DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

RASA CEMAS JONATHAN (2)



RASA CEMAS JONATHAN (2)

"Aku juga tidak tahu Jo, sebaiknya aku tidur di sofa saja. Tubuhku sangat lemas sekali." ucap Nadia seraya turun dari tempat tidur dan berjalan ke sofa yang ada di dalam kamarnya.     

"Nadia, pakai bantal dan selimut ini. Aku akan menghubungi Paman Ammer agar segera kembali ke sini." ucap Jonathan benar-benar merasa cemas dengan keadaan Nadia.     

"Jangan merepotkan Paman Ammer, Jo. Aku tidak apa-apa." ucap Nadia sambil menerima bantal dan selimut dari Jonathan.     

Jonathan merasa sangat sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk bisa menjaga Nadia. Untuk duduk di kursi rodanya saja Jonathan tidak mampu tanpa bantuan Nadia. Dan sekarang, di saat dia ingin merawat Nadia tapi dia sendiri tidak bisa duduk di kursi roda. Mau meminta bantuan Nadia tidak mungkin juga. Kondisi Nadia terlihat lemas. Jalan satu-satunya hanya meminta bantuan Ammer agar segera datang.     

Sambil melihat ke arah Nadia yang terbaring di sofa Jonathan menghubungi Ammer.     

"Hallo... Paman Ammer. Apa Paman Ammer bisa ke sini sekarang? aku membutuhkan Paman Ammer untuk membantuku. Saat ini Nadia sedang sakit aku ingin merawatnya. Tapi aku sendiri tidak bisa melakukan apa-apa tanpa bantuan Paman." ucap Jonathan dengan perasaan sedih.     

"Anda jangan cemas Tuan Jonathan, aku akan ke sana sekarang." ucap Ammer dengan perasaan cemas menutup panggilan Jonathan.     

"Jo, seharusnya kamu tidak perlu menyuruh Paman Ammer ke sini. Aku hanya lelah, aku hanya membutuhkan istirahat sebentar saja." ucap Nadia sambil memegang kepalanya yang terasa berputar.     

"Nadia Sebaiknya kamu tidur di sini saja. Aku tidak akan mendekatimu agar kamu tidak mual." ucap Jonathan tidak tega melihat Nadia tidur sendirian di sofa.     

"Tidak Jo, biar aku disini saja aku tidak mau mual lagi. Tubuhku sudah sangat lemas nanti saja kalau aku sudah lebih baik, aku akan tidur di samping kamu." ucap Nadia dengan tubuh lemas.     

Jonathan hanya bisa menatap Nadia dengan perasaan sedih. Sungguh, Jonathan merasa putus asa dengan keadaannya yang tidak bisa bergerak bebas selain berbaring di tempat tidur.     

Masih dengan perasaan cemas Jonathan tetap terjaga melihat Nadia yang sudah tertidur dengan dengan wajah pucat.     

"Tok...Tok...Tok"     

Terdengar pintu kamar terketuk kemudian terbuka. Jonathan menegakkan punggungnya saat melihat Ammer sudah datang.     

"Paman Ammer cepatlah kemari dan bantu aku untuk duduk di kursi rodaku." ucap Jonathan sudah tidak sabar ingin merawat Nadia.     

"Baik Tuan Jonathan." ucap Ammer dengan cepat menghampiri Jonathan dan membantunya duduk di kursi roda.     

Setelah Jonathan duduk di kursi roda segera menghampiri Nadia yang berbaring di sofa.     

"Nadia... Nadia, bangunlah sayang." ucap Jonathan seraya mengusap wajah Nadia dengan lembut.     

"Paman Ammer sebaiknya Paman memindahkan Nadia ke tempat tidur." ucap Jonathan, setelah tahu Nadia masih belum terbangun.     

Amir menganggukkan kepalanya kemudian mendekati Nadia dan memindahkannya ke tempat tidur.     

"Terima kasih Paman Ammer, aku bisa minta tolong lagi untuk memanggil Dokter yang ada di sebelah rumah untuk datang kemari agar memeriksa keadaan Nadia. Sejak Nadia datang tiba-tiba dia merasa mual dan muntah-muntah beberapa kali. Aku tidak tega melihatnya." ucap Jonathan dengan wajah cemas.     

Untuk sesaat Ammer terdiam mendengar cerita Jonathan kemudian menahan senyum merasa bahagia kalau sebentar lagi dia akan mendapatkan seorang cucu.     

"Anda jangan cemas Tuan Jonathan. Aku akan membawa Dokter itu kemari. Tuan Jonathan Tenang saja dan jaga baik-baik Nona Nadia." ucap Ammer kemudian bergegas keluar untuk memanggil Dokter.     

Setelah Ammer pergi Jonathan mendekati Nadia yang masih belum bangun dari tidurnya.     

"Nadia... Nadia." panggil Jonathan seraya menggenggam tangan Nadia kemudian mencium punggung tangannya dengan penuh perasaan.     

"Semoga kamu tidak apa-apa Nadia, aku tidak bisa melihat kamu seperti ini. Aku benar-benar pria yang tidak berguna, tidak bisa menjaga kamu dengan baik dan merawatmu di saat kamu sedang sakit." ucap Jonathan dengan kedua matanya berkaca-kaca.     

"Siapa yang bilang kamu pria yang tidak berguna? Aku tidak pernah mengatakan hal itu. Yang aku tahu kamu pria yang sangat baik dan seorang suami yang sangat sayang padaku." ucap Nadia dengan tersenyum menatap Jonathan dari tempat tidurnya.     

"Kamu sudah bangun Nadia? bagaimana? Apa kamu sudah lebih baik atau masih merasa mual dan lemas?" tanya Jonathan bangun dari duduknya tapi tidak terlalu dekat pada Nadia.     

"Aku sudah lebih baik, hanya merasa sedikit lemah saja. Dan kenapa aku bisa disini? siapa yang memindahkan aku Jo?" tanya Nadia dengan heran saat sadar kalau dirinya tidur di tempat tidur.     

"Paman Ammer sudah datang, dan dia yang memindahkanmu di tempat tidur. Sekarang Paman Ammer sedang memanggil Dokter tetangga kita, agar bisa memeriksa keadaan kamu." ucap Jonathan dengan menggenggam tangan Nadia.     

"Kenapa harus memanggil dokter Jo? Bukankah sudah aku katakan aku sudah baik-baik saja. Kita harus pandai berhemat untuk tidak mengeluarkan uang untuk hal yang tidak perlu." ucap Nadia dengan tatapan penuh.     

"Mengeluarkan uang itu membayar Dokter demi kesehatan kamu itu sangatlah penting Nadia. Kamu tenang saja, aku akan berusaha untuk mencari uang dengan mencari pekerjaan yang lain agar kita bisa hidup layak." ucap Jonathan dengan sungguh-sungguh.     

"Aku percaya padamu Jo, tapi bagaimana dengan kesehatan kamu? kamu tidak boleh terlalu lelah bekerja atau bekerja di luar yang bisa saja membuat kamu sakit lagi." ucap Nadia dengan tatapan penuh.     

Jonathan tersenyum kemudian mengecup punggung tangan Nadia dengan penuh cinta.     

"Terima kasih kamu sudah percaya padaku. Aku akan lebih hati-hati dalam bekerja. Aku akan mencari pekerjaan yang bisa aku kerjakan di rumah tanpa harus keluar." ucap Jonathan dengan serius.     

"Tok... Tok...Tok"     

"Permisi, Tuan Jonathan. Dokter Ratna sudah datang." ucap Ammer berdiri di depan pintu dengan seorang wanita yang setengah tua.     

"Selamat sore Jonathan, Nadia. Tuan Ammer bilang kalau ada yang sakit, apakah Nadia yang sakit? Boleh aku memeriksanya sekarang?" ucap Dokter Ratna dengan tersenyum menghampiri Nadia.     

"Silakan Dokter, istri saya yang sakit. Sejak tadi dia merasa lemas dan sempat mual dan muntah muntah-muntah. Kira-kira apa penyebabnya Dokter?" tanya Jonathan berdiri di samping Dokter Ratna yang mulai memeriksa Nadia.     

"Tunggu sebentar ya Jo, aku akan memeriksa lebih lanjut keadaan Nadia. Kamu lebih baik tunggu di luar. Aku akan memberitahumu setelah aku memeriksa Nadia." ucap Dokter Ratna dengan sangat ramah.     

"Baiklah Dokter, aku akan menunggu di luar." ucap Jonathan sambil menatap kearah Nadia yang sedang menatapnya.     

Setelah Jonathan keluar, Dokter Ratna membuka pakaian atasan Nadia.     

"Jonathan terlihat sangat mencintaimu Nadia Kamu sangat beruntung mempunyai suami seperti Jonathan." ucap Dokter Ratna sambil memeriksa perut Nadia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.