Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Dalang



Dalang

Kami baru saja pulang dari makam saat menemukan Ayah dan Ibu sedang berbincang dengan Opa di ruang tamu. Kami melepas scarf yang menutup wajah sebelum menghampiri mereka dan mencium tangan masing-masing.     

Ibu tersenyum padaku, "Kapan mau ke rumah?"     

"Rencananya nanti sore, Bu. Ibu nungguin ya?" aku bertanya.     

Ibu menoleh pada ayah, "Tadinya ada yang mau kita bahas di rumah, tapi bahas sekarang aja mumpung udah di sini."     

Aku dan Astro saling bertatapan sambil duduk bersisian. Sepertinya kami harus menunggu mereka yang membahasnya lebih dulu.     

"Faza tau apa kata netizen soal kalian?" Ayah bertanya.     

Aku menggeleng, "Faza ikutin saran Astro buat ga buka sosmed apapun. Faza ga tau ada apa."     

Ayah menatap Astro dengan tatapan tajam, tapi tak mengatakan apapun.     

"Faza buka sosmed sekarang. Nanti Faza nilai sendiri ya." ujar Ibu.     

Aku menoleh pada Astro dan dia mengangguk. Aku bangkit menuju kamarku untuk mengambil laptop dan handphone, lalu kembali ke ruang tamu. Aku menarik napas panjang sebelum menyalakan laptop dan mengaktifkan wifi, lalu menyalakan handphone. Pemberitahuan yang datang bersamaan membuatku meletakkan laptop dan handphone di meja. Aku membiarkannya selama beberapa lama hingga pemberitahuan yang masuk berhenti dengan sendirinya.     

Astro memberiku isyarat untuk mengambil handphone saat sepertinya sudah tak ada pemberitahuan baru. Aku mengamitnya dan menemukan ribuan pemberitahuan dari instagram, ribuan pemberitahuan di aplikasi pesan, bahkan ada ratusan telepon tak terjawab. Aku membuka pemberitahuan di aplikasi pesanku lebih dulu. Aku hanya membuka pesan daei teman-teman terdekatku.     

Aku membalas pesan mereka sebelum menutup aplikasi pesanku kembali. Keterkejutan mereka bisa kupahami. Hanya ada beberapa pertanyaan di benakku saat membaca pesan Nina. Aku memang belum melihat semua pesan dari teman-temanku yang lain, tapi sepertinya aku harus berselancar di aplikasi peramban untuk mencari tahu berita tentang pernikahan kami di media.     

Aku menemukan berita yang membicarakan pro dan kontra pernikahan kami. Aku bisa mengambil kesimpulan ada lebih banyak media yang memberi selamat atas pernikahan kami dibandingkan berita yang mengulik kenapa pernikahan kami diadakan secara mendadak. Mungkin ini adalah hasil kerja Paolo, Revi dan yang lainnya.     

"Udah?" Ayah bertanya.     

Aku mengangguk, "Sesuai sama perkiraan Faza, Yah."     

"Bagus kalau Faza udah siap. Resepsi kalian sebentar lagi, kalian harus lebih banyak istirahat. Nanti nginep di rumah kan?"     

Aku mengangguk, "Nanti malem sama besok nginep di sana. Abis resepsi nginep di rumah Kakek."     

Ayah dan Ibu saling bertatapan dan mengangguk. Kemudian hening di antara kami. Tunggu sebentar ....     

"Yang jadi dalang kasus Astro waktu itu, siapa?" aku bertanya sambil mengedarkan pandanganku ke sekeliling.     

Aku bertanya karena baru saja menyadari hal ini. Tak ada satupun informasi tentangnya di media atau di pesan teman-temanku. Dia seolah menghilang tanpa jejak. Mereka semua bertatapan dalam diam. Entah apa yang sedang mereka pikirkan.     

"Faza akan lebih bisa jaga diri kalau Faza tau siapa dia. Jangan sembunyiin dia dari Faza."     

Ayah menatap Astro lekat dan membuatku menoleh padanya. Sepertinya aku mengerti Astro lah yang meminta mereka merahasiakannya dariku.     

Aku mengelus jarinya yang sejak tadi mengganggam tanganku. Kuharap dia tahu aku akan baik-baik saja jika mereka memberitahukan siapa dalangnya padaku.     

Astro menghela napas, "Inget perempuan yang kamu liat di resort?"     

"Yang ngobrol sama kamu?"     

Astro mengangguk, "Namanya Zenatta."     

"Bukannya kamu bilang dia temennya Angel?"     

"Dia emang temennya Angel. Selama ini dia main belakang."     

Aku menatapnya tak mengerti, "Bisa kamu jelasin lebih detail? Aku ga ngerti. Seingetku dia cuma ketemu aku sekali."     

"Angel, Riri, Cokro, erm ... Gisel juga ternyata kenalan Zenatta."     

Aku baru saja merasa aku bodoh sekali. Apa yang baru saja dia katakan?     

"Menurut beberapa sumber Zenatta jatuh cinta sama Astro, tapi ga berani nyatain." ujar Ibu tiba-tiba, yang membuatku menoleh padanya.     

Entah bagaimana, tapi seperti ada pemahaman memasuki pikiranku. Kuharap aku hanya salah menduga, tapi entah kenapa aku merasa dugaanku tepat.     

"Maksud Ibu, dia sengaja ngehasut mereka semua buat ganggu Astro?" aku bertanya untuk memastikan dugaanku.     

Ibu mengangguk dan tersenyum singkat, "Tapi kita ga bisa bawa dia ke ranah hukum karena bukti yang kita dapet cuma sedikit. Kita cuma akan buang waktu kalau ngurusin dia sekarang, padahal sebentar lagi kalian resepsi."     

Seperti ada sebuah sengatan di dadaku, membuatku merasa marah dan kesal. Bagaimana mungkin ada orang yang begitu rapi menyembunyikan semua bukti?     

"Kamu ngundang dia ke acara resepsi kita kan?" aku bertanya pada Astro karena tiba-tiba mengingat namanya berada di deretan daftar nama undangan.     

Astro mengangguk, "Aku mau liat dia ngapain di resepsi kita nanti. Kita mungkin bisa dapet bukti."     

Aku menatapnya tak percaya, "Kamu ga salah? Itu acara penting. Kenapa ga di-blacklist aja?"     

"Opa sudah meminta orang-orang kepercayaan untuk menjaga acara resepsi kalian. Mafaza ga perlu khawatir." ujar Opa yang tiba-tiba membuka suara.     

Aku tahu Opa tak mungkin menyiapkan sumber daya manusia tanpa ada alasan yang jelas. Opa pasti merencanakan sesuatu.     

"Opa mau nyoba jebak dia?"     

Opa mengangguk, "Kita lihat nanti. Seberapa pandai dia mengatur strategi."     

Aku menoleh untuk menatap Astro, tatapannya terlihat tenang. Aku tahu kami akan selalu baik-baik saja, tapi memancing Zenatta ke acara resepsi kami adalah hal yang sangat beresiko. Ada banyak tamu undangan di sana. Jika ada satu saja langkah yang salah, mungkin rencana Opa akan gagal seketika.     

Lagi pula, bukankah Zenatta juga mengetahui Opa adalah agen rahasia? Dengan Angel dan Riri di sisinya, dia bisa mendapatkan informasi tentang kami dengan leluasa. Tunggu sebentar ....     

"Dia ga mungkin punya sumber daya kalau bukan orang penting kan? Tapi kenapa Faza ga pernah liat dia sekalipun di pertemuan?"     

"Karena dia kuliah di Aussie." ujar Ayah.     

Aah, sekarang aku mengerti.     

"Kalau Faza boleh tau, dia anaknya siapa?"     

"Silsilah keluarganya panjang. Nanti Faza tau kalau nginep di rumah kakek setelah resepsi."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.