Perancis
Perancis
Aku bisa mendengar Astro, salah seorang petugas pemadam kebakaran dan seorang polisi berbincang di sekitarku. Sepertinya dugaan Astro saat aku menelepon Sari adalah benar.
Astro berkata Vinny sengaja melonggarkan katup gas dan membuat gas menyebar. Gas dari LPG di lantai dua memang akan turun ke lantai satu karena sifatnya yang lebih berat dari udara sekitarnya. Saat dirasa ruangan lantai satu cukup pekat dengan muatan gas, Vinny menelepon handphone yang sudah dia letakkan di bawah kasir.
Astro bahkan memperlihatkan bagian rekaman yang membuktikan tingkah laku Vinny. Astro menjelaskan reaksi yang muncul dari LED handphone yang menyala saat ditelepon di ruangan yang sudah penuh dengan muatan gas memang akan mengakibatkan terjadinya ledakan dan mampu memantik kebakaran.
Ruangan di lantai satu memang penuh dengan barang-barang mudah terbakar hingga kebakaran merembet dengan cepat. Terlebih, posisinya yang dekat dengan ruanganku yang hanya dibatasi oleh sebuah kaca film dua arah. Aku beruntung karena sudah memindahkan laptop dan semua berkas kemarin.
Sekarang, kami sedang duduk berkumpul di sofa toko Lavender's Craft. Sofa yang biasanya ada di ruanganku yang sebetulnya sudah rusak karena orang-orang yang membantu memadamkan api tak terlalu memperhatikan keberadaannya yang masih bisa diselamatkan.
"Saya tunggu laporan gugatannya." ujar polisi sambil bangkit dan menyalami Astro.
"Nanti saya bantu soal laporan dugaan kejadiannya, Mas." ujar petugas pemadam kebakaran sambil menyalami Astro.
Aku menoleh untuk menatap keduanya dan hanya mengangguk singkat karena aku tak ingin menjabat siapapun. Mereka melakukan hal yang sama padaku dan beranjak keluar toko diiringi Astro.
Aku mengedarkan tatapan pada etalase toko yang hanya berisi barang-barang rusak. Etalase-etalase itu terlihat menyedihkan sekali, teronggok penuh kotoran dan tak akan menarik jika dilihat siapapun. Aku bahkan terlalu malas untuk menaksir kisaran nominal kerugian toko saat ini, walau aku tahu aku akan melakukannya juga nanti.
"I'm sorry." ujarku lirih. Aku tahu aku tak bisa bicara pada benda mati, tapi ini adalah kesalahanku karena membiarkan Vinny membakar mereka padahal aku sudah tahu dia memiliki niat untuk itu.
Sebuah elusan mendarat di puncak kepalaku. Aku membiarkannya mengelus dalam diam sambil terus menatapi isi toko. Toko yang kubangun selama lebih dari dua tahun, hasil kerja kerasku bertahun-tahun setelah aku membuatkan Mayang dan Denada buket bunga artifisial dan tiara yang masih disimpan dengan baik oleh mereka hingga saat ini.
Aku menarik napas perlahan dan bangkit. Aku memeluk Astro sambil menatap wajahnya, "Aku bodoh ya."
Astro tersenyum tipis dan mengangguk, "Kalau kamu pecat dia dari awal ga akan begini."
Aku membenamkan wajah di dadanya dan mengangguk. Aku tahu dia benar. Aku lah yang tak ingin Vinny mendapatkan masalah, tapi aku justru membiarkan tokoku terbakar dan berakhir dengan kami yang akan menggugatnya di pengadilan.
Sebetulnya apa yang sedang kucari? Apa yang ingin kubuktikan? Aku bodoh sekali.
"Udah, ga baik lama-lama sedih. Kamu bisa bangun toko ini lagi. Kita pulang dulu, okay?"
Aku mengangguk dalam diam. Astro menggiringku keluar sambil terus memeluk pinggangku. Dia bicara dengan seseorang yang adalah bantuan dari Opa dan memintanya menjaga toko sementara waktu.
Kami menghampiri motor milik Ayah dan berkendara sesaat setelahnya. Belaian angin semilir di tubuhku membuatku banyak berpikir. Mungkin yang sebetulnya ingin kubuktikan adalah keberanian Vinny untuk membakar tokoku. Aku masih berharap dia tak akan melakukannya dan memberinya kepercayaan dengan membiarkannya bebas melakukan apapun yang dia inginkan.
Aku benar-benar bodoh sekali.
Aku tahu aku bisa membangun tokoku kembali dari puing-puing yang tersisa. Bukan hal yang sulit bagiku membangun sebuah bisnis dari nol karena aku sudah membuktikan aku bisa melakukannya. Aku bahkan harus mengakui aku memang menyukainya.
Mungkin ... sebetulnya aku ingin membuktikan diri pada Abidzar bahwa dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan, tapi aku akan tetap kembali bangun untuk membuktikan aku tak selemah perkiraannya. Sama seperti yang kulakukan pada anaknya, Donny, saat aku melawannya di beberapa kesempatan.
Donny pernah membuatku pingsan dan terluka, luka yang bahkan masih terlihat hingga hari ini walau samar. Dia juga pernah mengejarku dan Zen dari stasiun radio dan kami berakhir di kantor polisi. Sekarang, kurasa mau tak mau mungkin Abidzar akan terseret kasus ini jika Vinny mengakui keterlibatannya dalam membuat rencana.
"Menurut kamu, Abidzar bisa kita seret ke pengadilan kali ini?" aku bertanya karena mengingat kasus perusakan resort milik Astro dua tahun lalu, yang bahkan tak menemukan benang merah pada Abidzar walau Om Ganesh sangat yakin akan keterlibatannya.
"Aku ga tau. Kemungkinannya 50:50."
"Aku nanya menurut kamu, bukan rasio probabilitasnya."
Astro terdiam.
Aku memeluknya lebih erat, "Thank you."
Astro mengelus jariku dan menempelkannya pada helmnya, mungkin berniat akan mengecupnya. Namun helm miliknya menghalangi. Aku tersenyum dan menatapinya dalam diam dari spion. Dia sedang menatapku kembali dan tersenyum lembut. Aku benar-benar mencintainya.
Semburat senja menyebar di sekitar kami, membuat hatiku terasa hangat. Seperti menemukan sesuatu yang hilang, kembali lagi padaku dan tiba-tiba aku mengingat Bunda.
"Aku mau ke Bogor dulu sebelum ke mansion, bisa?"
Astro mengangguk dan meletakkan tanganku di dadanya. Dia menambah kecepatan motor dan angin membelai tubuhku lebih kencang. Entah kenapa aku menyukainya.
Kami sampai di rumahnya dan menaiki tangga sambil saling memeluk. Saat kami sampai di anak tangga paling atas, kami mendapati Ayah dan Ibu sedang berbincang di atas karpet dengan wajah serius. Kami menghampiri mereka untuk memberi salam dan mencium tangan keduanya, lalu duduk bersisian di hadapan mereka.
"Maaf ya Ayah ga bisa bantu banyak di toko. Ayah ada meeting seharian." ujar Ayah.
"Ga pa-pa, Yah. Ayah banyak bantu kok." ujarku.
"Gimana? Udah nemu gimana kebakaran itu bisa kejadian?"
Astro mengangguk, "Besok pagi Astro bantu Faza bikin gugatan sebelum ngurusin robot. Ayah berangkat duluan aja, nanti Astro nyusul."
"Okay. Kalian harus hati-hati karena kemungkinan akan nyeret Abidzar. Dia selalu punya backing hukum kuat. Inget kasus resort waktu itu kan?"
"Astro tau, Yah. Mungkin kali ini Astro mau minta Opa bantu. Gimana pun kasus ini nyangkut Faza."
Astaga ... aku baru ingat Abidzar pernah menyukai bundaku. Bunda menceritakannya di diary miliknya. Aku bahkan sempat menduga Opa tak membantu Astro dengan kasus resortnya dua tahun lalu karena ada hubungannya dengan Abidzar.
"Bisa kita ketemu Opa sebentar?" aku bertanya pada Astro.
"Sekarang?"
Aku mengangguk, "Aku baru inget Abidzar pernah suka sama Bunda. Aku ga bisa bahas soal ini di telpon sama Opa."
Astro mengangguk dan baru saja akan menarikku bangkit. Namun Ibu menahan lengan kami.
"Sebentar, ada yang mau Ibu bahas." ujar Ibu yang membuat kami kembali duduk. "Ibu udah siapin semuanya di negara baru buat kalian kuliah. Baju dan semua perlengkapan udah ada di sana, jadi kalian ga perlu bawa banyak barang. Cukup bawa dokumen sama barang pribadi. Wawancara kalian di imigrasi dua minggu lagi, kalian harus siapin diri dan belajar bahasa Perancis."
"Perancis? Kita ke Perancis?" Astro bertanya dengan keterkejutan yang jelas sekali.
"Bukan ke Perancis. Sebenernya kalian bisa aja pakai bahasa Inggris, tapi ada bagusnya kalian belajar bahasa Perancis juga karena penduduk di sana juga pakai bahasa Perancis."
Aku dan Astro saling bertatapan dalam diam, lalu menoleh untuk menatap Ibu dan Ayah. Mereka sama sekali tak mengubah ekspresi, seolah sedang sengaja membiarkan kami bertanya-tanya.
Namun aku sama sekali tak mengerti. Ke negara mana kami akan berkuliah semester depan? Negara yang memakai bahasa Inggris dan Perancis sebagai bahasa ibu di dunia ini ada banyak, bukan?
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-