Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Kartu



Kartu

"Ini serius?" aku bertanya pada Astro setelah keluar dari mobil.     

Kami baru saja sampai di rumah dan aku baru melihat struk harga pembelian dress yang dia pilihkan untukku. Semua pakaian di butik yang kami datangi tadi tak memiliki harga saat kami memilihnya. Awalnya aku tak mengira harganya akan semahal ini.     

"Ga pa-pa, kan aku yang bayar." ujarnya sambil mengajakku masuk karena hari sudah gelap.     

"Dua dress hampir sepuluh juta, Astro? Kenapa ga beli satu aja sih?"     

"I don't mind (Aku ga keberatan)." ujarnya seolah kami baru saja membeli semangkuk mi.     

"Orang kaya beneran tau caranya buang uang ya?"     

"Kan kamu juga salah satunya."     

"Aku ga akan buang uang buat beli barang begini."     

"Aku ga sabar liat kamu pakai salah satunya." ujarnya sambil memberiku senyum menggodanya yang biasa.     

Aku memberinya tatapan tak percaya sambil mengetuk pintu dan memberi salam sebelum masuk. Kami menemukan Opa sedang membaca sebuah buku di ruang tamu. Aku memberi salam dan mencium tangan Opa seperti biasanya. Astro melakukan hal yang sama setelah aku selesai.     

"Mafaza sudah siapkan pakaian untuk minggu depan?" Opa bertanya saat melihat paper bag yang kubawa.     

"Mm ... Astro yang beliin, tapi buang-buang uang banget. Masa dua dress hampir sepuluh juta?"     

Opa menggeleng perlahan, "Ga sopan bersikap seperti itu."     

Terasa seperti ada batu jatuh ke dasar perutku yang meninggalkan sensasi mual dan berputar. Sudah lama sekali Opa tak pernah menegurku dan aku baru saja ditegur karena memprotes harga dua helai gaun.     

"Faza ga ngerti. Emang harus ke sana ya?" aku bertanya. Sebetulnya aku sudah menyanggupi untuk ikut, tapi melihat harga dress yang dipilih Astro membuatku berpikir kembali.     

Opa dan Astro saling pandang, lalu Astro menaikkan bahu seolah sedang memberi isyarat pada Opa yang aku tak tahu apa maksudnya. Opa meletakkan buku di meja dan meraih sebuah tongkat. Astro menghampiri Opa dan membantu Opa berdiri. Opa sudah bisa berjalan sekarang, walau masih dibantu dengan sebuah tongkat. Astro menjaga Opa yang berjalan dengan tongkat di sisinya, menuju ruang baca.     

Kami duduk di kursi pilihan kami masing-masing. Aku duduk di sebelah Astro, menghadap Opa yang duduk di kursi bacanya yang biasa. Perutku masih terasa tak nyaman, membuatku merasa sepertinya aku baru saja mendapatkan firasat buruk.     

"Sebetulnya Mafaza bisa saja ikut acara itu sejak dulu. Opa hanya ga pernah ngasih kesempatan untuk Mafaza berkenalan dengan orang-orang di sana. Opa pikir akan lebih baik Mafaza ga kenal mereka untuk sementara." Opa membuka percakapan.     

"Faza ga keberatan kalau ga kenal mereka." ujarku singkat.     

"Opa mengerti, karena dulu Danastri (Bunda) juga ga suka acara itu."     

Informasi ini baru untukku. Jika Bunda pernah datang ke acara itu, bukankah itu berarti seharusnya Opa adalah orang yang berpengaruh sejak dulu?     

"Berarti ga pa-pa kalau Faza ga ikut kan?" aku bertanya.     

Opa menggeleng perlahan, "Opa minta maaf karena bersikap protektif selama ini. Opa belajar dari kesalahan Opa dulu. Sekarang Opa mengijinkan Mafaza ikut acara itu karena ada Astro. Opa merasa lebih tenang."     

Aku menoleh pada Astro, "Kalau kamu batalin niat kamu buat ngenalin aku ke mereka, kita ga perlu dateng kan?"     

"Aku ga ada niat buat batalin." ujar Astro dengan senyum menggodanya yang biasa.     

"Kalau cuma biar mereka kenal aku, aku bikin akun sosmed aja nanti juga mereka tau."     

"Beneran mau bikin?"     

"Aku bisa bikin sekarang." ujarku sambil mengeluarkan handphone dari saku.     

Akun baru instagramku selesai dibuat tak kurang dari satu menit. Aku memperlihatkan layar handphoneku pada Astro. Aku memilih foto profil asal saja saat kami berdua ke taman buah tahun lalu.     

"Great!" ujar Astro dengan senyum yang lebar sekali mengembang di bibirnya, pupil matanya bahkan terlihat lebih lebar.     

Astro mengambil handphoneku dan mengetikkan sesuatu. Aku tahu dia memakai akunku untuk mengikuti akun miliknya. Dia mengambil handphonenya dari saku dan berkutat dengannya. Kurasa aku tahu apa yang sedang dia lakukan.     

"Faza ga perlu dateng kan, Opa?" aku bertanya.     

Opa menggeleng perlahan, "Kali ini tolong datang ya."     

Aku terkejut mendengarnya. Lalu apa gunanya aku membuat akun instagram beberapa saat lalu?     

"Faza dateng cuma buat mereka tau kalau Faza sama Astro ... mm ... Opa tau?" entah kenapa aku tiba-tiba merasa canggung.     

"Opa ingin Mafaza memperkenalkan diri dan Mafaza akan membutuhkan Astro untuk mengenali karakter semua orang di sana. Pengetahuan itu nanti akan penting untuk Mafaza ke depannya. Mafaza harus tahu siapa saja yang bisa Mafaza percaya."     

Aku terdiam selama beberapa lama. Sepertinya aku mulai mngerti. Opa ingin aku melihat situasi.     

"Denada pernah bilang kalau cuma anak orang berpengaruh yang bisa masuk ke pertemuan itu. Emangnya Opa punya pengaruh apa?"     

Opa menatapku tajam, membuatku merasa aku baru saja mengatakan sesuatu yang tak semestinya. Namun aku memang penasaran sekali, yang kutahu Opa adalah pemilik perusahaan yang membawahi puluhan cabang toko kain. Suplai kain di toko Opa pun berasal dari perusahaan milik ayah Astro. Kurasa posisi itu tak cukup berpengaruh, bukan?     

"Mm ... maaf kalau Faza salah." ujarku yang merasa salah tingkah.     

Opa terdiam sejenak sebelum bangkit dan berjalan dibantu tongkat ke arah deretan rak buku di belakangnya. Opa mengambil sebuah buku dan sepertinya mengelus sesuatu. Opa mundur beberapa langkah saat rak terbelah dan bergerak maju. Rak itu bergeser otomatis ke setiap sisi, menunjukkan sekian belas senapan dan pistol, juga amunisinya.     

Aku terkejut sekali. Tiba-tiba aku menoleh ke arah Astro, tapi dia terlihat biasa saja.     

"Kamu tau soal ini?" aku bertanya.     

"Aku tau."     

Bagaimana mungkin ada sesuatu di rumah ini yang Astro lebih tahu dari pada aku? Aku memang jarang ke ruang baca karena tak ingin mengganggu Opa yang sering menghabiskan waktu di sini. Namun tetap saja, Astro tahu ada senapan dan pistol beserta amunisinya di rumah ini, sedangkan aku sama sekali tak tahu?     

Opa kembali duduk di kursi yang tadi ditinggalkannya, lalu menyodorkan padaku sebuah kartu berwarna dongker berkilat dengan watermark emas bertuliskan huruf D, "Kalian bisa latihan nembak pakai kartu itu. Nanti jika kalian sudah cukup umur untuk memiliki lisensi hak milik senjata api, semua senapan, pistol dan amunisi ini boleh kalian ambil."     

Aku menatap kartu itu dengan kepala penuh pertanyaan. Pertanyaan yang mana yang harus kutanyakan lebih dulu?     

"Opa memiliki perusahaan senjata api di Magelang. Mafaza bisa ke sana diantar Astro atau Jaya (ayah Astro)." ujar Opa. Satu penjelasan itu menjelaskan entah berapa banyak pertanyaan di kepalaku.     

"Kamu pernah ke sana?" aku bertanya pada Astro.     

"Pernah dua kali sama ayah." ujar Astro.     

Aku menghela napas perlahan, "Kenapa Faza baru tau ini sekarang?"     

"Karena Opa pikir sekarang sudah waktunya Mafaza mengetahuinya."     

"Apa ada hubungannya sama foto Opa bareng Kakek Arya yang pegang senapan? Faza pernah liat foto itu waktu ke rumah Kakek."     

Opa terdiam sebelum menjawab, "Itu cerita yang berbeda. Nanti Opa cerita jika Mafaza sudah siap."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.