Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Kembang Api



Kembang Api

Astro tak membiarkanku jauh darinya sepanjang malam. Dia menyodorkan padaku banyak sekali makanan dan akan menatapku tajam jika aku menolak walau hanya satu suapan. Aku terpaksa menurutinya karena dia memang tak melewati batasan kami. Aku akan menganggapnya sebagai perbaikan gizi dengan caranya memanjakanku.     

Kami menyalakan banyak kembang api sparkles yang bisa dipegang dengan tangan dan kembang api pinwheels yang berputar di tanah saat pergantian tahun tiba. Kakek melarang kami memasang petasan karena akan membuat gaduh. Terlebih karena mansion berada di sebelah rumah sakit.     

"Cantik kayak kamu." ujar Astro yang duduk di sebelahku, sedang memandangi kembang api di tangannya.     

"Tapi aku ga bisa bilang dia ganteng. Kan aneh." ujarku begitu saja dan membuatnya tertawa.     

"Empat tahun ga lama kan?" entah kenapa tiba-tiba dia bertanya.     

"Ga lama kalau kamu punya banyak kegiatan."     

"Kita punya banyak kegiatan. Harusnya ga akan berasa lama."     

Aku menggumam mengiyakan. Walau aku tahu betapa empat tahun ini mungkin akan terasa lama untuknya. Bagaimana pun dia laki-laki. Hormonnya pasti akan terasa mengganggu sekali.     

"Malem ini spesial karena ada kamu. Kita ga biasanya ngumpul gini karena semua sibuk kalau tahun baru. Kakek dari tadi ga bisa berhenti senyum tuh."     

"Malem ini juga spesial buatku. Aku jadi berasa punya keluarga baru."     

"Belum. Kecuali kamu nikah sama aku." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aku akan mengabaikannya. Aku tak ingin memancing pembicaraan tentang menikah lagi sejak saat ini. Kami memiliki banyak hal yang harus dilakukan sebelum saat itu tiba. Seperti ucapanku pada Kakek siang tadi, aku tak ingin kalah dari Astro.     

Kembang api di tangan kami habis. Astro menyalakan yang baru untukku lebih dulu sebelum menyalakan miliknya sendiri.     

"Kayaknya aku mau buka satu coffee shop di ruko yang mau dibangun deket sekolah. Menurut kamu gimana?" aku bertanya untuk mengalihkan pembicaraan.     

"Kamu harus sembunyiin identitas kalau ga mau anak-anak ribut begitu tau kamu ownernya."     

"Aku udah mikirin itu, makanya aku mau pak Simon yang ngatur semuanya. Aku ngawasin aja dari jauh. Aku mau jadi kayak kamu. Aku boleh minta bantuan gimana cara kamu ngatur semuanya tanpa keliatan?"     

Astro tersenyum lebar sekali, "Setelah bertahun-tahun, baru sekarang kamu mau minta bantuanku ya?"     

"Kamu kan selalu bantu walau aku ga minta. Mau bantu aku kali ini?"     

"Anything you wish is my command (Apapun yang kamu minta adalah perintah buatku), Nona Mafaza Marzia."     

"Thank you, Tuan Astro."     

"Rrgh, aku lebih suka kamu panggil aku 'honey'."     

"Belum waktunya, Astro."     

Ada keengganan di matanya, tapi dia cukup tahu diri untuk tak memaksa. Kuharap beberapa tahun ini akan berlalu dengan cepat untuk kami berdua.     

Kami tidur lewat dari jam dua dini hari setelah membereskan sisa-sisa kegiatan barbeque. Aku tidur berdua dengan Teana di kamarnya. Kami baru bangun jam tujuh dan langsung turun ke teras belakang.     

Kami menemukan Astro dan ayahnya sedang bermain basket melawan Ray dan Om Ganesh. Kami menonton mereka sambil menemani Kakek memberi makan kucing-kucingnya. Kurasa sekarang aku tahu kenapa Astro menyukai basket, walau aku terlambat mengetahuinya.     

"Faza boleh main ke sini kapan aja. Nanti bisa minta Astro yang nganter." ujar Kakek.     

"Kalau ke sini nginep lagi ya. Aku seneng punya temen tidur bareng. Nanti aku ceritain aibnya Astro yang kamu ga tau." ujar Teana dengan senyum iseng yang mirip dengan senyum Ray.     

"Teana." Kakek menegurnya dengan tatapan tajam.     

"Ga deh. Nanti aku bisa main piano buat kamu, trus kamu bisa ajarin aku bikin aksesoris rambut buat video youtubeku. Aku pasti keliatan cantik banget pakai aksesoris begitu." ujar Teana sambil mengedipkan mata.     

"Aku bisa kirim aksesoris buatanku kalau kamu mau."     

"Ga seru. Aku mau coba bikin sendiri. Aku mau bikin pakai warna magenta."     

"Nanti aku kabarin kalau aku ke sini. Soalnya Astro juga sibuk banget belakangan ini."     

"Kamu beneran ga mau sama kak Ray aja? Lebih ganteng, lebih char ..."     

"Teana." Kakek menegurnya lagi.     

Teana hanya tersenyum, lalu mengalihkan tatapan ke lapangan basket. Aku melihat bibirnya menggumamkan sesuatu, tapi tak mampu mendengarnya.     

Aku tersenyum melihat kedekatan semua anggota keluarga ini. Aku sungguh menyukainya dan aku suka berlama-lama di sini. Terasa hangat sekali.     

***     

Sehari sebelum masuk sekolah, Pak Simon datang ke rumah. Astro menemaniku membahas rencana membuka sebuah gerai di dekat sekolah, dengan syarat aku hanya akan mengawasi. Semua prosesnya akan kuserahkan pada Pak Simon.     

Pak Simon tak merasa keberatan dengan itu, karena selama lima tahun ini sudah ada lebih dari dua puluh gerai dibuka di seantero negeri. Opa membantu banyak dalam membuat sistem baru yang memungkinkan semua pekerjaan Ayah sebelum ini bisa dikendalikan dari rumah.     

Opa pulang sore harinya setelah aku berdiskusi dengan Pak Simon. Seperti ucapan Opa beberapa hari lalu, untuk sementara Opa harus memakai kursi roda. Opa juga berkata, dengan jadwal terapi beberapa bulan ke depan, Opa akan mampu berjalan seperti biasanya.     

Jadwal latihan muay thai yang aku dan Astro ikuti dimulai bersamaan dengan hari pertama kami masuk sekolah semester ini. Kami diminta melakukan pemanasan berupa lari atau skipping selama kira-kira 15 menit, disusul peregangan, push up dan sit up. Setelah itu kami diajari beberapa gerakan yang menjadi landasan muay thai. Seperti gerakan tangan meninju ke depan, menyikut, memutar pinggang, tendangan ke depan dan mengarahkan lutut ke atas.     

Satu setengah jam berlalu dengan cepat menurutku, karena aku menikmatinya. Namun semuanya berubah menjadi nyeri saat malam tiba walau aku sudah menggunakan krim penghilang nyeri yang Astro beri padaku saat mengantarku pulang.     

Aku : Badanku sakit semua. Untung ada krim dari kamu, tapi kayaknya aku ga bisa tidur     

Astro : Itu karena kamu jarang olahraga. Dua minggu lagi kalau kamu udah biasa ga sakit lagi kok     

Aku melirik jam di dinding kamar, pukul 11.28.     

Aku : Kamu belum tidur?     

Astro : Mau nemenin kamu dulu. Kalau aku ga bales berarti aku ketiduran     

Aku : Okay. Kapan kamu mau pergi ngerjain proyek lagi?     

Astro : Tiga minggu lagi kayaknya. Jangan kangen ya. Nanti aku repot kalau kamu tiba-tiba minta aku pulang     

Aku : Aku ga akan bilang kalau aku kangen. Aku mau nunggu kamu pulang aja     

Astro : Sekarang aku yang kangen     

Perasaan ini aneh sekali. Sekujur tubuhku sakit, tapi aku masih bisa tersenyum membaca pesan darinya.     

Astro : Beberapa hari ini kamu mandi pakai air anget dulu. Biar badan kamu ga terlalu sakit     

Aku : Baik, Tuan Astro     

Astro : Istirahat ya. Besok aku jemput     

Aku : Badanku masih sakit     

Astro : Dibawa tiduran aja, kamu pasti capek     

Aku : Okay     

Astro : Ketemu besok ya, My Honey     

Aku akan mengabaikannya. Aku harus mencari cara agar dia berhenti memanggilku dengan sebutan itu sebelum saatnya. Akan terdengar canggung sekali jika ada orang lain mendengarnya. Aku bahkan bisa membayangkan Donna tertawa jika mendengar Astro memanggilku 'honey', mengingat ekspresinya di taman buah beberapa minggu lalu. Akan terasa memalukan sekali, bukan?     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.