IKUT MERASA SEDIH
IKUT MERASA SEDIH
"Lalu Jean bilang apa padamu? apa dia akan tetap meneruskan sandiwaranya itu?" tanya Nadia ikut merasa panik dengan apa yang dilakukan Jean.
"Aku tidak tahu, hanya saja aku berpesan pada Jean untuk tidak menyakiti orang tua lagi, apalagi Renata hanya mempunyai Ayahnya saja." ucap Gladys menceritakan tentang Renata seperti yang sudah diceritakan oleh Jean.
"Tapi kenapa Jean menghubungi kamu? dan menceritakan soal tentang itu padamu? kenapa tidak meminta pendapatku?" tanya Nadia dengan kening berkerut.
"Mungkin dia takut padamu, atau juga tidak enak dengan Jonathan. karena kamu tahu sendiri Jonathan selalu cemburu pada Jean setiap dekat denganmu." ucap Gladys dengan suara pelan mulai meredakan emosinya.
"Kenapa tidak enak dengan Jonathan? Jonathan tidak pernah merasa cemburu kalau tidak keterlaluan. Apalagi setelah kejadian kemarin Jonathan malah berterima kasih pada Jean. Mungkin Jean sendiri yang merasa malu padaku." ucap Nadia sambil menekan pelipisnya.
"Sekarang bagaimana? Apa ada kabar dari Jean. Kemarin Jean bilang pulang ke kota M karena mendapat panggilan dari Renata keadaannya ayahnya sangat kritis." ucap Nadia dengan serius.
"Itulah permasalahannya karena Ayahnya sangat kritis dan sekarang sudah sembuh. Jean harus memberikan keputusan tentang hubungannya dengan Renata. Sudahlah, aku menghubungimu hanya menceritakan hal itu saja." ucap Gladys merasa ikut pusing dengan masalahnya Jean.
"Kamu sendiri bagaimana katanya kamu mau bulan madu ingin memberikan banyak cucu pada Ayah kamu kapan kamu berangkat?" tanya Nadia sedikit menggoda Gladys agar tidak marah-marah.
"Bagaimana aku mau bulan madu? Jeevan sudah memintanya lebih dulu berkali-kali. Kalau pun bulan madu, aku tidak tahu bulan madu yang ke berapa? malam pertama yang ke berapa?" ucap Gladys sambil tertawa mengingat dia berkali-kali bercinta dengan Jeevan.
Nadia tertawa mendengar ucapan Gladys yang terkadang sangat kocak dan apa adanya.
"Lalu bagaimana rencanamu apa tidak jadi bulan madu kalau sudah seperti itu?" tanya Nadia merasa penasaran.
"Seperti keinginan Ayah aku tetap akan bulan madu tapi aku tidak mau bulan madu di luar aku hanya mau bulan madu di hotel di sekitar rumah saja agar bisa melihat keadaan Ayah." ucap Gladys menceritakan rencana bulan madunya pada Nadia.
"Kamu bulan madu di hotel kota ini saja apa tidak salah kenapa tidak bulan madu di rumah saja kalau seperti itu itu akan lebih baik daripada di hotel di kota ini." ucap Nadia sambil menahan senyum.
"Kamu tidak tahu bagaimana sifat ayahku dia sangat keras kepala seperti putranya. dan aku tidak bisa menolaknya. Karena itulah daripada aku bulan madu jauh-jauh aku bulan madu di hotel saja, biar bisa melihat ayah di rumah sakit karena dia masih belum sehat betul." ucap Gladys panjang lebar.
"Ternyata kamu menantu yang sangat baik perhatian sama mertua, beruntung sekali Javan mendapat istri seperti kamu. hati-hati saja dengan orang yang ingin menghancurkan pernikahan kamu kalau melihat kamu begitu mesra sama Jeevan." ucap Nadia dengan tertawa kecil.
"Itulah masalahnya juga kemarin Jeevan tidak melaporkan Ivan ke polisi karena jefan tidak ingin Ivan mendapat masalah tapi kamu tahu seorang gay terkadang sulit untuk memaafkan aku takut kalau Ivan datang dan berusaha balas dendam pada aku dan Jeevan." ucap Gladys mengungkapkan kecemasannya.
"Lalu apa yang kamu lakukan untuk melindungi diri atau menjaga Jeevan dari Ivan? bisa saja Ivan kembali sewaktu-waktu?" ucap Nadia ikut merasa kuatir tentang masalah gladis dan Ivan yang belum selesai.
"Aku tidak tahu kita serahkan saja pada Tuhan apa yang akan dilakukan Ivan pada aku dan jeevan. semoga saja Ivan sadar dan tidak melakukan hal itu lagi karena Jeevan yang sudah baik padanya memberikan kesempatan tidak melaporkan dia ke polisi." ucap Gladys sambil mengusap wajahnya.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku Nadia kamu ada di mana sekarang jangan bilang kamu masih ada di rumah hutan kapan kamu kembali ke sini aku sudah sangat merindukanmu." ucap Gladys tanpa henti bicara.
"Kalau aku katakan kamu juga tidak akan tahu aku ada di mana. Aku memang masih ada di rumah hutan. Tapi saat ini aku berada di tengah danau bersama Jonathan, kita bulan madu untuk yang kesekian, tidak seperti kamu bulan madu untuk yang kesekian." ucap Nadia dengan nada tertawa.
"Ya Tuhan!! Nadia kamu sudah dalam keadaan hamil masih saja menyebut dengan bulan madu di mana itu rumah danau Aku tidak tahu kapan kamu akan mengajakku ke sana." ucap Gladys merasa penasaran dengan rumah danau.
"Rumah danau di sini berada di tengah danau sangat indah kalau kamu mau kita bisa ke sini bersama-sama saat ada waktu kamu tidak akan bisa melupakan tempat ini kalau sudah berada di sini." ucap Nadia memberikan gambaran pada Gladys tentang keindahan rumah di tengah danau.
"Benarkah??? sepertinya benar-benar sangat indah karena mendengar cerita dari kamu kapan kamu akan mengajakku ke sana aku akan bilang jefan agar kita bisa bersama-sama bersenang-senang seperti dulu." ucap Gladys dengan sangat antusias.
"Bilang saja pada Jeevan kapan dia punya waktu kita bisa pergi ke sini sama-sama." ucap Nadia sambil melihat ke arah pintu saat melihat Jonathan datang sambil membawa makanan.
"Baiklah Nadia nanti aku hubungi kamu lagi Kamu bisa beristirahat dan selamat bersenang-senang dengan suami kamu ucap Gladys kemudian menutup panggilannya.
Setelah menerima panggilan dari Gladys Nadia meletakkan ponselnya di atas meja kemudian mendekati Jonathan yang sedang membawa makanannya.
"Makanan sudah siap ratuku." ucap Jonathan dengan tersenyum memberikan makanan hasil masakannya pada Nadia yang tersenyum manis padanya.
"Terima kasih banyak pelayanku sepertinya masakan kamu sangat enak sekali harumnya memenuhi kamar ini apakah aku sudah bisa untuk memakannya?" tanya Nadia sambil mengeringkan bola matanya merasa ingin tertawa dengan sandiwara yang mereka mainkan sebagai ratu dan pelayan.
"Silakan ratu cicipi lebih dulu apakah rasanya sangat enak atau meragukan." ucap Jonathan dengan tersenyum.
"Wah rasanya tidak bisa diragukan lagi masakan suamiku Ternyata enak sekali apakah Ayah yang mengajarimu Jonathan?" tanya Nadia sambil membawa makanannya ke tempat tidur.
"Tentu saja Ayah yang mengajariku saat aku berlibur di rumah hutan Ayah mengajariku semuanya Karena itulah aku tidak pernah bosan tinggal di rumah hutan bersama ayah walaupun aku jarang bertemu Deddy dan mami ternyata karena Ayah Amir adalah Ayah kandungku." ucap Jonathan hanya bisa bersyukur karena masih bisa bersama dengan Ayahnya.
"Kamu sangat beruntung Jo dari kecil tinggal bersama Derry dan mami juga sangat dekat dengan ayah Amir sedangkan aku aku jauh dari mami dan Dedi aku tidak bisa merasakan kasih sayang mereka tapi aku tidak menyesalinya karena aku mendapatkan kasih sayang dari Ibu Emily." ucap Nadia sedikit merasa sedih dengan kisah hidupnya.
****
KEMBALI KE KOTA
"Kamu jangan sedih karena semua itu sudah berlalu yang terpenting sekarang kamu sudah bahagia hidup bersamaku dan berkumpul dengan Dedi dan mami dan orang-orang yang menyayangi kamu." ucap Jonathan menghibur Nadia agar tidak bersedih lagi.
"Kamu benar Jo aku tidak perlu lagi bersedih karena ada kamu dan orang tua kita yang sudah berkumpul bersama tidak ada lagi orang-orang jahat yang mengejar kamu." ucap Nadia dengan mata berkaca-kaca.
"Sudahlah Nadia jangan menangis Bagaimana kamu bisa menangis di saat kita berdua seperti ini kita harus bahagia kalau kamu menangis aku ikut sedih dan bagaimana dengan nasib masakanku ini kalau kamu menangis." ucap Jonathan sedikit bercanda agar Nadia bisa tersenyum kembali.
"Kamu sudah membuatku tidak jadi menangis Bagaimana bisa kamu merayuku seperti itu Kamu lebih berat makanan kamu yang tidak aku makan daripada membujukku agar tidak menangis." ucap Nadia sambil mengusap air matanya dan tersenyum.
Jonathan tertawa lirik kemudian mengusap air mata Nadia dengan penuh kasih sayang.
"Habiskan makanan ini aku mau masaknya dengan perasaan cinta aku ingin kamu mengingat kalau hari ini aku sangat bahagia bisa memenuhi keinginan kamu sebagai pelayan." ucap Jonathan dengan tatapan penuh cinta.
"Setelah selesai makan ini kita ke mana Jo kita pulang atau harus menginap di sini?" tanya Nadia ingin tahu rencana Jonathan selanjutnya.
"Kita akan pulang ke kota karena ada pekerjaan yang harus aku selesaikan Kamu tahu kan sekarang perusahaan sudah diserahkan ayah ke aku lagi Tapi percayalah kalau kamu masih ingin tinggal di rumah sederhana kita aku tidak apa-apa aku akan mengikutimu kemanapun kamu tinggal." ucap Jonathan dengan sungguh-sungguh.
"Kapan kamu mulai bekerja apa harus langsung besok?" tanya Nadia sambil menikmati makanannya.
"Daddy bilang besok aku harus kembali bekerja sebagai CEO di sana, karena banyak sekali partner kerja yang baru menawarkan kerjasamanya. Dan Dedi menginginkan semua bisa berjalan dengan lancar." ucap Jonathan sambil menatap Nadia yang sedang menikmati makanannya.
"Kalau punya banyak partner kerja apa kamu harus bertemu mereka atau mereka yang mendatangi kamu?" tanya Nadia ingin tahu tentang perusahaan yang digeluti oleh Jonathan.
"Kita bisa punya partner kerja dengan kesepakatan kerja kontrak dan beberapa beberapa saham dari mereka dan dari kemarin bilang ada pada kerja baru dari Singapura dan Aku diminta Ayah untuk menemuinya." ucap Jonathan menjelaskan pada Nadia.
"Sepertinya sangat rumit sekali Bagaimana kamu bisa mengelola perusahaan yang begitu besar dengan banyak karyawan?" tanya Nadia sambil menunggu minumannya setelah menghabiskan makanan yang dibuat Jonathan.
"Aku tidak bekerja sendirian Nadia banyak sekali orang-orang yang bekerja padaku untuk bisa memajukan perusahaan aku hanya tinggal memberikan perintah dan mengamati mereka kerja hanya itu saja." ucap Jonathan sambil menatap Nadia yang sudah menghabiskan makanannya.
"Kalau begitu berat juga pekerjaan kamu di perusahaan pantas saja kamu tidak bisa gemuk." ucap Nadia dengan sebuah senyuman.
"Tidak apa-apa sebentar lagi juga akan gemuk karena kamu yang akan menggemukkan aku ucap Jonathan membalas senyuman Nadia.
"Jadi kita pulang kapan?" tanya Nadia lagi sambil membereskan tempat makanannya.
"Kita akan pulang setelah melihat matahari terbenam dari rumah Danau ini kamu akan tahu bagaimana sangat indahnya saat matahari terbenam." ucap Jonathan sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan jam tiga siang.
"Apa kamu tidak ingin berenang Nadia?" tanya Jonathan menawarkan Nadia agar bisa menikmati rumah danau dan semua fasilitasnya.
"Apakah Danau tidak terlalu dalam?" tanya Nadia sudah lama sekali tidak pernah berenang dan tawaran Jonathan sangat menggoda hatinya.
"Sepertinya tidak dulu sebelum kecelakaan aku sering berenang di danau ini dan tidak ada masalah apapun." ucap Jonathan sambil menatap ke arah danau dari jendela.
"Kalau mendengar cerita kamu sepertinya masa kecil kamu dan remaja kamu sangat bahagia tidak sepertiku yang penuh dengan kesedihan dan kebencian juga kekecewaan." ucap Nadia kembali merasa sedih bila mengingat itu semua.
"Sudahlah sayang Jangan bersedih lagi aku tidak bisa melihat kamu bersedih seperti itu." ucap Jonathan menggenggam tangan hadiah dan mengecupnya dengan penuh perasaan.
"Sekarang, ayo kita berangkat ke pantai jangan bersedih lagi. Ingat sayang...disini kita untuk menikmati kebersamaan kita bukan sayang? cepat ganti pakaianmu sekarang. Kamu bisa berenang sepuas hati kamu." ucap Jonathan mencubit sayang pipi Nadia.
Sambil menunggu Nadia yang sedang berganti pakaian Jonathan menerima pesan dari Daddy-nya mengingatkan tentang janji bertemu partner kerja yang harus dia ditemui.
Setelah melihat Nadia selesai berganti pakaian, dengan sebuah senyuman Jonathan menggenggam tangan Nadia dan mengajaknya ke pinggiran danau agar Nadia bisa berenang dan menikmati senja.
Di tengah Danau Karin menceburkan diri di air yang begitu sangat jernih dan indah. Jonathan menikmati Nadia yang berenang dengan sangat bahagia dan menikmati segala keindahannya. melihat kebahagiaan di wajah Nadia Jonathan ikut merasakan kebahagiaan itu.
"Sangat indah sekali di sini Jo, aku sangat menyukainya. Entah kapan kita bisa kesini lagi." ucap Nadia setelah selesai berenang dan duduk dipinggiran dermaga sambil memercikkan air ke wajah Jonathan yang terlihat begitu menikmati pemandangan senja yang sangat indah.
Setelah selesai berenang dan berganti pakaian, beberapa jam seiring dengan senja yang sudah mulai menampakkan diri, Jonathan dan Nadia duduk ditepi pinggiran rumah Danau menikmati matahari yang sudah mulai terbenam.
Dengan saling berpelukan dan menyandarkan kepala Nadia dan Jonathan menikmati matahari yang perlahan mulai tenggelam di tepian Danau.
****
KEMBALI BEKERJA
Di jalan....
Nadia melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Nadia terpaksa pergi ke kantor Jonathan saat melihat pesan dari Jonathan yang akan memberinya sebuah kejutan.
"Aku tidak tahu kejutan apa yang akan diberikan Jonathan padaku." ucap Nadia berjalan cepat masuk ke dalam kantor Jonathan.
"Nadia??" panggil seseorang yang tidak usah asing lagi di telinganya.
"Jeann??! kamu ada di sini?? Bukankah kamu ada di kota M?? Kenapa kamu ada di sini?" tanya Nadia dengan tatapan tak percaya kalau jin ada di perusahaan Jonathan.
"Kamu bisa bertanya pada Jonathan, kenapa kamu ada di sini dan kamu tahu aku tidak bisa menolak semua permintaan Jonathan." ucap Jane sambil membawa berkas yang akan diberikan pada Jonathan.
"Aku sama sekali tak percaya? Kenapa kamu ada di sini? lalu usaha kamu di kota M bagaimana?" tanya Nadia dengan kening berkerut.
"Tidak ada masalah,aku bekerja sama dengan Renata jadi Renata bisa menghandle usahaku yang ada di kota M." ucap Jean dengan tenang kemudian mendekati Jonathan.
"Akhirnya kamu datang juga Nadia?" sapa Jonathan sambil melihat ke arah Jean yang akan memberikan berkas kepadanya.
"Tentu saja aku barusan datang, bagaimana harimu hari ini semangat kan?" tanya Nadia penuh perhatian.
Hati Jean tercubit keras, sedikit sakit melihat Nadia yang begitu sayang dan perhatian sama Jonathan.
"Penuh semangat Nadia." sahut Jonathan dengan tersenyum bahagia saat melihat Nadia datang tepat waktu.
"Syukurlah kalau kamu penuh semangat Aku hanya ingin tahu kenapa jangan bisa bekerja di sini?." tanya Nadia menatap Jonathan dengan tatapan serius.
"Aku meminta bantuannya untuk mengurusi beberapa pekerjaan yang tidak bisa aku selesaikan sendiri karena aku sudah sangat mengenal baik dengan Jane Aku meminta Jen untuk bekerja bersamaku." ucap Jonathan dengan tersenyum.
"Begitu ceritanya jadi itu kejutan yang kamu berikan padaku kalau Jean bekerja denganmu." ucap Nadia mana tak penuh wajah Jonathan.
Jonathan menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu selamat bekerja untuk kalian berdua aku rasa aku harus kembali pulang untuk menyelesaikan pekerjaanku." ucap Nadia dengan pikiran tak mengerti.
"Apa kamu akan ke rumah kaca Nadia?" tanya Jean sebelum Nadia pergi.
Nadia menganggukkan kepalanya sambil memicingkan matanya.
"Aku tidak mengerti dengan pikiran kaum laki-laki di saat dia sudah punya pekerjaan dan usaha sendiri kenapa harus bekerja di perusahaan orang lain. Entah itu namanya persahabatan atau apa aku tidak tahu yang penting Sekarang aku akan bekerja selamat tinggal semuanya." ucap Nadia merasa kesal meninggalkan Jonathan dan Jean yang hanya bisa saling pandang.
Jean bergegas keluar namun Nadia sudah pergi. Di saat Jean mau berbalik lebih terkejut lagi saat melihat Amanda mantan kekasih Jonathan.
"Jonathan!! sepertinya Amanda sedang mencarimu! dia di sini!" ucap Jean dengan perasaan tidak enak dengan kedatangan Amanda mantan Jonathan.
"Amanda???" ucap Jonathan sambil mengusap tengkuk lehernya.
"Suruh masuk, dan kamu jangan kemana-mana Jean." ucap Jonathan harus bersiap-siap untuk mengahadapi akal licik Amanda.
Tidak berapa lama kemudian, Amanda masuk dengan gaya anggunnya menghampiri Jonathan.
"Hai Jonathan sesuai dengan janjiku pada Tuan Daren, aku datang menawarkan kerjasama padamu dengan aku akan menanam modal pada perusahaanmu." ucap Amanda setelah duduk di hadapan Jonathan.
"Jadi ini yang Daddy bilang partner kerja baru yang harus aku temui? ternyata Amanda. bagaimana jadi bisa menerima kerjasama Amanda? pasti karena ayahnya Amanda teman Daddy." ucap Jonathan dalam hati.
"Sangat bagus kalau kamu berpikir untuk menanam modal pada perusahaan kita, kalau kamu sudah pastikan untuk itu kamu bisa bicara dengan Jean. Jean nanti akan menjelaskan semuanya tentang keuntungan dari kerjasama ini." ucap Jonathan dengan tenang.
"Tapi akan lebih jelas lagi kalau kamu yang menjelaskannya padaku." ucap Amanda dengan sebuah senyuman.
"Untuk semua yang berhubungan dengan kerjasama yang menangani adalah Jean. Jadi kamu bisa menyelesaikan semuanya dengan Jean." ucap Jonathan dengan suara penuh tekanan.
"Baiklah aku akan bicara dengan Jean...tapi kamu bisa kan nanti menemaniku makan siang?" tanya Amanda dengan tatapan penuh harap.
"Maaf Amanda, untuk makan siang aku harus makan di rumah dengan istriku." ucap Jonathan tanpa mengada-ada dengan alasan.
"Ohhh... begitu ya? apa kamu tidak mengundangku untuk makan siang? aku baru datang ke Indonesia sedikit bingung untuk mencari tempat tinggal baru." ucap Amanda ingin dekat dengan Jonathan.
"Aku tidak bisa mengundang kamu untuk makan di rumah kecuali Nadia yang mengundangmu. lagi pula Kenapa kamu bingung mencari rumah Bukankah di sini kamu juga punya rumah?" ucap Jonathan semakin pusing dengan sikap Amanda.
"Tentu, aku akan menunggu undangan dari istri kamu. Di mana aku harus menemui istri kamu ya?" tanya Amanda ingin lebih mengenal dekat Nadia yang telah merebut hati Jonathan darinya.
"Kamu bisa bertemu istriku di taman bunga rumah kaca dia bekerja di sana." ucap Jonathan berusaha menyiapkan kesabaran yang lebih untuk menghadapi Amanda yang super manja.
"Jean, tolong ajak Amanda ke ruang kerja kamu dan kamu bisa menjelaskannya semuanya tentang perusahaan kita." ucap Jonathan memutuskan perbincangannya dengan Amanda yang tidak ada keuntungannya.
"Baik, ayo Amanda ikut denganku." ucap Jean ikut merasa kesal.
"Sebentar Jean, Jonathan? apa benar nomor yang ada di kartu ini adalah nomor kamu yang aktif?" tanya Amanda berniat untuk menyimpannya.
"Ya benar." ucap Jonathan seraya melanjutkan pekerjaannya tanpa melihat ke arah Amanda lagi.
Ananda menghela nafas panjang mendapat perlakuan dingin dari Jonathan seorang laki-laki yang dulu sampai sekarang masih di cintainya.
Setelah Amanda pergi meninggalkan ruangan, seketika Jonathan menghentikan pekerjaannya dan duduk bersandar sambil meraih ponselnya.
Tiba-tiba ada sebuah pemberitahuan pesan masuk tenyata dari Amanda.
"Jonathan ini nomorku, kamu simpan oke. siapa tahu akan berguna karena sekarang kita adalah partner kerja." ucap Amanda pada pesannya.
Dengan berat hati, Jonathan membalasnya dengan satu kata saja.
"Ya." balas Jonathan dengan singkat pada pesannya.
Sambil menekan pelipisnya, hati Jonathan tiba-tiba rindu pada Nadia.
Dengan penuh rindu Jonathan mengirim pesan pada Nadia.
"Sibuk Nadia?" tanya Jonathan.
"Ya Jo, ada apa?" tanya Nadia balik.
"Aku rindu." balas Jonathan jujur.
"Aku juga." ucap Nadia membalas cepat.
"Kita makan siang bisa?" tanya Jonathan penuh harap.
"Belum tahu Jo, pekerjaan masih banyak. Jean memberikan aku tanggung jawab yang besar." jelas Nadia dengan jujur.
"Ya sudah...semangat bekerja sayang, sampai bertemu di rumah." ucap Jonathan dengan sedih.
"Kamu juga ya Jo.. muachh." balas Nadia dengan memberi gambar emoticon.
Melihat ada gambar emoticon sebuah ciuman Jonathan sedikit terhibur dan tersenyum.
"Aku sudah tidak sabar ingin pulang makan siang bersamamu." ucap Jonathan dengan perasaan rindu.
"Ceklek "
Pintu ruangannya terbuka tampak wajah dan terlihat sangat kesal
"Ada apa Jen? Kenapa kamu tampak kesal? apa karena kamu tidak sanggup menghadapi Amanda yang mengesalkan itu?" tanya Jonathan dengan tersenyum
"Aku tidak tahu bagaimana aku bisa menghadapi wanita seperti itu yang pasti dia sudah menjadi partner kerja kita karena tuan Daren sudah menerimanya." ucap Jean dengan nada putus asa.
"Tidak apa-apa biarkan saja selama dia tidak mengganggu kita semua." ucap Jonathan berusaha untuk tetap tenang.