PERMINTAAN TUAN MARK
PERMINTAAN TUAN MARK
"Nona Nadia? Tuan Jonathan? maafkan aku, aku tidak tahu kalau kalian datang." Ucap Jeevan seraya bangun dari tidurnya.
"Tidak apa-apa Jeev, sebaiknya panggil saja nama kita berdua. Sekarang kita sudah menjadi saudara kan?" ucap Nadia dengan tersenyum.
Jeevan menganggukkan kepalanya sambil mengusap wajahnya.
"Bagaimana keadaan Tuan Mark? apa Tuan Mark sudah sadar?" tanya Nadia dengan wajah serius.
"Tidak begitu baik, Ayah masih belum sadar." ucap Jeevan dengan wajah sedih.
"Bersabarlah Jeev, siapa tahu ada keajaiban dari Tuhan Tuan Mark tiba-tiba sadar dan sehat." ucap Jonathan memberi kekuatan pada Jeevan.
Jeevan menganggukkan kepalanya masih dengan perasaan sedih.
"Terima kasih atas doanya Jo." ucap Jeevan berusaha untuk tenang kembali.
"Permisi, dengan keluarga Tuan Mark?" tiba-tiba terdengar suara perawat datang menghampiri Jeevan dan Gladys.
"Benar Suster, kita keluarga dari Tuan Mark. Aku putranya, bagaimana keadaan Ayahku?" tanya Jeevan dengan tatapan penuh.
"Maaf, untuk hal itu anda bisa menemui Dokter Abaz. Saya hanya menyampaikan pesan Dokter Abaz, Tuan Mark saat ini sudah sadar dan ingin bicara dengan Nona Gladys juga Tuan Jeevan. Mari ikuti saya?" ucap perawat itu dengan wajah serius kemudian masuk ke dalam ruangan di mana Tuan Mark di rawat.
Jeevan menatap Gladys dengan tatapan sedih merasa cemas dengan keadaan Ayahnya.
"Ayahku tidak akan apa-apa kan Glad?" tanya Jeevan dengan suara bergetar.
"Tenanglah Jeev, Tuan Mark tidak akan apa-apa. Ayo, kita masuk saja." ucap Gladys seraya menggenggam tangan Jeevan.
Dengan perasaan tak menentu Jeevan masuk ke dalam ruangan di mana Ayahnya berbaring lemah. Hati Jeevan merasa takut kehilangan Ayahnya. Rasa bersalah menyelimuti hatinya sejak kejadian Ayahnya sampai menghajarnya.
"Ayah." panggil Jeevan setelah berdiri di samping Ayahnya.
"Jeevan, maafkan aku sudah memarahimu." ucap Tuan Mark dengan sangat lemah.
"Tidak apa-apa Ayah, aku pantas mendapatkan hukuman dari Ayah. Aku telah mengecewakan Ayah." ucap Jeevan dengan kedua matanya berkaca-kaca tidak tahan melihat keadaan Ayahnya yang berbaring lemah tak berdaya.
"Gladys, di mana Gladys? aku mau bicara dengan Gladys." ucap Tuan Mark dengan suara hampir tak terdengar.
"Aku di sini Tuan Mark, sebaiknya Tuan Mark istirahat dulu." ucap Gladys dengan suara pelan.
"Aku sudah tidak bisa istirahat lagi, aku sudah tidak punya banyak waktu. Gladys, apa aku bisa meminta sesuatu darimu?" tanya Tuan Mark seraya menggenggam tangan Gladys dan Jeevan.
"Apa itu Tuan Mark, anda meminta apa dariku?" tanya Gladys merasa ikut sesak mendengar ucapan Tuan Mark.
"Jangan teruskan Ayah, Ayah jangan bicara lagi. Sebaiknya Ayah istirahat saja." ucap Jeevan dengan kedua matanya sudah berkaca-kaca tidak bisa menahan rasa sedihnya.
"Aku harus menyelesaikan tugasku Jeevan, aku harus memastikan kamu bahagia dengan wanita yang bisa menjagamu." ucap Tuan Mark dengan suara semakin pelan.
Jeevan menangis tidak ingin kehilangan Ayah satu-satunya orang yang selalu menyayanginya.
"Ayah, aku sudah bahagia dengan tinggal bersama Ayah. Ayah jangan bilang seperti itu." ucap Jeevan menangis memeluk Ayahnya dengan perasaan sedih.
"Jeevan, dengarkan aku. Usia kamu sudah dewasa, sudah sepantasnya kamu menikah dan punya anak. Jangan lagi melakukan kesalahan Jeevan." ucap Tuan Mark seraya menyentuh wajah Jeevan putra satu-satunya.
"Tidak lagi Ayah, aku berjanji padamu. Aku sudah memutuskan akan menikah dengan Gladys dalam minggu ini. Ayah harus cepat sehat kita berdua membutuhkan Ayah." ucap Jeevan menggenggam tangan Ayahnya dengan air mata yang masih mengalir di pipinya. Jiwa Jeevan kembali terguncang dan ketakutan. Setelah di tinggalkan Ibunya dan kekasihnya, Jeevan tidak ingin kehilangan Ayahnya juga.
"Aku senang kalian berdua sudah memutuskan untuk menikah, aku sangat bahagia dan tenang sekarang. Tidak ada lagi yang aku cemaskan. Gladys, berjanjilah padaku kamu akan bersabar dan menjaga Jeevan dengan baik. Apa pun yang terjadi tetaplah di sisi Jeevan. Apa kamu bisa melaksanakannya dan berjanji padaku?" tanya Jeevan dengan wajah serius.
Gladys menatap Tuan Mark dengan tatapan sedih. Bagaimana Gladys bisa menolak permintaan Tuan Mark orang yang sudah baik padanya juga orang yang Gladys hormati.
"Aku berjanji padamu Tuan Mark, aku akan menjaga Jeevan dengan baik. Sekarang Tuan Mark harus istirahat, agar cepat sembuh dan bisa menemani saat kita menikah nanti." ucap Gladys dengan suara tangis tertahan.
Tuan Mark memejamkan matanya kemudian genggaman tangannya tiba-tiba lemas dalam genggaman Jeevan.
Jeevan terhenyak menatap Ayahnya. Tubuh Ayahnya tak bergerak dengan kedua matanya terpejam.
"Ayah... Ayah...Ayahh!! bangun Ayah!! Dokter!! Dokter! tolong Ayahku Dokter!! kenapa dengan Ayahku?!!" teriak Jeevan sambil menangkup wajah Ayahnya.
Mendengar teriakan Jeevan yang sangat keras perawat yang ada langsung memanggil Dokter yang menangani Tuan Mark.
"Nona, tolong Tuan Jeevan bawa keluar. Dokter akan segera datang untuk memeriksa keadaan Tuan Mark." ucap Perawat segera mendekati Tuan Mark.
Dengan perasaan terkejut dan sedih, Gladys memeluk pinggang Jeevan dan membawanya keluar.
"Jangan bawa aku keluar Glad, aku Ingin bersama Ayah. Aku hanya ingin Ayahku, hanya Ayah yang aku punya yang menyayangiku." ucap Jeevan sambil menatap ke pintu ruang gawat darurat.
"Tenanglah Jeev, biar Dokter menangani Tuan Mark. Semoga saja Tuan Mark baik-baik saja." ucap Gladys mengajak Jeevan ke tempat Nadia dan Jonathan.
"Ada apa Gladys? kenapa dengan Jeevan? apa telah terjadi sesuatu pada Tuan Mark? aku melihat Dokter masuk ke dalam dengan tergesa-gesa?" tanya Nadia dengan wajah serius.
"Tuan Mark tiba-tiba tidak bergerak dan tubuhnya lemas. Dokter sekarang sedang memeriksanya." ucap Gladys seraya mengajak Jeevan duduk.
"Jeevan...tenanglah. Aku yakin Tuan Mark akan baik-baik saja." ucap Jonathan menenangkan hati Jeevan.
"Benar Jeevan, kamu harus yakin dan berdoa terus. Semoga Ayah kamu baik-baik saja." ucap Nadia ikut menenangkan Jeevan.
Melihat kesedihan Jeevan juga gigihnya Nadia dan Jonathan menenangkan hati Jeevan, hati Gladys menjadi ikut sedih dengan keadaan Jeevan.
Jeevan benar-benar terlihat hancur dengan kejadian yang menimpa Ayahnya.
"Jeevan, cukup Jeev jangan bersedih seperti ini. Kamu harus kuat demi kesembuhan Tuan Mark." ucap Gladys seraya menggenggam tangan Jeevan.
"Aku yang bersalah atas yang terjadi pada Ayah. Aku yang membuat Ayah sakit, semua ini salahku Glad." ucap Jeevan dengan perasaan sedih.
"Tidak Jeev, itu tidak benar. Tuan Mark sangat menyayangi kamu. Karena itu kamu harus sungguh-sungguh menjauh dari Ivan. Jangan lagi membuat Tuan Mark bersedih." ucap Gladys seraya mengusap punggung Jeevan dengan pelan.
"Kamu benar Glad, aku harus berubah demi Ayah. Aku tidak ingin mengecewakan Ayah lagi." ucap Jeevan dengan perasaan bersalah.