Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Tujuh



Tujuh

"Kalian beli kebaya di butik yang Oma rekomendasiin kemarin?" Oma bertanya saat melihatku melangkah ke ruang tamu.     

"Iya, Oma." ujarku.     

"Bagus banget. Nanti kita pesen kebaya di sana aja kalau kalian nikah." ujar Ibu saat melihatku berdiri di sebelah Astro.     

Aku memakai kebaya asimetris berwarna hijau lumut dengan payet yang cantik sekali, juga batik sepanjang lutut dan sebuah tas kecil tersampir di bahuku. Sedangkan Astro memakai kemeja batik lengan panjang yang bermotif sama dengan batikku, dengan celana hijau lumut yang menjadikan kami benar-benar terlihat seperti pasangan.     

Andai saja Bunda masih ada, aku yakin Bunda lah yang akan membuatkan pakaian untuk kami. Bunda akan senang sekali jika dapat melihatku berpakaian feminim seperti ini, karena Bunda selalu memprotesku yang lebih suka memakai celana dan kaos seadanya.     

"Sekarang aja ga bisa, Bu? Biar Faza ikut Astro ke Surabaya." ujar Astro.     

Aku menatapnya tajam. Aku tak percaya dia benar-benar mengatakannya. Dia sudah mengoceh tentang kebaya yang cocok untuk kami menikah sejak kami sampai di butik hari itu dan membuatku kesulitan untuk mengabaikannya karena dia terus membahasnya.     

"Proyek kamu kapan selesai?" Ayah bertanya.     

"Dua setengah tahun lagi, Yah." ujar Astro.     

"Kamu harus nunggu sampai proyek itu selesai. Kalau bisa lebih cepet kabarin Ayah. Ayah ga mau kalian macem-macem sebelum waktunya."     

"Oma jadi pengen gendong cicit." ujar Oma yang sedang menatap kami penuh haru.     

Wajahku terasa panas dan sepertinya sedang merona merah. Aku tak sanggup mengatakan apapun untuk menolak pembahasan ini lebih lanjut.     

Aku menoleh ke sebelahku. Wajah Astro yang sedang menatapiku juga sedang merona. Tatapan kami bertemu, yang membuat jantungku terasa berhenti berdetak. Dia tampan sekali dan entah kenapa justri membuatku mengingat saat aku mengecup pipinya di restoran.     

"Kalian lupa ada orang tua di sini?" teguran Ayah membuatku melepas tatapanku dari Astro.     

"Boleh pegang tangan ya, Yah?" Astro bertanya.     

"Boleh ga, Opa?" Ayah mengalihkan pertanyaan Astro ke Opa.     

"Boleh." ujar Opa yang sedang duduk menatapi kami berdua.     

Tangan Astro yang hangat langsung menggengam tanganku dan membuat jantungku berdetak kencang. Opa dan Oma, juga kedua orang tua Astro tak tahu jika kami berkali-kali mencuri kesempatan untuk saling menyentuh, tapi entah kenapa saat mereka memberi izin, sentuhan kami terasa berbeda.     

Aku bisa membayangkan ada senyum yang lebar sekali di biibir Asteo, tapi tak sanggup menoleh untuk sekadar melihat. Sepertinya mulai sekarang kami akan sering saling menggenggam tangan karena sudah mendapat izin dari Opa.     

"Berangkat sekarang yuk. Udah siang." ujar Ibu.     

Ayah membantu Opa berdiri. Opa memang sudah bisa berjalan sendiri tanpa tongkat, tapi langkahnya lambat. Kami beriringan menuju mobil untuk berangkat ke sekolah.     

Astro membiarkanku masuk ke mobil lebih dulu, dengan tangannya terus menggenggam tanganku. Kami duduk di jok belakang, dengan Oma dan Ibu di jok tengah, sedangkan Ayah menyetir dan Opa duduk di sebelahnya     

Astro tak menyia-nyiakan kesempatan dan duduk dekat sekali denganku hingga bahu kami bertemu. Dia memeluk tanganku di dadanya, yang membuatku mampu merasakan detak jantungnya yang kencang.     

"Kamu cantik banget." Astro berbisik di telingaku, membuat bulu halusku meremang.     

Aku memberanikan diri untuk menatapnya. Wajah kami hampir bersentuhan dan napasnya terasa hangat di wajahku. Dia tampan sekali.     

"Hei, yang di belakang. Tahan diri kalian." Ayah menegur kami dengan tegas, membuat kami saling memalingkan wajah ke jendela.     

Ibu tertawa dan mulai membicarakan tentang segala hal pernikahan pada Oma. Terasa aneh sekali saat mendengarnya, dengan Astro yang berada sangat dekat denganku. Hangat tubuhnya di bahuku membuat sesuatu di perutku menggeliat.     

Sudah ramai sekali saat kami sampai di sekolah. Kami bertemu beberapa teman saat beriringan menuju aula. Mereka selalu berkata kami terlihat cocok sekali. Mereka bahkan meminta undangan bagian mereka jika kami menikah nanti.     

Ibu memberi isyarat untuk kami duduk di baris paling depan. Opa dan Oma sudah duduk mendahului kami. Mereka membiarkanku dan Astro duduk bersisian, membuat Astro benar-benar tak melepas genggaman tangannya padaku.     

Acara dimulai tepat jam tujuh, dengan pesan pembuka dari kepala sekolah dan pemilik yayasan. Seisi sekolah riuh dengan berbagai komentar saat tahu bahwa ketua yayasan sekolah kami adalah ibu Astro.     

Kami dipanggil maju ke depan satu-persatu untuk menerima tanda kelulusan. Semua orang ramai berkomentar saat aku maju dan Astro mengikutiku karena tak bersedia melepas tanganku. Hal itu terulang saat Astro maju dan dia mengajakku ke depan bersamanya hingga membuatku merasa malu dan senang di saat yang sama.     

Acara berlanjut ke acara bebas. Ada sebuah band indie yang disewa untuk mengisi acara, sementara kami berfoto dengan teman-teman sekelas kami masing-masing. Bu Gres tak sampai hati untuk menolak Astro menemaniku berfoto di foto perpisahan kelasnya karena tahu Astro adalah anak pemilik yayasan.     

"Ibu anggap kamu menantu. Tolong jaga Faza baik-baik ya. Kalian seharusnya tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan." ujar Bu Gres.     

Astro hanya tersenyum, lalu mengajakku berfoto dengan teman-teman sekelasnya. Dia mengancam tak akan ikut serta jika aku tak ada. Hal ini mungkin adalah sejarah untuk sekolah kami, saat dua murid berbeda kelas bisa berfoto bersama di dua kelas yang berbeda.     

Kami meminta seorang staf dokumentasi untuk mengambil foto kami dengan kamera DSLR dan kamera handphone kami masing-masing. Foto pertama adalah foto kami semua; dengan posisi : orang tua Astro di sisi kanan, Astro dan aku di tengah, Opa dan Oma di sisi kiri. Kami melanjutkan sesi foto dengan memintaku dan Astro difoto berdua saja. Kemudian dilanjutkan dengan foto Astro bersama kedua orang tuanya, lalu aku bersama Opa dan Oma.     

"Aku mau cetak foto barusan. Mau aku pajang di apartemenku." ujar Astro saat kami melepaskan diri untuk mencari makanan sambil memasukkan handphone ke saku. Foto yang dia maksud adalah foto kami berdua.     

"Aku juga mau cetak satu buat di kamar."     

Tangan kami masih saling menggenggam. Astro menaruh piring di tanganku yang bebas dan menaruh berbagai penganan di sana. Hal ini bukan hal yang baru bagi kami, tapi orang lain melihat kami dengan tatapan iri.     

Astro mengajakku ke salah satu meja bundar tak jauh dari deretan lukisan yang dibuat oleh anggota klub lukis. Kami menghabiskan makanan dengan saling menyuapi.     

"Aku pasti kangen banget sama kamu." ujarnya setelah menelan suapan terakhirnya. "Kamu harus makan banyak ya. Janji?!"     

"Iya, Tuan Astro. Kita bikin orang lain baper hari ini, kamu tau?"     

"Aku tau. Ini kan pengumuman biar ga ada yang berani macem-macem sama calon istriku."     

Aku tertawa, "Dua setengah tahun lagi ya?"     

Astro menggumam mengiyakan, "Tunggu aku ya."     

Aku mengangguk dan tersenyum manis, "Mau liat lukisanku?"     

Astro mengangguk, lalu kami bangkit dan menyusuri satu demi satu lukisan yang berada paling dekat lebih dulu. Ada berbagai spot lokasi sekolah ini yang dilukis dengan berbagai gaya. Lukisan parkiran sepedaku berada di tengah.     

Astro tersenyum lebar sekali saat melihatnya, "Ga berasa ya? Dulu pertama kamu masuk sekolah kita masih galau."     

"Emang kamu galau?"     

"Aku galau karena kamu ga peka." ujarnya yang memberiku senyum menggodanya yang biasa. "Kita sepedaan setiap hari sampai aku berangkat ke Surabaya ya."     

Aku mengangguk dan mengajaknya menyusuri lukisan lain. Aku berhenti di satu lukisan sebuah meja di sudut kelas, dengan ransel tergantung di punggung kursi, buku sketsa dan alat tulis tergeletak di meja. Tak ada seorang pun di lukisan itu, tapi aku tak akan salah menduga bahwa itu adalah mejaku, ranselku, juga buku sketsa dan alat tulisku.     

Aku mengecek tulisan di sudut. Tertulis keterangan : Hayakawa Zen, untuk kamu.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.