KESEDIHAN JEEVAN
KESEDIHAN JEEVAN
"Aku juga tidak tahu Jeev, kita tunggu ambulans saja." ucap Gladys merasa kasihan pada Jeevan. Jeevan begitu sangat menyayangi Ayahnya. Walau sekeras apa pun Ayahnya bicara padanya bahkan menghajarnya, Jeevan sama sekali tidak melawan.
"Jeevan, sepertinya ambulans sudah datang. Aku akan melihatnya." ucap Gladys seraya bangun dari tempatnya dan segera pergi ke depan untuk melihat siapa yang datang.
Melihat ambulans yang datang segera Gladys memberitahu keadaan Tuan Mark pada salah satu tim medis yang menghampirinya.
Setelah mendengar penjelasan dari Gladys tim medis itu menganggukkan kepalanya dan berjalan masuk menyusul dua temannya yang sudah masuk lebih dulu.
"Gladys, aku akan menemani Ayah di mobil ambulans. Kamu bisa membawa mobilku kan?" tanya Jeevan dengan wajah sedih seraya memberikan kunci mobilnya pada Gladys.
Gladys menganggukkan kepalanya menerima kunci mobil dari Jeevan.
"Jeevan." panggil Gladys sebelum Jeevan masuk ke dalam mobil ambulans.
Jeevan menoleh dan melihat Gladys berlari ke arahnya dan memeluknya dengan erat.
"Kamu harus kuat dan bersabar. Semoga Tuan Mark baik-baik saja." ucap Gladys menangkup wajah Jeevan.
"Terima kasih Glad, hati-hati kamu di jalan." ucap Jeevan dengan suara pelan kemudian berbalik berniat masuk ke dalam mobil ambulans tapi Gladys memanggil namanya lagi.
"Jeevan, tunggu!" panggil Gladys dengan cepat mengecup bibir Jeevan dengan cepat.
Jeevan terdiam di tempatnya, baru kali ini Gladys mencium bibirnya.
"Masuklah cepat, kita bertemu di rumah sakit." ucap Gladys dengan wajah memerah sedikit merasa malu dengan apa yang di lakukannya.
Masih belum hilang rasa terkejutnya Jeevan menganggukkan kepalanya kemudian masuk ke dalam ambulans.
Gladys masuk ke dalam mobil Jeevan seraya menahan nafas dalam.
"Aku melakukannya agar kamu tidak merasa sendiri Jeevan, aku tidak mau larut dalam kesedihan dan berlari dalam pelukan Ivan lagi." ucap Gladys dalam hati kemudian menjalankan mobilnya mengikuti mobil ambulans yang sudah lebih dulu berangkat dengan sangat cepat.
Tiba di rumah sakit Gladys keluar dari mobil dan mencari keberadaan Jeevan. Terlihat Jeevan sudah berdiri menunggunya.
"Bagaimana keadaan Tuan Mark, Jeev? apa sudah di tangani Dokter?" tanya Gladys setelah di hadapan Jeevan.
"Masih di dalam, sepertinya Ayah terkena serangan jantung." ucap Jeevan sambil menekan pelipisnya merasa pusing yang tiba-tiba.
"Semoga saja Tuan Mark tidak apa-apa. Kamu kenapa Jeev? apa kamu sakit?" tanya Gladys saat melihat Jeevan beberapa kali menekan pelipisnya.
"Sedikit pusing dan berputar." ucap Jeevan berpegangan pada bahu Gladys.
"Aku rasa pengaruh saat kepala kamu terbentur dashboard mobil, juga lemparan vas Tuan Mark. Sebaiknya kita ke UGD, biar Dokter memeriksa kepala kamu." ucap Gladys menarik pelan tangan Jeevan dan masuk ke dalam UGD dan menceritakan apa yang terjadi pada Jeevan.
Setelah menceritakan semuanya pada Dokter jaga, Jeevan di bawa masuk oleh dua perawat ke ruang pemeriksaan.
Gladys menunggu di luar dengan perasaan cemas.
"Semoga saja Jeevan tidak kenapa-kenapa." ucap Gladys dalam hati sambil menggigit bibir bawahnya.
Setelah menunggu cukup lama, Jeevan tidak juga keluar dari ruang pemeriksaan.
"Kenapa aku jadi tegang dan cemas seperti ini? ada apa denganku?" tanya Gladys dalam hati sambil menatap ke arah pintu ruang pemeriksaan.
"Ceklek"
Pintu ruang terbuka, tampak Dokter dan Jeevan saling bicara dengan serius.
Gladys segera menghampiri ingin tahu keadaan Jeevan.
"Dokter, bagaimana keadaan Jeevan? dia baik-baik saja kan Dokter?" tanya Gladys dengan tatapan penuh.
"Tuan Jeevan saat ini bisa di katakan baik-baik saja. Tuan Jeevan mengalami gegar otak ringan. Tapi Tuan Jeevan tetap di sarankan untuk istirahat beberapa Minggu. Rasa pusing dan mual pasti akan di alami Tuan Jeevan dalam beberapa hari ke depan." ucap Dokter jaga menjelaskan panjang lebar tentang keluhan yang di rasakan Jeevan.
Gladys menganggukkan kepalanya mengerti dengan penjelasan Dokter jaga.
"Terima kasih Dokter atas penjelasannya." ucap Gladys pada Dokter jaga kemudian melihat ke arah Jeevan.
Sambil menghela nafas panjang, Gladys memeluk lengan Jeevan dan membawanya duduk di kursi panjang.
"Bagaimana dengan keadaan Ayah? apa sudah ada kabar dari Dokter?" tanya Jeevan setelah duduk di samping Gladys.
"Dokter masih belum keluar, semoga Tuan Mark baik-baik saja." ucap Gladys menatap Jeevan dengan rasa iba.
Jeevan terdiam duduk merenung di tempatnya. Perasaan dan hatinya benar-benar merasa bersalah pada Ayahnya.
"Seandainya terjadi sesuatu pada Ayah, aku tidak tahu lagi apa yang akan terjadi padaku Glad. Mungkin aku tidak akan memaafkan diriku sendiri." ucap Jeevan dengan kepala bersandar di dinding.
"Bersabarlah Jeev, semoga Tuan Mark tidak apa-apa." ucap Gladys mengudara bahu Jeevan.
"Aku benar-benar sedih Glad, aku merasa takut sendirian. Aku sudah dua kali merasakan bagaimana rasanya saat di tinggalkan." ucap Jeevan dengan kedua matanya berkaca-kaca.
Gladys menatap Jeevan ikut merasakan kesedihan Jeevan. Dengan rasa iba Gladys meraih kepala Jeevan dan merengkuhnya dengan erat.
"Kamu harus kuat Jeev, Tuan Mark sangat menyayangimu. Kamu harus bisa menjadi seseorang yang bisa di banggakan Tuan Mark." ucap Gladys seraya mengusap punggung Jeevan dengan pelan.
"Kamu benar Gladys, aku sudah banyak mengecewakan Ayah. Aku sama sekali tidak berguna." ucap Jeevan penuh dengan rasa penyesalan.
"Tidak Jeev, kamu sudah menjadi seorang pria yang sangat menyayangi Ayah kamu. Aku tidak melihat kamu melawan atau berani pada Tuan Mark. Hal itu sudah menunjukkan kalau kamu pria yang baik." ucap Gladys menatap penuh wajah Jeevan.
"Terima kasih Glad, kamu sudah menenangkan hatiku." ucap Jeevan menghela nafas panjang mengeluarkan rasa berat di dadanya.
"Ceklek"
Jeevan dan Gladys melihat pintu ruang UGD terbuka. Segera Jeevan dan Gladys bangun dari duduknya dan menghampiri Dokter yang keluar dari pintu.
"Dokter, bagaimana keadaan Ayahku?" tanya Jeevan dengan wajah terlihat cemas.
"Tuan Mark saat ini masih dalam keadaan kritis. Serangan jantung yang mendadak membuat Tuan Mark koma. Kita tidak tahu sampai kapan Tuan Mark bisa bangun dari tidur panjangnya ini." ucap Dokter dengan wajah serius.
Tubuh Jeevan sedikit terhuyung-huyung saat mendengar Ayahnya koma.
"Bagaimana ini bisa terjadi Dokter? selama ini Ayah tidak pernah terkena serangan jantung." ucap Jeevan dengan perasaan tak percaya hal itu akan terjadi pada Ayahnya.
"Hal ini bisa saja terjadi, jika seusia Tuan Mark mendapat masalah yang bisa mengejutkan hatinya dan memompa detak jantung hingga sangat cepat. Hal itu bisa mengakibatkan anfal dan bisa terjadi koma." ucap Dokter menjelaskan tentang keadaan Tuan Mark.
"Apa keadaan Tuan Mark seperti ini akan berlangsung lama Dokter apa tidak ada obat yang bisa menyadarkan Tuan Mark?" tanya Gladys dengan wajah serius.