Homestay
Homestay
Astro tak menjawab pertanyaanku, tapi justru menatap topi di kepalaku dengan senyum yang sepertinya tak akan pergi dalam waktu dekat. Kurasa aku tahu kenapa dan aku tak berminat membahasnya.
Kami baru saja sampai di area berkumpul. Aku melirik jam di lenganku, pukul 11.14. Lokasi ini berjarak sekitar tiga setengah jam perjalanan dari sekolah kami.
"Okay anak-anak. Kita bagi lokasi homestay dulu. Silahkan merapat ke home teacher (wali kelas) kalian. Nanti home teacher kalian yang akan jelasin pembagiannya." ujar pak Dan yang menjadi penanggung jawab study tour kali ini.
Astro memberiku isyarat agar tak mengabaikan handphoneku. Aku hanya mengangguk dan bergabung bersama teman-teman sekelasku.
Bu Gres menyampaikan lokasi homestay kami dipisah antara laki-laki dan perempuan. Murid perempuan kelas XI Bahasa I dan II akan ikut bersamanya dan murid laki-laki kelas XI Bahasa I dan II akan ikut dengan wali kelas XI Bahasa I. Bu Gres juga menyampaikan bahwa akan ada tugas yang harus dikumpulkan hari senin saat proses belajarengajar kami kembali dimulai, berupa tugas membuat puisi dengan menggunakan lokasi latar study tour kali ini.
Kami memisahkan diri dari murid yang lain dan berjalan beriringan menuju lokasi homestay kami bersama bu Gres. Kami merapikan barang-barang kami di kamar yang juga sudah ditentukan. Aku sekamar dengan Donna, Siska, dan tiga orang lain dari kelas XI Bahasa I, kelas sebelah kami.
Setelah itu kami beristirahat makan siang sebelum memulai perjalanan kami mengelilingi taman buah. Kami dibebaskan memilih ke rute manapun yang kami inginkan, dengan catatan jam lima sore nanti kami sudah berkumpul kembali karena kami akan ke puncak taman buah untuk menikmati matahari tenggelam.
"Faza ya?" tanya seorang anak perempuan yang kukenali sebagai teman sekamar kami malam ini.
Kami baru saja selesai makan siang. Aku sedang di kamar untuk mempersiapkan beberapa barang yang akan kumasukkan ke ranselku.
Dia mengulurkan tangannya padaku, "Aku Nao."
Aku menyambut uluran tangannya dan tersenyum. Lalu berkutat kembali dengan tas ranselku yang akan kuisi dengan sebotol air minum, sebuah scarf panjang, tisu basah, sebuah buku sketsa dan alat tulis, serta dua bar coklat almond kesukaanku.
Aku memakai jaket dan memasukkan handphone ke saku, "Aku duluan ya, Nao."
Nao memberiku sebuah senyuman dan aku berlalu meninggalkannya di kamar. Donna dan Siska sudah mendahuluiku keluar dari homestay. Mereka sempat berkata mereka berencana akan ke kandang rusa.
Kurasa hari ini aku akan mengikuti saja ke mana langkah kakiku pergi. Tempat ini sejuk, hingga aku tak keberatan berjalan ke arah manapun. Aku baru saja keluar dari pintu homestay saat melihat Astro sedang duduk di kursi teras, dengan kamera DSLR tergantung di lehernya.
"Kamu ga ada kerjaan lain selain nungguin aku?" aku bertanya padanya karena aku merasa hari ini dia menempel sekali padaku.
"Kamu bersedia nunggu aku beberapa tahun. Nunggu kamu sebentar begini ga masalah buatku." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.
Kurasa aku tak memiliki kalimat apapun untuk membalasnya. Senyum di bibirku juga tak bisa kusembunyikan.
"Tugas kelas kamu apa?" aku bertanya untuk mengalihkan topik pembicaraan kami dan mengajaknya berjalan menjauhi homestay.
"Bikin laporan hubungan kesinambungan antara ternak sapi yang menghasilkan pupuk kandang dengan pemeliharaan tumbuhan." ujar Astro yang seperti baru saja membaca naskah.
"Jadi kamu mau ke kandang sapi?"
Astro menggumam mengiyakan, "Kamu?"
"Aku bisa pergi ke mana aja. Karena tugasku bikin puisi."
"Mau ikut aku, Nona?"
Kurasa tak ada salahnya mengikutinya. Mungkin aku akan mendapatkan inspirasi membuat puisi selama perjalanan kami nanti.
Aku mengangguk dan menoleh ke arahnya. Aku menemukan senyum di bibirnya yang benar-benar tak pergi darinya hari ini.
Kami berjalan menyusuri rute ke arah kandang sapi dan menemukan beberapa teman sekelas Astro berada di rute yang sama. Mereka menyapa, tapi menjaga jarak dengan kami. Seperti tak ingin mengganggu.
"Faza." Astro memanggilku.
Aku menggumam dan menoleh padanya. Dia sedang mengambil fotoku dengan kameranya, mengamatinya sebentar dan tersenyum melihat hasilnya.
"Aku mau pajang ini di kamar."
"Heii ... jangan!" ujarku yang mencoba mengambil kamera darinya, tapi Astro menjauhkan kameranya dariku dengan mengangkatnya tinggi-tinggi. "Aah curang! Kamu kan tinggi."
"Makanya makan yang banyak biar tinggi."
Uugh kami berdua tahu bukan banyak makan yang membuatnya tumbuh tinggi. Dia hanya menggodaku karena tubuhku tak setinggi dirinya.
"Ahem ..." aku mendengar suara Donna di belakang kami, dengan Siska di sebelahnya. Mereka sedang tersenyum melihat kami yang mungkin terlihat seperti anak-anak yang berebut mainan.
"Kalian bukannya mau ke kandang rusa?" aku bertanya.
"Berubah arah ke kandang sapi soalnya yang mau ke kandang rusa banyak banget." ujar Siska.
Kami berjalan bersama ke kandang sapi untuk menemani Astro mengerjakan laporannya, lalu beralih ke kandang rusa saat sepertinya di sana sudah lebih lenggang. Kami bersantai di sebuah gubuk saat kami merasa lelah berkeliling ke beberapa tempat budidaya tumbuhan. Kami melanjutkan perjalanan saat sudah waktunya menikmati matahari tenggelam dan bertemu dengan teman-teman kami yang lain di pertengahan jalan karena mereka juga menuju ke sana.
Aku melirik jam di lenganku saat kami akhirnya tiba di area puncak taman buah, pukul 17.14. Ada aliran Sungai Oya yang berwarna kehijauan jauh di bawah sana, dengan pemandangan hutan dan laut di ujung pandangan mata kami.
Donna dan Siska mengambil jarak dariku dan Astro. Mereka berkata mereka tak ingin mengganggu momen romantis kami. Astaga ... momen romantis apanya?
Aku menyandarkan tubuhku pada pagar pembatas dan mengambil scarf dari ranselku karena udara terasa lebih dingin. Aku meneguk sedikit air dari botolku dan mengambil satu bar coklat untuk menemaniku menunggu.
Aku membuka kemasan coklat dan menawarkannya pada Astro yang berdiri di sisiku. Dia mematahkan satu dan mengunyahnya.
"Faza." Astro memanggilku.
Aku menoleh padanya sambil mengunyah sepotong coklat di mulutku.
"Libur semester ini kita ga jalan dulu ya."
Sejak bertahun lalu kami selalu berlibur bersama saat tiba masa liburan semester sekolah. Dengan kedua orang tua Astro bersama kami menjelajah ke tempat-tempat yang baru.
"Kenapa?"
"Aku mau fokus ngurusin proyekku dulu. Nanti aku pulang tiga hari sebelum masuk sekolah lagi. Aku bisa nemenin kamu ke mana aja kamu mau."
"Proyek kamu di mana sih? Luar kota?" aku bertanya karena aku memang memikirkan kemungkinan itu.
Beberapa bulan ini sudah tiga kali Astro pergi setiap hari jumat sore sepulang sekolah dan baru kembali minggu malam. Astro tak menjawab pertanyaanku, tapi kurasa dugaanku benar karena dia tidak menyangkalnya.
"Nanti aku temenin kamu main kalau aku pulang." ujar Astro.
"Kamu bisa istirahat aja kok di tiga hari setelah kamu pulang."
"Ga mau, aku pasti kangen kamu." ujarnya dengan tatapan sendu, seolah kami akan berpisah detik ini juga.
"Kalau gitu aku yang akan nemenin kamu di rumah biar kamu istirahat aja tiga hari." ujarku sambil mengalihkan pandanganku ke matahari yang mulai terbenam. Senja di sini cantik sekali.
Aku selalu suka senja. Dengan pemandangan di hadapanku saat ini, kurasa aku akan bisa menatapnya lama sekali. Terasa hangat. Seperti menemukan sesuatu telah yang hilang, kembali lagi padaku.
Aku merasa bersyukur bisa menikmati tempat ini sekarang, saat traumaku sudah pergi. Dengan ketinggian ini dan sungai mengalir jauh di bawah sana, mungkin aku akan gemetaran dan menangis tak sanggup melihat andai saja Astro tak membantuku menghilangkan traumaku dulu.
Aku menoleh padanya yang sedang menatapku lekat, "Ke mana pun kamu pergi, jaga diri kamu ya. Jangan telat makan, ga boleh begadang kemaleman. Kabarin aku."
Astro hanya menggumam mengiyakan, dengan senyum yang membuat hatiku terasa hangat.
=======
Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Btw, kalian bisa panggil aku -nou-