidak pernah membahas tentang hubungan mereka.
Melihat wajah Nadia yang terlihat sedih dan tatapan mata yang memohon akhirnya Ammer tidak bisa menolak keinginan Nadia apalagi saat mengingat kalau Nadia hamil anaknya Jonathan yang berarti cucunya dia.
"Baiklah Nona Nadia kalau memang itu keinginan anda aku akan tinggal di rumah besar." ucap Ammer harus lebih waspada untuk melindungi Nadia dan Jonathan terutama cucunya jika dia menampakkan diri di kota.
Mendengar jawaban Ammer yang mengabulkan keinginannya spontan Nadia memeluk Ammer dengan perasaan bahagia.
"Terima kasih Paman Ammer, aku akan memberitahu Momy dan Daddy kalau Paman Ammer mau tinggal di rumah besar." ucap Nadia merasa bahagia bisa tinggal bersama Ayahnya.
"Oh ya Paman Ammer, kenapa Paman Ammer menolak untuk tangga di rumah besar saat Momy yang meminta?" tanya Nadia memastikan ucapan Anne.
"Karena aku tidak bisa meninggalkan rumah Danau Nona Nadia. Dan sekarang, karena Nona Nadia sedang hamil aku tidak bisa menolaknya." ucap Ammer memberi alasan yang tepat pada Nadia.
"Emm... baiklah Paman Ammer, aku mau masuk ke dalam dulu. Paman Ammer bisa bersiap-siap agar kita bisa bersama-sama ke rumah besar." ucap Nadia kemudian bangun dari duduknya dan masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah, Nadia hanya melihat Darren sedang berbicara dengan seseorang lewat ponselnya.
"Daddy di mana Momy dan Jonathan?" tanya Nadia setelah tahu Darren selesai bicara.
"Momy kamu dan Jonathan ada di dalam kamar. Sedang bantu Jonathan untuk berkemas." ucap Darren merasa senang bisa berkumpul dengan Nadia yang keras kepala seperti Anne.
"Aku ke dalam dulu Dad." ucap Nadia kemudian masuk ke dalam kamar. Hati Nadia merasa tersentuh saat melihat Anne sedang melipat pakaiannya dan memasukkannya ke dalam koper sedangkan Jonathan duduk di kursi rodanya di samping Anne dengan wajah terlihat bahagia.
"Momy... kenapa jadi repot seperti ini? aku bisa melakukannya sendiri Mom." ucap Nadia merasa tidak enak dengan apa yang di lakukan Anne.
"Tidak apa-apa Nadia, kamu sedang hamil jadi kamu banyak istirahat jangan terlalu capek bekerja." ucap Anne dengan tatapan penuh kasih sayang.
"Jangan Momy, biar aku yang melakukannya." ucap Nadia mengakui alih apa yang di lakukan Anne.
Jonathan hanya tersenyum, merasa bahagia Nadia sudah tidak lagi marah pada orang tuanya.
"Biarkan saja Nadia, Momy sangat sayang sama kamu. Karena itu Momy melakukannya." ucap Jonathan dengan sebuah senyuman.
"Jonathan, apa kamu tidak kasihan sama Momy?" ucap Nadia dengan kedua matanya melotot indah.
"Momy melakukannya dengan senang hati Nadia, biarkan saja Momy membantumu." ucap Jonathan membujuk Nadia.
Nadia menatap wajah Anne yang terlihat sedih.
"Baiklah Momy, kalau Momy ingin membantuku. Aku akan membuat minuman untuk kalian semua." ucap Nadia menyerahkan lagi pakaian yang di pegangnya pada Anne.
"Terima kasih putriku sayang." ucap Anne merasa bahagia bisa membantu putrinya yang terpisah lama darinya.
Nadia menganggukkan kepalanya dengan tersenyum, ada perasaan lain saat Nadia mendengar ucapan Anne. Perasaan sangat nyaman dan senang.
Sambil tersenyum Nadia keluar kamar dan pergi ke dapur untuk membuat minuman untuk semuanya.
"Lihatlah Momy, Nadia terlihat begitu sangat bahagia dengan kedatangan Momy dan Daddy. Aku sangat bahagia melihatnya." ucap Jonathan dengan sebuah senyuman penuh kebahagiaan.
" Tok...Tok...Tok"
Pintu kamar terketuk dari luar, tidak lama kemudian pintu terbuka terlihat Ammer sedang menatap Anne.
"Permisi Nyonya Anne, bisakah kita bicara sebentar di luar?" ucap Ammer dengan tatapan memohon.
Anne menganggukkan kepalanya kemudian melihat ke arah Jonathan.
"Jonathan kalau Nadia kesini bilang padanya untuk melanjutkan berkemas. Momy mau bicara sebentar dengan Paman Ammer." ucap Anne agar Nadia tidak mencarinya.
Jonathan menganggukkan kepalanya kemudian melanjutkan apa yang sudah dikerjakan Anne.
Anne keluar kamar mengikuti langkah kaki Ammer yang berjalan keluar rumah. Di halaman yang rindang Anne melihat Darren sedang duduk di kursi yang terbuat dari kayu.
"Darren, kamu di sini juga?" tanya Anne merasa heran Ammer ingin bicara di rumah Jonathan yang bisa saja Nadia dan Jonathan menjadi curiga.