Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Bridezilla



Bridezilla

Aku sedang mengecek email laporan dari akuntan toko kain dan laporan bulanan dari Pak Simon saat menyadari Astro memberiku sebuah email. Aku terkejut saat membukanya, karena di email itu terdapat rincian rencana pernikahan kami. Desain undangan, susunan prosesi acara, berbagai pilihan desain gaun dan jas, tema pernikahan dan segala keperluannya. Segalanya terlihat cantik untukku.     

Aku mengambil handphone yang tergeletak di meja dan memberinya panggilan video call. Astro langsung menerimanya.     

"Aku baru buka email dari kamu. Kapan kamu nyiapin itu semua?"     

"Itu udah aku bikin dari kelulusan kita beberapa bulan lalu. Kamu suka yang mana? Biar aku proses." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aku menatapnya tak percaya karena dia benar-benar telah menyiapkan segalanya dengan baik bahkan sebelum aku memikirkannya, "Aku bingung pilih yang mana. Kita bahas lagi nanti kalau kamu pulang."     

"Okay. How was your day?"     

"Aku ga yakin." ujarku dengan jujur. Aku menghabiskan waktu di rumahnya hingga hari hampir gelap berbincang tentang segala pembahasan menikah dan memiliki anak dengan ibunya.     

"Kenapa? Kamu jadi ke rumah ketemu ibu kan tadi?"     

Aku menggumam mengiyakan, "Aku cuma ... ngerasa aneh."     

Astro menatapku dalam diam. Tatapannya sama dengan tatapan ibunya saat menyelidikiku tadi siang, hingga meninggalkan sensasi aneh di perutku. Entah bagaimana terasa seperti aku sedang melakukan sesuatu yang tak sepantasnya dilakukan.     

"Kamu ragu nikah sama aku sekarang?" Astro bertanya pada akhirnya.     

"Aku ga ragu nikah sama kamu. Aku cuma ... ngerasa apa aku cukup dewasa buat itu."     

Astro menghela napas, "Aku ga ngira kamu bakal ngalamin bridezilla* begini. Kamu tau, kita pasti bisa lewatin semua masalah bareng. Kamu ga akan sendirian, Faza."     

"Aku tau. Aku cuma ... sorry, mungkin karena aku lagi 'dapet'. Jadi aku kebanyakan mikir."     

"It's okay. Kamu udah mulai kerja?"     

"Belum, tadi aku buka email kamu dulu."     

Astro terdiam sebelum bicara, "Faza."     

Aku menatapnya dalam diam dan menunggunya melanjutkan kalimatnya.     

"Aku jatuh cinta sama kamu dari pertama kita kenalan dulu. Momen ini penting buatku. Aku udah nunggu bertahun-tahun buat momen ini. Bisa kan kalau aku maksa kamu ga mundur sekarang?"     

Aku mendengar setiap kata dalam kalimatnya dengan baik. Aku tahu dia sedang memintaku untuk tidak ragu pada keputusanku saat ini, "Aku ga mundur, Astro. Aku cuma lagi kebanyakan mikir. Kamu kan tau aku sering mikirin hal-hal random gitu aja."     

"Apapun pikiran kamu, kamu bisa cerita ke aku, tapi tolong jangan mundur sekarang."     

Aku tersenyum mendengarnya memohon padaku. Aku tahu dia menantikan momen menikah kami lebih dari siapapun, bahkan mungkin lebih dari diriku sendiri.     

"Aku ga mundur, Astro. Aku ga akan kabur dari kamu cuma karena pikiranku lagi overload."     

"Kalau kamu kabur, aku cari kamu sampai dapet. Emang kamu pikir aku bakal biarin kerjaku bertahun-tahun bikin kamu jatuh cinta sama aku tiba-tiba lenyap gitu aja?"     

Sepertinya baru sekarang aku menyadari bahwa segala hal yang dia lakukan untukku adalah agar aku menyukainya. Selama ini aku berpikir dia tulus padaku.     

"Jadi selama ini kamu ga tulus?" aku bertanya pada akhirnya.     

"Aku tulus karena aku suka sama kamu."     

"Bukannya itu berarti kamu pamrih? Baik sama aku karena kamu mau aku suka sama kamu?"     

Astro terlihat berpikir sebelum bicara, "Definisi tulus kamu apa?"     

Aku menaikkan bahu, "Bukannya tulus itu kalau kamu ngerjain sesuatu tanpa pamrih?"     

Entah kenapa tiba-tiba aku mengingat Zen beberapa hari lalu saat dia menyebutkan bahwa aku adalah orang yang tulus. Apa definisi tulus menurutnya yang dia lihat dariku?     

"Kayaknya ga penting kita bahas ini sekarang. Kamu kan cinta aku. Kamu juga yang bilang kamu bersedia nunggu aku."     

Aku tahu Astro benar. Aku memang mencintainya dan aku memang bersedia menunggunya. Aku hanya ... entah kenapa ragu-ragu dengan hubungan kami saat menyadari bahwa mungkin Opa yang mengatur semuanya. Aku belum menceritakan hal ini padanya dan aku bisa mengerti jika dia belum menemukan benang merah yang mengganggu pikiranku.     

"Kenapa kamu suka aku?" aku bertanya karena mengingat Zen berkata dia menyukai tatapan mataku yang seolah bisa berbicara. Walau aku tak mengerti apa maksudnya.     

"Karena kamu cantik."     

Aku kecewa mendengar jawabannya. Sejak kami saling jujur dengan perasaan kami, tak terhitung berapa kali dia memujiku cantik dan aku selalu menyukai pujiannya. Kenapa sekarang aku kecewa?     

"Kalau aku ga cantik, kamu ga mungkin mau ya?"     

Astro terlihat bingung dengan pertanyaanku, "Kamu maunya aku jawab apa?"     

"Aku ga ngarep kamu jawab sesuai mauku, Astro. Kalau emang itu alasan kamu, berarti emang itu jawaban buatku."     

Astro menatapku lama sekali. Aku pun tak memiliki kalimat apapun untuk kuutarakan padanya. Keheningan di antara kami terasa menyayat hatiku sedikit demi sedikit. Aku tak tahu apa yang kuharapkan dari percakapan kami saat ini. Terasa seperti setiap pembahasan yang terjawab bukanlah jawaban yang kuinginkan.     

Aku tak pernah peduli dengan kecantikan seseorang karena setiap manusia tak bisa memilih wajah yang mana yang akan menemani seumur hidupnya. Kecantikan juga memiliki makna yang relatif bagi kebanyakan orang. Cantik menurut seseorang belum tentu cantik untuk yang lainnya.     

Tiba-tiba aku menyadari kealpaanku sendiri. Aku menatap Astro yang sedang menatapku kembali, dengan wajahnya yang begitu tampan. Akan sangat bodoh jika aku berkata aku tidak menyukainya. Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku, "Hai, Ganteng."     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Udah dapet sendiri jawaban yang kamu cari kan, Nona?"     

Aku menggumam mengiyakan dengan senyum masih tersisa di bibirku.     

"Jangan mikir aneh-aneh. Aku ga bisa minjemin tanganku buat benerin jalan pikiran kamu sekarang."     

Kalimatnya membuatku tertawa.     

Aah, ada apa dengan diriku? Sepertinya hormonku sedang tidak stabil hingga aku bisa bertingkah aneh seperti ini sepanjang hari.     

"Kamu cek lagi email yang tadi aku kirim. Kamu pilih mau yang mana. Nanti aku minta ibu nyiapin. Bakal buang waktu kalau kamu nunggu aku pulang tiga minggu lagi."     

"Okay, tapi aku kerja dulu ya."     

Astro menggumam mengiyakan, "I love you. Apapun alasan aku jatuh cinta sama kamu, walaupun ga sesuai sama jawaban yang kamu mau, kamu harus tau kalau aku tulus. Aku ga pernah main-main."     

Aku tahu dia benar dan aku sangat menghargai kejujurannya, "I love you too, Astro."     

Aku mulai bertanya pada diriku sendiri. Apa yang membuatku jatuh cinta padanya? Aku pernah berkata pada Kakek bahwa aku mencintainya karena dia adalah Astro. Aku merasa segalanya akan baik-baik saja bila dengannya.     

"Jangan bengong, Nona. Katanya mau kerja?" ujarnya yang membuyarkan lamunanku.     

Aku tersenyum, "Nanti aku video call lagi ya, Ganteng."     

"Rrgh, jangan panggil aku begitu. Aku lebih suka kamu panggil aku 'honey'."     

Aku akan menggodanya sebentar, "Itu panggilan kalau kita udah nikah nanti, Ganteng."     

"Serius. Aku merinding denger kamu manggil aku begitu."     

"Mungkin di apartemen kamu ada hantunya."     

"Iya, kamu yang menghantuiku sepanjang hidupku."     

Aku tak mampu menahan tawa. Entah godaan macam apa yang baru saja dia lontarkan padaku. Dipikir bagaimanapun, kalimatnya terdengar seperti Astro sedang kehilangan selera humornya yang biasa.     

"Kamu cantik banget." ujarnya dengan tatapan sendu, hingga memaksaku menghentikan tawa.     

Apapun alasannya mencintaiku, aku tak akan keberatan. Karena bersamanya, aku tahu kami akan selalu baik-baik saja.     

"Cocok kan sama kamu?" ujarku dengan senyum lebar.     

_____     

*Bridezilla berasal dari dua kata yaitu 'Bride' dan 'Godzilla' yang memiliki arti bahwa perempuan dengan sindrom ini mirip dengan 'godzilla' yang mudah marah, kesal, atau sedih menjelang pernikahan.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.