Vitamin
Vitamin
Astro : Aku ga sekolah hari ini. Semalem ada yang bikin ribut di resort. Kamu dianter pak Said dulu ya. Kalau urusanku selesai aku jemput
Aku : Ada apa? Kok mendadak?
Astro : Ga pa-pa kok, ga usah khawatirin aku. Kamu harus fokus belajar. Jangan lupa minum vitamin
Bagaimana mungkin aku tak khawatir? Tiba-tiba aku mengingat saat Ray memberi kartu nama Abidzar Pranoto pada Astro dan berkata bahwa orang itu bisa saja membuat suatu hal yang buruk terjadi.
Aku ingin sekali bertanya, tapi aku pasti akan mengganggu. Kurasa aku akan menunggu Astro mengabariku lebih dulu.
Aku mengetik pesan untuk pak Said untuk mengantarku ke sekolah. Untunglah pak Said sudah bangun dan membalas pesanku dengan cepat. Dia berkata akan sampai di rumah sebelum waktunya aku berangkat sekolah.
Aku bergegas mandi, membereskan buku dan menyelesaikan semua tugasku, lalu sarapan bersama opa dan oma. Juga meminum vitamin yang Astro berikan padaku kemarin karena aku tak boleh kelelahan di saat seperti ini.
Opa sempat bertanya kenapa bukan Astro yang menjemput saat melihat pak Said tiba. Aku hanya berkata Astro ada urusan mendadak. Aku tak tahu apakah aku diperbolehkan menceritakan keributan di resort pada opa atau tidak.
Opa terlihat khawatir, tapi membiarkanku pergi ke sekolah. Aku membawa serta paket untuk pelangganku agar pak Said bisa mengantar paket ke ekspedisi setelah mengantarku.
Pikiranku melayang membayangkan apanyang terjadi dengan Astro dan resortnya. Jika hanya sebuah keributan, bukankah ada pihak keamanan yang sudah bergerak lebih dulu? Terlebih ada Ray yang seharusnya bisa menanganinya, bukan?
Aku bertemu Siska di tangga saat kami baru saja akan menaiki tangga. Aku memberinya senyum singkat hanya untuk sopan santun.
"Kamu sendiri?" Siska bertanya.
Aku menggumam mengiyakan, "Astro ada urusan."
Siska sepertinya mengerti dan tak bertanya lebih lanjut. Hingga kami naik ke lantai tiga dalam diam.
Aku segera duduk di mejaku dan mengecek handphone. Aku berharap ada pesan dari Astro, tapi tak ada satupun pesan darinya. Aku khawatir sekali.
Aku mengecek mesin peramban dan mengetik nama Abidzar Pranoto. Ada banyak informasi yang kudapatkan, tapi sepertinya semuanya terlihat baik-baik saja.
Apakah dia memiliki pihak dibalik layar untuk menutupi apapun perbuatan buruk yang dia lakukan? Astro tak mungkin berbohong saat berkata padaku bahwa Abidzar Pranoto menjalankan bisnis dengan cara yang buruk, bukan?
"Kamu ga bareng Astro?" aku mendengar Zen bicara saat dia akan duduk di mejanya.
Aku hanya menggeleng sesaat sebelum kembali fokus pada berita di mesin perambanku.
"Aku bisa anter kamu pulang kalau kamu mau."
"Ga perlu, Zen. Astro bilang mau jemput kalau urusannya selesai."
Zen terlihat terganggu dengan kalimatku, tapi dia hanya diam dan mulai berkutat dengan handphonenya.
Aah aku baru mengingat sesuatu....
"Aku denger kamu cerita ke opa soal kejadian aku dibully. Tolong jangan kasih tau opa hal-hal begitu, Zen. Opa punya kondisi yang harus dijaga tetep tenang kalau ga mau penyakit opa kambuh."
"Opa kamu sakit?"
Aku hanya mengangguk dan menatapnya lekat.
"Sorry, aku ga tau. Aku liatnya opa kamu sehat-sehat aja."
"Ga pa-pa, kamu udah tau sekarang. Aku minta tolong ya, jangan cerita apapun yang sensitif."
Zen mengangguk sesaat, "Sorry, Za."
"Ga pa-pa. Mm ... opa minta kamu ke rumah lagi buat nemenin main catur. Kalau kamu ga keberatan."
Aku mengingat opa mengatakannya kemarin. Walau Astro juga bisa menemani opa bermain, tapi karena opa tak membatalkan ucapannya, maka aku akan menyampaikannya pada Zen.
"Nanti aku main lagi."
Aku hanya mengangguk.
Zen terlihat berpikir sesaat, "Aku pikir kamu bakal marah sama aku soal yang kemarin. Aku sengaja bilang gitu pas liat Astro jalan ke sini."
"Aku udah bilang ke kamu kalau aku ga bisa nerima kamu, Zen. Semoga kamu ngerti."
"Aku tetep akan ada kalau kamu butuh. Aku ga akan maksa kamu. Friendzone ga jelek-jelek amat kok." ujarnya dengan senyum di bibirnya.
Entah apa yang dia pikirkan, aku sama sekali tak mengerti. Namun kurasa aku akan membiarkannya saja. Lagi pula Zen sudah tahu bahwa aku tak bisa menerimanya.
***
Astro : Kamu dijemput pak Said ya. Sorry, aku ga bisa jemput kamu dulu. Masih ada yang harus aku kerjain
Aku menemukan pesan itu di jam pelajaran terakhirku.
Aku : Ga pa-pa. Hati-hati ya. Nanti kabarin aku
Aku tahu pesanku dibaca, tapi Astro tak membalasnya. Kurasa aku harus mengirim pesan untuk pak Said agar menjemputku.
Sepanjang jam terakhir itu kepalaku dipenuhi berbagai asumsi. Entah bagaimana, tapi hari ini rasanya aku seperti kelebihan energi. Mungkin ini adalah efek vitamin yang Astro beri padaku kemarin.
Aku berpikir dengan cepat dan refleks tubuhku terasa lebih baik. Aku makan dengan lahap di kantin saat jam istirahat kedua, padahal aku sedang memiliki kekhawatiran di hatiku karena Astro belum juga memberi kabar. Biasanya aku akan malas makan jika aku sedang memiliki sesuatu yang sedang kupikirkan. Donna bahkan sempat bertanya apakah aku sedang mengalami growth spurt?
Pak Said menjemputku tepat waktu dan mengantarku pulang. Pak Said memberi sederet bukti resi pengiriman saat kami sampai rumah untuk kuberikan pada pelangganku agar mereka bisa leluasa mengecek keberadaan paket mereka.
Aku melanjutkan aktivitasku seperti biasa. Dengan sesekali mengecek handphone berharap ada pesan dari Astro, tapi masih tak ada satupun.
Aku merasa mengantuk sekali hingga melirik ke jam dinding, pukul 23.08. Aku mengingat ucapan Astro bahwa dia terbiasa tidur jam sebelas dan akan terbangun jam dua belas. Aku penasaran, apakah aku juga akan seperti itu?
Aku mematikan lampu kamarku dan bersiap untuk tidur saat handphoneku menyala. Akhirnya ada pesan dari Astro di sana.
Astro : Kamu udah tidur?
Aku : Belum, gimana resortnya?
Astro : Besok aja aku cerita. Besok aku jemput ya. Sekarang udah malem, kamu harus istirahat
Aku : Ga bisa sekarang? Aku masih bisa nemenin kamu sebentar
Astro : Besok aja
Aku : Okay
Astro : Aku kangen
Jantungku terasa berdetak lebih kencang sekarang. Haruskah aku membalasnya? Apa yang harus kukatakan padanya?
Aku masih mengingat kalimat bodohku kemarin dan tiba-tiba saja aku merasa malu padahal tak ada seorang pun di kamar ini selain aku.
=======
Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Btw, kalian bisa panggil aku -nou-