Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Luka



Luka

  Aku menundukkan bahuku untuk memberi salam pada pembimbing robotik Astro dan teman-temannya saat mereka akan memasuki ke mobil. Mereka berencana akan pergi ke sebuah restoran untuk merayakan kemenangan, tapi Astro menolak ikut karena ingin mengantarku pulang.    

  Sudah gelap sekarang. Aku tak tahu sekarang jam berapa karena jam tanganku berada di dalam ranselku dan aku tak merasa perlu mengeluarkan handphone saat ada Astro di sekitarku.     

  Astro membenahi posisi robot di jok belakang mobil sebelum menghampiriku dan mengajakku masuk. Aku mendengarnya menghela napas sesaat setelah duduk di kursi kemudinya. Aku menoleh dan menatapnya, aku tahu dia masih merasa kecewa padaku.    

  "Aku boleh minta tolong?" aku bertanya.     

  Astro menoleh padaku dan hanya diam menungguku melanjutkan kalimatku.     

  "Tolong bilang opa kalau aku ga sengaja jatuh. Aku ga mau opa khawatir. Apalagi bikin opa tau kalau kejadian ini ada hubungannya sama Angel atau Donny."    

  "Kamu berencana bilang hal yang sama ke aku kalau aja aku ga liat kamu duluan tadi?"    

  "Aku berencana kasih tau kamu kalau semua prosesi lomba kamu udah selesai."    

  Lalu hening di antara kami. Astro masih menatapku dengan tatapan yang sama seperti saat dia menemukanku lebih dulu.    

  "Aku minta maaf kalau kamu ngerasa aku cuekin."    

  Astro menatapku dengan tatapan yang jauh lebih lembut setelah mendengar kalimatku, "Aku akan bilang ke opa kalau kamu jatuh, tapi aku akan tetep cerita kejadian sebenernya ke ayah sama ibu."    

  Kurasa aku tak memiliki pilihan lain. Aku hanya perlu membuat opa tetap tenang, maka aku menganggukkan kepalaku.    

  Astro menyalakan mobil dan memulai perjalanan kami, "Tangan kamu gimana?"    

  "Masih berasa nyeri. Kayaknya aku ga bisa ngerjain pesenan kalau tanganku begini."    

  "Mau ke dokter dulu sebelum pulang?"    

  "Ga perlu, kayaknya baik-baik aja. Kepalaku juga ga sakit lagi."    

  Astro menatapku sejenak sebelum kembali fokus pada rute yang kami lewati, "Kamu istirahat aja. Nanti aku bangunin."    

  Aku tak mengiyakan ataupun menolak, tapi kurasa aku tak akan bisa tidur kali ini. Aku menyalakan radio di channel P dan menatapi Astro dalam diam. Entah bagaimana, musik yang melantun dari radio membuatku merasa lebih baik.    

  "Aku ga ngerti kenapa ada orang yang impulsif kayak mereka." ujarku tiba-tiba setelah keheningan yang lama.    

  "Beberapa orang emang begitu. Kamu ga perlu terlalu mikirin."    

  "But they hurt each other (Tapi mereka bikin orang lain sakit). Bukannya kalau mereka disakitin mereka juga ga akan terima?"    

  "Dalam beberapa kejadian, emang ada orang yang ga tau gimana harus bersikap. Kamu anggep aja mereka salah satunya. Ga perlu terlalu dipikirin, orang-orang kayak gitu emang selalu ada."    

  Kurasa aku setuju dengannya. Andai saja aku tak memutuskan untuk bersekolah di tahun ajaran ini, aku tak akan pernah tahu bahwa orang-orang semacam itu memang ada.     

  Opa benar saat berkata aku perlu mengetahui dunia di luar pembelajaran homeschoolingku. Menghadapi orang-orang seperti mereka sepertinya memang membutuhkan sikap tertentu. Sepertinya dalam beberapa hal, entah kenapa aku merasa bersyukur karena aku mengetahuinya.    

  "Kalau ada kejadian apapun, kabarin aku secepetnya. Aku ga mau jadi orang yang terakhir tau."    

  "Baik, Tuan Astro." ujarku dengan sungguh-sungguh.    

  Melihat Astro marah adalah hal paling buruk yang terjadi hari ini. Rasa sakit di lengan atau kepalaku sepertinya tak bisa dibandingkan dengannya.    

  ***    

  "Bangun, aku di depan kamar kamu." aku mendengar Astro bicara dari sambungan telepon kami.    

  Aku baru saja selesai mandi dan baru akan berpakaian saat menerima telepon darinya. Mandi dengan tangan terluka seperti ini benar-benar merepotkan.    

  "Aku ga inget kalau kita mau ketemu hari ini." ujarku ang mengabaikan kalimat Astro sebelum ini.    

  "Cepet mandi, aku tunggu." ujarnya yang langsung mematikan teleponnya.    

  Aku masih memandangi handphone di tanganku dengan gamang. Dia bilang dia sedang berada di depan kamarku? Dia pasti sedang bercanda, bukan?    

  Terakhir kali dia datang ke depan kamarku adalah beberapa hari setelah kami berkenalan lima tahun lalu. Aku menegurnya dan dia tak pernah melakukannya lagi.     

  Aku membuka pintu kamarku untuk mengecek apakah Astro bersungguh-sungguh dengan kalimatnya. Aku baru membuka setengah pintu saat menemukannya sedang menyandarkan punggung di kusen pintu. Dia langsung menoleh dan wajahnya merona merah sekali.    

  Aku menutup pintu kamarku segera setelah aku melihatnya. Aku hanya memakai handuk sekarang. Dia pasti melihat tubuhku, bukan?     

  Sial ... seharusnya aku tak perlu mengecek apakah Astro benar-benar di sana atau tidak. Sekarang rasanya aku ingin sembunyi saja. Ini benar-benar memalukan.    

  "Aku tunggu di teras belakang." aku mendengar Astro bicara dari depan kamarku. Aku tak sanggup membalas kalimatnya karena aku terlalu malu.    

  Aku segera mencari celana panjang dan kemeja lengan pendek dari lemari karena merasa akan lebih mudah untuk memakainya. Lalu menyisir rambutku yang masih basah dan membiarkan handukku di bahu untuk membantu menyerap tetesan air.     

  Aku segera keluar kamar menuju teras belakang karena penasaran apa yang akan Astro lakukan di rumah ini. Andai saja dia tak datang, aku akan mengeringkan rambutku lebih dulu di kamar.    

  Aku mendapati Astro sedang duduk menyandar pada kursi panjang. Aku duduk di sebelahnya dalam diam. Sudah ada sepiring brownies dan seteko teh di atas meja yang mungkin disiapkan oleh oma.    

  "Ibu yang bikin brownies buat kamu." ujarnya.    

  "Thank you." ujarku sambil mengamit sepotong brownies dan menoleh ke arahnya.    

  Astro sedang memandangiku dengan wajahnya yang masih merona merah seperti saat aku menutup pintu kamarku, membuatku mengalihkan pandanganku dan sibuk mengunyah brownies di mulutku. Aku berharap aku tak melihat ekspresinya yang satu ini. Memalukan sekali.    

  "Lain kali pakai baju dulu sebelum keluar kamar. Kalau ada laki-laki yang liat gimana?"    

  Kalimat Astro membuatku tersedak. Memangnya dia pikir dia bukan laki-laki?    

  Astro menuang teh ke gelas dan menyodorkannya padaku. Aku menerimanya dan meneguknya perlahan hingga aku merasa tenang.    

  "Sini tangan kamu yang luka, aku bantu bersihin." ujarnya sambil mengamit tanganku yang masih sedikit basah karena terkena air saat mandi.    

  Astro membuka sebuah paper bag di sebelahnya. Mengeluarkan tisu kering, salep dan perban baru jenis simple island dressing. Perban jenis ini biasa dipakai untuk menutup luka bekas jahitan. Karena pada bagian tengah dressing mengandung selulosa yang mampu menyerap cairan yang mungkin akan merembes keluar.    

  "Perbannya belum diganti kan?" Astro bertanya.     

  Aku mengangguk. Aku ingat semalam sesampainya di rumah, Astro memberiku kuliah singkat tentang bagaimana merawat luka jahitan. Dia berkata perbannya baru bisa diganti setelah 24 jam.    

  Astro beranjak ke dapur untuk mengambil sebaskom air dan sabun antiseptik. Dia membuka perban di tanganku dengan hati-hati, membantu membasahi tanganku dan mengusap luka dengan sabun antiseptik, lalu membersihkannya dengan air. Dia mengeringkan lenganku menggunakan tisu kering, lalu mengoleskan salep dan membiarkannya sesaat sebelum membantuku memasang perban yang baru.    

  Aku memperhatikan Astro melakukan semua itu dengan wajah yang masih merona merah. Walau tindakannya sama sekali tak menunjukkan bahwa dia sedang memikirkan sesuatu yang tak pantas. Namun wajahnya yang merah itu menjadi bukti yang cukup bahwa dia masih mengingatku hanya memakai handuk beberapa saat lalu. Aku merasa perutku menggeliat aneh sekali jika memikirnya seperti ini.    

  "Kamu ke sini cuma mau bantu aku ganti perban?" aku bertanya seolah aku tak tahu apa yang sedang dia pikirkan.    

  Astro menatapku lekat, "Aku kangen."    

  =======    

  Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..    

  Kalian bisa add akun FB ku : iamno    

  Atau follow akun IG @nouveliezte    

  Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..    

  Btw, kalian bisa panggil aku -nou-


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.