Plang
Plang
Aplikasi itu memberikan semua informasi tentang acara hari ini. Mulai dari peta lokasi berbagai booth, pameran futuristik, hingga berbagai lokasi berbagai kategori lomba diadakan. Lengkap dengan jadwal setiap acara. Aplikasi yang bagus sekali menurutku.
Kami sampai di booth sekolah kami untuk mengambil bendera kecil dengan logo sekolah. Ada beberapa aksesoris yang juga dijual di sana. Topi dengan desain khusus, kaos dengan sablon khusus, notebook dengan bahan kertas daur ulang yang dibuat khusus, semuanya dengan logo sekolah kami.
Karena jadwal semua kategori lomba masih sekitar lima belas menit lagi, maka kami berkeliling melihat apa saja yang disajikan di sini. Ada banyak desain robot dari yang berbentuk lucu, aneh, sampai yang terlihat menyeramkan dengan berbagai ukuran. Kami mengambil banyak sekali foto dengan robot-robot itu.
Lomba robotik ini adalah lomba khusus untuk SMA sederajat. Kategori lomba kali ini adalah applicative robot dengan beberapa modifikasi yang berarti akan ada banyak aspek yang dinilai untuk menentukan pemenangnya.
Ruangan yang padat tak menjadi penghalang bagi pengunjung yang sepertinya semakin siang semakin bertambah. Karena lomba kali ini dibuka untuk umum, maka ada banyak orang berbagai usia dengan berbagai gaya pakaian yang mereka kenakan. Bahkan kami sempat melihat beberapa orang datang dengan kostum tokoh anime yang aku tak tahu apa saja karena aku bukan penggemar anime, tapi aku cukup yakin Astro akan tahu jika dia melihatnya.
"Wah gila ini sih. Rame banget!" ujar Donna.
"Bakal lebih rame nanti. Jangan ada yang misah ya, nanti pusing nyari kalian kalau mau pulang." ujar Zen.
"Eh itu bukannya robot sekolah kita?" Toro menunjuk sebuah tempat yang dikelilingi banyak orang. Aku tak dapat melihat jelas dari tempatku berdiri.
"Ke sana yuk. Udah rame banget tuh." ujar Tasya.
Kami menghampiri booth tempat robot sekolah kami dipajang sebelum diuji saat penilaian nanti. Ada Astro dan teman-temannya, juga pembimbing mereka. Ternyata ada beberapa murid dari sekolah kami yang berbeda kelas denganku berkeliling di sekitarnya.
Astro tersenyum lebar saat melihatku datang. Harus kuakui suasana hatinya terlihat bagus sekali. Aku membalas senyumannya, karena aku tahu dia tak mungkin menghampiriku sekarang.
Aku mengalihkan pandanganku pada robot yang diletakkan di tengah booth. Dengan tinggi sekitar 45 sentimeter, berbentuk mirip dengan Gatot Kaca versi lego. Aku benar-benar tak tahu harus mengatakan apa saat melihatnya. Robot itu terlihat bagus sekali untukku. Walau tentu saja saat penilaian lomba nanti yang diberi nilai bukan hanya tentang tampilan robotnya, tapi juga mencakup semua fungsi robot itu sendiri. Aku bangga karena tahu ada peran Astro di sana.
Aku menatap Astro dan bicara dengan suara pelan, "I'm proud of you (Aku bangga sama kamu), robotnya bagus."
Aku tak tahu apakah Astro dapat mendengarku, tapi aku cukup yakin Astro bisa membacanya dari gerak bibirku. Astro tersenyum semakin lebar setelah aku mengatakannya
"Thank you." ujarnya tanpa suara.
Ada pengumuman agar semua pengunjung berpindah ke area penonton yang sudah disediakan agar semua robot bisa leluasa dipindahkan ke tempat pengujian untuk diambil nilainya. Kami semua mengikuti arahan yang disarankan dan segera berpindah tempat ke area penonton yang ditunjuk.
"Aku mau ke toilet dulu sebentar. Ada yang mau ikut?" Tasya bertanya.
"Aku ikut." ujarku.
"Nanti langsung ke area ya. Kita ketemu di sana." ujar Zen.
Tasya mengangguk lalu kami berlalu. Dengan aplikasi yang berada di handphone kami, kami tak perlu khawatir saat akan mencari di mana tempat area penonton berada.
"Ayo, Za. Aku ga mau ketinggalan liat apa aja yang bisa dilakuin robot kita. Keren banget ga sih, pakai desain Gatot Kaca loh? Kok kamu ga pernah bilang sih kalau desainnya Gatot Kaca?" ujar Tasya dengan bersemangat.
"Aku juga ga tau kalau desain robotnya Gatot Kaca." ujarku yang masih mengingat dengan jelas desain robot itu di mataku.
"No way (Ga mungkin). Emang kamu ga pernah nanya ke Astro?"
Aku hanya menggelengkan kepalaku. Aku tak pernah bertanya tentang apapun yang Astro lakukan karena aku percaya Astro akan melakukan yang terbaik. Sepertinya aku bisa mengerti saat Astro membiarkanku melakukan apapun dengan desain kelasku bulan agustus lalu.
Aku mengikuti langkah kaki Tasya yang bergerak cepat. Kami mencari toilet yang paling dekat dengan kami melalui aplikasi. Karena pengunjung yang lain sedang menuju ke arah arena pengujian yang berlawanan arah dengan kami, di sini terasa lenggang sekali.
Kami dihadang oleh seorang petugas perempuan saat akan memasuki toilet, "Maaf Mbak, toiletnya yang ini ga bisa dipakai dulu. Lagi ada perbaikan soalnya tadi ada anak-anak masukin boneka ke lubang toilet. Mbak bisa pakai toilet yang di sebelah barat ya."
"Sebentar aja kok. Toiletnya ga cuma satu kan di dalem?" ujar Tasya.
"Ada dua lagi sih, tapi lantainya kotor mbak. Mbak ke toilet sebelah barat aja ya."
Tasya menatapku untuk meminta pendapat. Jika kami ke toilet di sayap barat mungkin kami akan melewatkan aksi robot sekolah kami.
"Ga pa-pa kotor sedikit, sebentar aja kok." ujarku.
"Ya udah kalau Mbaknya mau, tapi nanti ditutup lagi ya pintunya sama plang ini. Biar ga ada pengunjung lain yang masuk. Harusnya toilet ini ga bisa dipakai dulu." ujarnya sambil menunjuk plang dari besi yang bertuliskan 'Sedang Dalam Perbaikan'.
Kami mengangguk dan segera masuk. Ada tiga kubikal toilet di dalam sini. Satu yang di tengah mungkin adalah yang dimaksud rusak oleh petugas tadi karena ada plang bertuliskan "rusak" di pintu toiletnya. Area toilet ini becek dan kotor karena sepertinya memang sengaja akan dibersihkan nanti saat toilet kubikal tengah selesai diperbaiki, tapi kami masih bisa memakai toilet yang lain yang cukup bersih.
Aku dan Tasya keluar bersamaan. Kami sama-sama tahu bahwa kami harus bergegas ke area penonton jika kami tak ingin tertinggal momen penting. Kami keluar dari toilet dengan hati-hati dan menutup pintunya dengan plang besi yang dimaksudkan petugas tadi.
Kami baru saja akan mengambil langkah cepat saat melihat Angel mendekat dari ujung lorong menuju toilet, bersama dengan seorang laki-laki. Laki-laki yang kukenali sebagai anak Abidzar Pranoto. Aku ingat wajahnya saat dia berbincang dengan Astro di belakang mobil di parkiran resort.
"Toiletnya rusak. Kamu bisa pake toilet yang di sayap barat." ujarku pada Angel. Aku berniat memberitahunya karena mengingat ucapan Astro di sawah beberapa hari lalu. Astro berkata Angel berjanji tak akan membuat ulah padaku lagi.
"Ga usah sok baik kamu. Gara-gara kamu aku jadi dikeluarin dari tim." ujar Angel yang menanggapiku dengan ketus. Tatapan mata bencinya padaku terlihat jelas sekali.
"Ooh ini pacarnya Astro? Kenalin, aku Donny Pranoto. Pacarnya Angel." ujar Donny dengan senyum yang entah kenapa aku tak suka saat melihatnya. Dia menyodorkan tangannya padaku untuk meminta berkenalan.
"Sorry, tapi aku bukan pacar Astro." ujarku yang menolak uluran tangannya.
Faktanya aku dan Astro memang tidak pernah menjalin hubungan yang bisa disebut pacar. Jadi aku mengatakan yang sejujurnya.
"Kita duluan ya." ujarku sambil mengamit tangan Tasya.
Donny menarik lenganku saat kami lewat. Membuatku melepas tangan Tasya karena aku tak ingin Tasya ikut tertarik juga.
"Heei!!" teriak Tasya dengan tatapan tajam pada Donny.
"Kalau emang bukan pacar Astro, jangan sombong kamu." ujar Donny padaku. Tangannya menggenggam lenganku kencang sekali.
Aku menyentakkan lenganku agar lepas dari genggamannya. Lenganku memang terlepas, tapi Donny mendorong bahuku ke belakang. Aku merasakan sesuatu menyayat lengan kiriku dan ada banyak darah merembes keluar dari kemeja yang kupakai. Kemejaku terbelah sekitar sepuluh senti. Aku menoleh dan mendapati ujung plang yang tajam di depan pintu toilet, ada bekas darah di sana.
Tasya berteriak panik dan menghampiriku, "Faza ..."
Tasya membantuku memegang lenganku yang berdarah banyak, sepertinya terluka cukup dalam. Terasa perih dan nyeri sekali.
Donny maju beberapa langkah ke arah kami dan menjambak rambutku, "Jaga sikap kamu lain kali."
Sepertinya kepalaku terbentur dengan keras dan yang kuingat terakhir kali adalah teriakan Tasya memanggil namaku.
=======
Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Btw, kalian bisa panggil aku -nou-