Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Sembilan



Sembilan

"Kenapa kita ke sini? Bukannya tadi mau langsung pulang?" aku bertanya setelah membuka mata. Sepertinya aku tertidur cukup lama dan tak menyadari saat Astro membawaku ke restoran miliknya.     

"Biar kamu ga galau terus." ujarnya sambil beranjak keluar dari mobil.     

Aku mengikutinya dengan terpaksa sambil membawa handphone dan meninggalkan barang-barang lainnya di mobil, "Kita kan masih ada ujian besok."     

"Kita udah bertahun-tahun belajar. Cuma ga belajar sehari ga akan bikin kita amnesia kan?"     

Aku menatapnya tak percaya, tapi dia memang benar. Dia memberiku senyum menggodanya yang biasa dan memberi isyarat untukku terus berjalan di sisinya.     

"Okay, trus kita mau ngapain ke sini?"     

"Kita mau kencan, Nona. Masih nanya juga?"     

Aku tersenyum. Mengingat tahun lalu saat aku merasa tak nyaman saat dia menyebut kata "kencan". Sekarang aku justru merasa senang.     

"Mau steak atau seafood?" Astro bertanya saat memasuki area restoran.     

"Sekarang ada seafood?"     

Astro menggumam mengiyakan, "Minggu depan plang resto di depan diganti jadi steak & seafood, tapi menunya udah bisa dipesen sekarang."     

"Aku mau coba seafood kalau gitu."     

Astro hanya mengangguk dan memasuki area dapur yang sedang sibuk. Kami menemui Ray di satu sudut yang sedang berkutat dengan adonan pastry.     

"Loh, bukannya kalian masih ujian?" Ray bertanya setelah menyadari keberadaan kami.     

"Emang kalau lagi ujian ga butuh makan?" Astro bertanya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

"Ada om Jaya di atas tau."     

"Ayah lagi honeymoon ke London, Ray. Kayaknya kamu butuh liburan ya? Bercandaan kamu mulai garing."     

"Sepuluh hari ya?" Ray bertanya dengan senyum iseng di bibirnya.     

"Seminggu."     

"Calon suami kamu pelit." ujar Ray padaku.     

Dua sepupu ini terlihat lucu untukku, tapi aku akan membantu Ray kali ini, "Sembilan hari, boleh?"     

"Fine." ujar Astro.     

Ray tersenyum lebar sekali sambil menatapku iseng, "Lain kali aku ijin liburan sama kamu aja."     

Aku menggeleng perlahan. Aku bukan bosnya. Aku hanya sedikit membantunya kali ini.     

"Kalian mau makan apa?"     

"Calon istriku mau seafood." ujar Astro.     

"Agak lama ya. Soalnya banyak yang mau menu itu hari ini."     

"It's okay. Thank you." ujarku.     

Ray hanya membalasnya dengan senyuman. Sebetulnya aku ingin sekali bertanya kenapa dia mau saja bekerja menjadi bawahan Astro jika dia bisa membuka restoran miliknya sendiri, tapi aku membatalkannya.     

Aku mengikuti langkah Astro menaiki tangga. Dia memilih meja yang biasa dekat dengan teralis. Dia menarik kursi dan memintaku duduk, lalu menarik kursi untuknya sendiri dan memindahkannya tepat di sebelahku. Sepertinya dia ingin lebih dekat denganku hari ini.     

"Abis ujian mau ke mana?"     

"Aku ngajak Donna nginep di rumah beberapa hari. Dia bilang mau ijin mamanya dulu. Jadi sementara aku ga ada rencana keluar."     

"Aku mau ketemu kamu setiap hari sebelum kita bener-bener LDR. Aku bakal kangen banget sama kamu." ujarnya dengan tatapan yang menyayangkan rencanaku.     

"Kamu bisa ke rumah. Donna ga akan keberatan juga kayaknya."     

Pramusaji datang membawa dua teko berisi air dan jus jeruk dengan empat gelas di sisinya, juga sekeranjang roti dengan butter. Dia segera turun setelah Astro mengucapkan terima kasih.     

"Aku ga mau. Emangnya kamu ga tau kalau Donna pernah nembak aku?" Astro bertanya sambil mengamit sebuah roti dan mengoles butter, lalu menyodorkannya padaku. Kemudian mengambil roti yang lain untuk dirinya sendiri.     

"Yang bener?" aku bertanya sebelum menggigit roti.     

"Dia nembak aku beberapa hari setelah masuk kelas sepuluh. Dia agresif banget. Aku sampai terpaksa bilang udah punya kamu, baru dia mau mundur. Hampir aja aku kasih liat foto kamu ke dia." ujarnya. Informasi ini baru bagiku. Sepengetahuanku Donna selalu memberi kami dukungan. Aku tak pernah melihat Donna cemburu padaku.     

"Kamu serius?"     

Astro mengangguk. Saat kelas sepuluh, seingatku aku sedang sibuk belajar bagaimana mengelola toko di Anjungan. Aku masih belajar dengan sistem homeschooling saat itu.     

"Aku batal ke ITB. Aku mau ke ITS aja." ujar Astro tiba-tiba.     

"Kok mendadak?"     

"Ga mendadak kok. Aku udah lama mikir. Ayah juga setuju. Aku cuma baru yakin buat bilang ke kamu sekarang."     

"Kenapa pindah pilihan?"     

"Dari rumah kamu ke ITB bisa lebih dari enam jam. Ke ITS cuma sekitar empat jam kalau bawa mobil, jadi aku bisa lebih deket ke kamu, Honey."     

"Ga mungkin alasannya cuma itu kan?"     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Ada alasan lain, tapi yang penting kita jadi ga terlalu jauh."     

"Kamu mau tinggal di mana di Surabaya?"     

"Nanti ayah bantu cariin apartemen di sana."     

Aku mengangguk dan menuang jus jeruk ke dua gelas, lalu menyodorkan satu pada Astro, "Jangan telat makan ya. Kamu harus bisa jaga diri sendiri, kamu tau?"     

"Aku tau. Kamu juga. Jangan bikin masalah kalau aku ga ada. Bakal repot banget kalau aku harus cari kamu dari Surabaya."     

Tiba-tiba aku mengingat masalah-masalah yang datang saat dia sedang tak bersamaku, yang membuatnya pulang mendadak dan meninggalkan semua aktivitasnya, "I'll try. Thank you, Astro, kamu udah banyak banget bantu aku bahkan tanpa aku minta."     

"Aku kan udah janji sama opa buat jagain kamu. Aku akan tetep jagain kamu dari jauh, kamu tau?"     

Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Aku tahu dia akan selalu mencari cara untuk membuatku tetap aman walau dia sedang berada jauh dariku. Entah bagaimana caranya.     

Angin semilir di sekitar kami membelai rambutnya yang mulai panjang melebihi telinga, yang membuatnya bergerak mengikuti arahnya pergi.     

"Boleh ga kita lepas sedikit batasan kita hari ini? Dikit aja. Aku pengen pegang rambut kamu sebentar." ujarku.     

Astro terlihat salah tingkah. Ada rona merah yang mulai menyebar di wajahnya, tapi dia mengangguk dan mendekatkan kepalanya padaku.     

Aku mengelus rambutnya yang terbawa angin dalam beberapa usapan, yang juga membuatku menyadari dia sedang menahan napas, "Aku mau usahain hidup sama kamu sampai kita tua. Kamu harus sehat, kamu tau?"     

Astro tersenyum lebar sekali, "Kamu ga perlu khawatirin perempuan lain. Okay?"     

Aku mengangguk dan tersenyum. Aku tahu aku tak bisa melihat masa depan, tapi aku akan percaya saja padanya. Aku menatapi sosoknya yang terlihat tampan sekali dan entah kenapa tubuhku bergerak sendiri. Aku mendekatkan wajahku dan mengecup pipinya. Hanya sedetik waktu yang terlewat, lalu menarik diriku tak lama setelahnya dengan wajah yang terasa panas.     

"Bukannya kamu bilang cuma mau pegang rambutku?" Astro bertanya sambil menatapku tak percaya.     

"Itu ... hadiah." ujarku sambil melepas tangan dari rambutnya, tapi dia menangkapnya.     

Astro menarikku mendekat. Kami hampir saja berciuman andai saja aku tak segera menaruh jari di antara bibir kami. Aku bisa merasakan napasnya yang hangat menderu di hadapanku.     

"Not now." ujarku sambil menatap matanya yang sedang menatapku kembali. Aku tahu dia sedang menimbang apakah akan memaksa atau melepasku.     

"Kamu curang banget." ujarnya dengan tatapan kesal. Aku bisa merasakan bibirnya bergerak di antara jariku, terasa hangat.     

Astro menarik tubuhnya tak lama setelah terdengar langkah kaki seseorang menaiki tangga. Akan memalukan sekali jika kami ketahuan melakukan yang tak semestinya.     

Aku tak bisa menyembunyikan senyum di bibirku, "I'm sorry."     

Pramusaji sampai di sisi kami dan menaruh lima piring dengan berbagai menu seafood yang berbeda, dengan dua piring kosong dan berbagai alat makan. Dia menundukkan bahu sebelum kembali turun.     

"Kamu beruntung kali ini, kamu tau?" ujar Astro, yang menatapku seperti orang lapar.     

"I love you." ujarku sambil tersenyum manis untuk menggodanya.     

Astro tak membalas kalimatku, tapi rahangnya mengeras. Aku tahu dia sedang menahan diri dan aku bertekad tak akan melakukannya lagi atau dia akan benar-benar lepas kendali.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.