Labil
Labil
Tahun lalu saat aku menaiki lantai ini bersamanya, aku merasa suasana di sini terasa lebih bebas. Sepertinya sekarang aku mengerti kenapa. Karena murid yang sedang tertekan akan berusaha melepaskan diri dari tekanannya.
"Kamu ga ke kantin?" sayup-sayup aku mendengar suara di sela musik yang terdengar dari earphone. Aku menoleh dan mendapati Zen sedang duduk di lantai di sebelahku.
"Aku kenyang, tadi udah makan bareng Astro. Kamu ga ke kantin?" aku bertanya sambil melepas satu earphone dari telingaku.
"Aku mau nemenin kamu mumpung Astro ga ada."
Aku menatapnya tak percaya. Dia memang selalu memaksudkan setiap kata dalam kalimatnya, tapi bukankah pernyataannya itu terlalu jujur?
"Aku punya ide mau minta anak klub lukis bikin lukisan spot favorit mereka di sekolah ini. Mau aku pajang pas acara kelulusan kita nanti." ujarnya tiba-tiba. Entah apakah dia sedang berusaha mengalihkan pembicaraan, atau memang baru sekarang dia mendapatkan ide itu. Yang manapun tak masalah bagiku. Kurasa itu ide yang bagus.
"I'll support you then (Aku dukung)."
"Spot favorit kamu di sekolah ini apa?"
Aku berpikir sejenak, "Parkiran sepeda."
Entah kenapa menyebutkannya membuatku merindukan sepedaku. Rasanya sudah lama sekali aku dan Astro tak bersepeda bersama.
"Yeah, right." ujarnya dengan senyum lebar di bibirnya.
Aku harus mengakui bahwa Zen adalah laki-laki yang tampan dan dia sedang menyia-nyiakan waktunya bersamaku saat dia bisa saja mengejar perempuan lain.
"Kamu?" aku bertanya.
"You'll see (Nanti kamu liat)."
Aku bukan orang yang terlalu penasaran hingga memaksa orang lain memberitahu yang mereka tak ingin beritahukan padaku. Aku akan membiarkannya berkata begitu.
"Kamu udah nentuin mau kuliah di mana?" Zen bertanya.
"Udah."
"Di mana?"
"Nanti kamu tau." ujarku karena aku tak akan memberitahunya. Dengan alasannya duduk di sini, dia mungkin akan lebih agresif jika aku memberitahunya bahwa mungkin saja aku akan kuliah di kampus yang sama dengannya.
"Aku bakal tetep main catur sama opa walau kita udah lulus nanti."
Aah, laki-laki ini benar-benar tak mudah menyerah rupanya.
"Kamu bisa cari perempuan lain selain aku, Zen. Sekarang kamu cuma buang waktu." ujarku yang sedang berusaha membuatnya mengerti.
"Aku ga buang waktu kok. Aku lagi nunggu kesempatan."
Aku tak ingin membahas ini lebih lanjut. Bicara dengannya tentang hal ini hanya akan berujung sia-sia. Aku memasang earphoneku lagi dan berkutat dengan sketsaku yang belum selesai. Zen hanya diam menemaniku menghabiskan waktu, tanpa mengatakan apapun.
***
Astro menghela napas setelah duduk di kursi kemudinya dan menoleh ke arahku, "Aku liat kalian tadi."
"We are not doing anything, Astro (Kita ga ngapa-ngapain, Astro)." ujarku yang tahu maksudnya adalah saat Zen menemaniku di ujung koridor kelasku. Belakangan ini Astro memang sensitif sekali.
"Aku tau. Aku cuma ga tahan liat Zen deket-deket kamu."
"I told him to find another girl (Tadi aku bilang sama dia buat cari perempuan lain)."
"Dia ga mungkin mau."
"Kenapa kamu bilang begitu?"
Ada senyum miris di bibirnya, tapi dia hanya diam. Dia menyalakan mobil dan memulai perjalanan pulang. Kami berencana akan ke rumahnya untuk membahas website khusus untuk toko kain Opa karena aku menemukan peluang untuk menjual kain-kain itu secara online.
Aku membuka ransel, mengeluarkan coklat dan menyodorkannya padanya. Dia mematahkan satu dan mengunyahnya. Sepertinya dia membutuhkan coklat itu untuk menenangkan diri.
"Kamu berangkat lagi jumat sore ini?" aku bertanya tentang proyeknya yang entah berada di mana.
Astro menggumam mengiyakan sambil terus menatapi rute perjalanan, "Aku mau proyek itu cepet selesai. Kalau proyek itu selesai, kita langsung nikah."
Astaga, dia membutku tertawa.
"Lucu ya?" ujarnya dengan kekesalan di tatapan matanya.
"Aku baru mikir soal ini sih, tapi ... pasangan lain ga kayak kita, Astro. Pasangan lain bahasnya nanti mau kuliah ambil jurusan apa, mau kuliah di mana, ngelamar kerja di mana. Semacem itu."
"And?"
"And we already talk about marriage (Dan kita udah bahas tentang nikah)."
"Kamu kan tau kita beda sama mereka. Kenapa sekarang itu jadi masalah? Sebelumnya baik-baik aja." ujarnya yang sempat menoleh padaku sebelum kembali fokus pada rute perjalanan.
"Aku ga bilang itu jadi masalah. Rasanya aneh aja."
Astro menepikan mobil dan menghela napas perlahan, "Kamu ga lagi ragu-ragu kan, Honey?"
Sudah lama sekali sejak dia memanggilku seperti itu, membuatku menyadari apapun yang kukatakan padanya tadi ternyata mengganggu pikirannya.
"Atau mungkin kamu yang ragu sama aku?" aku bertanya.
Astro terlihat bergumul dengan apapun di dalam pikirannya. Dia menutup wajah dengan kedua tangan, lalu meremas sebagian rambut di kepalanya. Dia membiarkan rambutnya berantakan saat menatapku kembali, "Sorry, kayaknya aku terlalu khawatir."
"Trust me, Astro. Aku akan tepati janjiku buat nunggu kamu."
"Aku akan dateng dan ngelamar kamu tiga tahun lagi." ujarnya dengan tatapan yang lebih lembut. Walau aku tahu dia sedang dilema sekali saat ini.
"Aku akan tunggu kamu dateng."
Astro tersenyum lebar. Sepertinya suasana hatinya membaik walau jelas masih ada kekhawatiran di tatapan matanya.
"Bisa kita jalan sekarang? Kerjaan kita banyak. Ga akan tiba-tiba selesai kalau kamu galau terus, Honey." ujarku untuk menggodanya.
"Jangan panggil aku 'honey' mulai sekarang. Simpen itu buat nanti kalau kamu udah jadi istriku."
"Okay, if you said so (Kalau itu mau kamu)."
"Tolak dikit ga bisa ya? Kamu kan tau aku suka kalau kamu panggil aku begitu."
"Aku kan cuma nurutin mau kamu. Lagian kamu kenapa sih? Yang lagi 'dapet' kan aku, kenapa kamu yang labil?"
"Oh, jadi labil begini ya rasanya kalau lagi 'dapet'?"
"Kamu ga mungkin 'dapet' kan? Kamu kan laki-laki."
"Kayaknya aku ketularan labilnya kamu. Ternyata pusing ya jadi perempuan. Tujuh hari sebulan dikit-dikit galau."
"Kita mau bahas ini terus nih?"
"Kamu cantik." ujarnya tiba-tiba dengan senyum menggodanya yang biasa.
Aah, laki-laki ini benar-benar ....
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!
Regards,
-nou-