Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Jabat



Jabat

Aku baru saja menduga Astro yang mengatur agar aku bisa bertemu dengan teman-temannya, tapi sepertinya aku salah karena mereka terlihat salah tingkah saat melihat Astro memeluk pinggangku. Mereka menghampiri kami dengan canggung, sepertinya karena khawatir akan mengganggu. Hanya satu orang yang cukup percaya diri menghampiri kami tanpa ragu.     

"Kirain aku salah orang. Tadi sempet liat kalian di dalem, tapi jauh jadi ga yakin. Aku temen Astro. Namaku Jonathan, panggil aja Jojo." ujarnya sambil mengulurkan tangan padaku, tapi segera ditampik pelan oleh Astro.     

"Kenalan biasa aja. Ga usah pegang-pegang istriku." ujar Astro sambil memberinya tatapan tajam.     

Jojo terlihat kesal, "Jadi begini kelakuan kamu kalau sama istri? Posesif banget ya? Padahal biasanya cool aja."     

"Beda dong. Ini kan istriku. Perempuan lain terserah dia aja mau ngapain."     

Aku menatap Astro dengan tatapan tajam. Kuharap dia tahu dia baru saja bersikap berlebihan, tapi dia justru memelukku lebih erat. Dia benar-benar bertingkah rupanya.     

"Sorry ya, dia emang nyebelin begini dari dulu. Aku Faza." ujarku sambil mengedarkan senyum dan sedikit anggukan kepala sebagai isyarat sopan santun. Aku tak akan berusaha menjabat tangan siapapun karena tahu hal itu akan membuat Astro kesal.     

Teman-teman Astro membalas senyumku dan saling bertatapan. Mereka juga memperkenalkan diri padaku.     

Perempuan yang terlihat tomboy bernama Jeanny, satu kampus dengan Astro dan dia adalah kekasih Jojo. Laki-laki yang lainnya bernama Liam. Perempuan yang Liam genggam tangannya adalah kekasihnya yang bernama Sofia. Sofia bukanlah teman kampus Astro, tapi mereka pernah bertemu beberapa kali.     

"Kalian double date?" aku bertanya.     

"Bakal jadi triple date kalau kalian mau jalan bareng kita. Kita mau cari makan. Kalian mau ikut?" Liam bertanya.     

"Sorry, aku mau ke toko buku trus pulang." ujar Astro.     

Jeanny mendengkus pelan, "Iya lah, kalian pengantin baru. Pasti lebih asik di apartemen kan?"     

Astro tersenyum lebar sekali dan menatapku, "Gimana kalau kita komporin mereka nikah muda juga?"     

Aku menepuk dadanya, "Jangan macem-macem. Mereka punya prioritas sendiri."     

"Bener tuh. Ga semua orang kayak kamu tau. Nikah buru-buru udah kayak dikejar kebo. Santai aja dulu. Masih muda." ujar Jojo.     

Astro mengangkat bahu untuk menanggapi keberatan mereka dan menatapku, "Mau ke toko buku sekarang, Honey?"     

"Ga mau ikut kita?" Liam bertanya.     

"Mungkin lain kali. Kalian bisa rencanain dulu mau ke mana. Nanti kita ikut aja." ujarku.     

Jojo mengangguk, "Okay. Nanti aku coba cari tempat yang asik."     

Jeanny mengamit lengan Jojo dan memeluknya, "Cabut yuk. Jangan ganggu pangantin baru."     

"Ketemu lagi nanti ya, Faza." ujar Liam. Sedangkan Sofia hanya tersenyum.     

Aku tersenyum pada mereka sebelum mereka berbalik dan meninggalkan kami. Sofia sempat menoleh dan menatap kami, tapi tak mengatakan apapun. Sepertinya aku baru saja mendapat firasat buruk.     

"Sofia emang gitu ya?" aku bertanya sambil memeluk pinggang Astro dan mengajaknya keluar dari area bioskop. Entah kenapa aku merasa harus melakukannya. Sepertinya aku akan membatalkan rencanaku ke toilet. Aku bahkan baru saja merasa mungkin kami lebih baik pulang saja.     

"Dia pernah ngajak aku nge-date lewat chat, tapi aku tolak. Trus ga tau gimana tiba-tiba jadian sama Liam." ujarnya yang sudah tak ragu lagi untuk memberitahukan hal-hal yang biasanya dia sembunyikan, tapi mendengarnya mengatakannya tetap terasa seperti dia sedang sengaja membuatku cemburu.     

"Mereka udah jadian berapa lama?"     

"Empat bulan kalau aku ga salah inget."     

"Berarti dia ngajak kamu nge-date awal kamu masuk kuliah?"     

Astro menggumam mengiyakan, "Kenapa? Kamu cemburu?"     

Aku menoleh untuk menatapnya, "Aku curiga dia kenal Zenatta."     

Astro terlihat berpikir sebelum bicara, "Nanti aku minta Kyle cari info soal itu."     

"Kamu harus hati-hati, kamu tau?"     

Astro mengecup dahiku, "Aku tau, Honey. Kamu juga harus hati-hati. Jangan jabat tangan orang sembarangan."     

Aku menatapnya sebal, "Yang tadi itu kan temen kamu."     

"Iya, tapi kamu kebiasaan jabat tangan semua orang. Iya kan?"     

Dia benar. Sepertinya aku memang harus mengubah kebiasaan, maka aku mengangguk.     

Kami memasuki area toko buku. Astro melepas pelukannya dan menggenggam tanganku sambil berjalan menyusuri rak-rak yang tersusun rapi. Dia menghampiri sebuah rak buku di deretan buku bisnis.     

"Bukunya ga ada." ujarnya dengan tatapan serius sambil terus menyusuri setiap judul dan menoleh padaku. "Kamu mau cari buku desain craft baru?"     

Aku mengangguk. Dia memang paling mengerti aku.     

Aku mempererat genggaman tangannya di tanganku. Sepertinya dia menyadarinya karena mengelus jariku. Aku baru saja akan mendekatkan tubuh padanya saat ada seorang anak laki-laki berlari melewati sedikit jarak di antara kami, membuatku menjauh dari Astro agar anak itu tidak menabrakku. Anak itu sepertinya tak mempedulikan keadaan sekitarnya karena hampir saja menabrak seorang staf toko buku sesaat setelah melewati kami, hingga membuatku bertanya-tanya di mana orang tuanya.     

"Dulu aku sering begitu, tapi diomelin ibu." ujar Astro tiba-tiba dan membuatku menoleh padanya. Dia sedang tersenyum tipis sambil memperhatikan anak kecil yang sesaat lalu berlari melewati kami.     

"Wajar kalau Ibu ngomel. Itu kan bahaya."     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Siap-siap aja anak kita begitu nanti. Kamu harus ngejar-ngejar dia kayak ibu ngejar-ngejar aku dulu."     

Aku baru ingat, aku pun dulu bertingkah seperti itu. Yang berbeda adalah aku terbiasa berlari di area terbuka. Keluargaku tak pernah menjadikan pusat perbelanjaan sebagai destinasi berjalan-jalan. Bunda bahkan membiasakan diri berbelanja di pasar tradisional.     

Aku tak dapat menyembunyikan senyum di bibirku. Saat itu aku dan Fara konyol sekali. Kami selalu mengganggu Danar jika memiliki kesempatan.     

Aah, kenapa tiba-tiba aku mengingat Gerard?     

Aku menoleh untuk menatap Astro yang sedang meneliti judul-judul di rak buku, "Kapan sidang buat mereka dimulai?"     

Astro menoleh, "Hari kamis."     

"Kita bakal jadi saksi kan?" aku bertanya dengan jantung berdetak kencang.     

Astro menggumam mengiyakan, "Tapi bukan di sidang pertama. Kamu nervous?"     

Aku menggeleng, "Aku kan punya mantra dari kamu. Aku bisa pakai itu kalau nervous."     

Astro memberiku senyum tipis dan mengelus puncak kepalaku, "Kita akan baik-baik aja kok. Jangan khawatir."     

"Gimana kalau mereka tau kamu warisin ... itu?"     

"Ga masalah. Aku lawan orang-orang yang berani ganggu keluargaku. Aku pasti nemu cara. Percaya sama aku."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSI.F di aplikasi W.EBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.     

Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.