Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

AT Project



AT Project

"Aku butuh bantuan kamu." ujar Zen setelah guru keluar ruangan.      

"Bantuan apa?" aku bertanya sambil membereskan barang-barang. Aku sudah memiliki rencana akan ke rumah Astro untuk membahas cabang coffee shop baru yang ingin kubangun.     

"Bantu bikin konsep dekor buat AT Project."     

"AT Project?" aku bertanya karena baru pertama kali mendengarnya.     

"Amreta Tisna Project. Semacem pentas seni yang sekolah selalu bikin tiap tahun."     

"Kapan acaranya?" aku bertanya karena melihat Astro menghentikan langkah di depan pintu kelasku.     

"Minggu kedua bulan april."     

"Aku pikirin dulu ya. Kerjaanku lagi banyak soalnya."     

"Tolong ya. Aku ga mau maksa sih, tapi ngarep banget kamu bisa bantu jadi panitia." ujar Zen yang memaksudkan setiap kata pada kalimatnya dengan baik seperti biasa.     

"Nanti aku kabarin. Udah ditungguin Astro."     

Zen mengangguk dengan terpaksa dan menatap Astro tak ramah. Aku meninggalkannya di kelas dan akan membiarkannya berkutat dengan apapun yang sedang dia pikirkan.     

"Zen minta kamu jadi panitia AT Project?" Astro bertanya setelah aku cukup dekat dengannya sambil mengajakku berjalan cepat menuju parkiran.     

"Kok tau?" aku bertanya karena cukup yakin dia tak berada cukup dekat denganku saat aku dan Zen bicara.     

"Pak Sugeng pasti minta dia ngomong sama kamu. Ga heran kan? Agustus kemarin desain kelas kalian bikin heboh. Lukisan kalian aja kayaknya bakal dipajang di sebelah mading bertahun-tahun ke depan. Lagian pak Sugeng juga tau soal kamu yang bantuin owner resort ganti desain."     

"Menurut kamu, gimana kalau aku ikut?" aku bertanya hanya untuk tahu pendapatnya. Walau sebetulnya, aku tertarik sekali. Aku tak pernah menjadi panitia dalam kegiatan apapun dalam hidupku. Terlebih karena ini adalah acara pentas seni.     

Astro menatapku bimbang, "Kamu udah punya banyak kerjaan yang harus kamu selesaiin. Aku ga mau kamu sakit."     

"Aku bisa minum vitamin, makan tepat waktu dan kita udah latihan muay thai dua kali seminggu. Olahraga gitu bisa bantu aku ga sakit. Boleh?" aku mencoba peruntunganku dengan memberikan alasan.     

Astro tak menjawab pertanyaanku sampai kami masuk ke mobil dan duduk di kursi kami masing-masing. Dia menghela napas sebelum bicara, menoleh padaku dan menatap mataku lekat, "Sebenernya ibu yang minta sekolah buat libatin kamu. Ibu pikir kamu pasti suka."     

"Aku suka." ujarku sambil tersenyum manis. Kuharap dia setuju.     

Astro berpikir lama sekali sebelum bicara, "Then I'll join too (Kalau gitu aku juga ikut)."     

"Bukannya kerjaan kamu udah terlalu banyak? Aku ga mau kamu sakit." ujarku sambil menatapnya yang sedang menyalakan mobil dan memulai perjalanan.     

"Aku bisa minum vitamin, makan tepat waktu dan kita udah latihan muay thai dua kali seminggu. Olahraga gitu bisa bantu aku ga sakit. Emang kamu aja yang bisa bilang begitu?" ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa, mengulangi setiap kata dalam kalimatku tanpa cela.     

"Seriously?"     

"Serius. Aku ga bisa biarin kamu deket-deket Zen. Kamu ga liat tadi matanya gimana pas liat aku?"     

Aah, alasan itu rupanya. Padahal dia tak perlu mengkhawatirkan tentang hal itu karena aku sudah menolak Zen sejak lama. Dia bahkan melihat dan mendengarnya sendiri.     

"Lagian aku juga jadi panitia tahun lalu. Ga ada yang bakal nolak kalau aku mau ikut."     

Aku tahu bagaimana dia dan kalimat-kalimat persuasifnya bisa membuat siapapun menyetujui apapun keinginannya. Dan ya, memang sepertinya tak ada yang akan bisa menolaknya jika dia memutuskan akan ikut.     

"Tapi kamu harus berhenti kalau udah ngerasa capek. Janji ya." aku mengatakannya karena tulus mengkhawatirkannya. Aku tahu proyek dari Opa sudah cukup menguras waktunya.     

"Itu berlaku juga buat kamu, kamu tau?"     

Aku menatapnya dan tersenyum manis. Sepertinya akan menyenangkan mengurusi pentas seni bersamanya. Aku hanya harus memastikan kami berdua tidak tumbang dengan banyaknya kegiatan yang kami kerjakan. Lagi pula mungkin akan lebih baik jika dia bisa mengalihkan perhatian dari segala macam hal tentang menikah. Empay tahun yang dilalui dengan angan-angan mungkin hanya akan membuatnya lebih menderita.     

***     

Aku : Aku mau, tapi ada syaratnya     

Zen : Serius? Apa syaratnya? Aku kabulin     

Aku : Astro ikut juga     

Sudah berlalu beberapa menit Zen membaca pesanku, tapi tidak membalasnya. Aku masih berkutat dengan laptop sambil berkirim pesan dengan Astro dari sana.     

Aku : Zen belum bales     

Astro : Dia pasti setuju. Kamu udah kerjain part yang tadi sore aku bilang? Itu harus selesai paling lambat dua hari lagi kalau ga mau semua kerjaan yang lain ikut mundur juga     

Astro sedang membicarakan tentang konsep eksterior khusus yang akan kuberikan pada Pak Simon karena konsep eksterior yang lama sudah harus diperbarui. Ini adalah saran darinya.     

Aku : Besok selesai kayaknya. Nanti aku kirim     

Astro : Kamu harus ngatur jam tidur mulai sekarang kalau ga mau sakit. Ini udah jam sebelas, kamu harus tidur. Kamu bisa bangun lagi nanti jam satu atau jam dua. Nanti aku bangunin karena aku juga ada kerjaan jam segitu     

Aku ingat dia pernah berkata dia terbiasa tidur jam sepuluh atau sebelas dan bangun jam dua belas. Dia akan menyelesaikan segala pekerjaannya di jam itu dan tidur lagi jam tiga. Sepertinya aku akan mengikuti ritme tidurnya. Jika ritme tidur itu berhasil untuknya, seharusnya juga akan aman untukku.     

Zen : Okay     

Aku : Thank you, Zen     

Zen : Tapi kalian ga boleh pacaran. Aku panas liatnya     

Aku : Kalau kamu ga setuju aku batal ikut     

Zen : Fine, tapi kalau ganggu kerjaan aku langsung keluarin kalian dari kepanitiaan     

Aku : Thank you     

Zen : Kenapa kamu belum tidur?     

Aku : Masih ada kerjaan bareng Astro     

Zen : Kamu bener-bener harus jaga diri, Faza. Ini udah hampir tengah malem. Suruh dia pulang     

Astaga, dua laki-laki ini benar-benar membuat kesabaranku diuji.     

Aku : Kita di rumah masing-masing, Zen. Kerja pakai laptop. Kamu jangan mikir aneh-aneh. Aku sama Astro ga begitu     

Zen : Bagus deh, tapi lebih bagus kalau kamu tidur sekarang. Ini udah malem banget     

Aku mengabaikan pesan Zen dan mematikan handphone, lalu mengisi baterai agar besok pagi bisa kugunakan.     

Aku : Zen setuju     

Astro : Pastinya     

Aku : Nanti bangunin aku jam satu, bisa?     

Astro : Kalau mau aku bangunin hape kamu harus nyala, Nona     

Aku : Okay. Aku tidur sekarang ya. Kamu juga     

Astro : Good night, Honey     

Aku : Good night, Astro     

Aku benar-benar harus membiasakannya tak memanggilku dengan sebutan itu. Aku mematikan laptop dan menyalakan kembali handphone dengan mengaktifkan nada deringnya. Kemudian ke kamar mandi untuk mencuci wajah dan beranjak tidur.     

Aku penasaran sekali dengan bagaimana murid sekolah mengadakan acara pentas seni. Aku tak sabar untuk ambil bagian apapun yang bisa kukerjakan. Terlebih, dengan adanya Astro, kurasa semuanya akan baik-baik saja.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.