Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Empat tahun



Empat tahun

  Astro menolak menceritakan apa yang terjadi pada resortnya saat kami berangkat ataupun saat di sekolah, tapi membawaku ke tebing saat kami pulang. Tebing yang sama saat aku berkata akan bersedia menunggunya sekitar sebulan yang lalu.    

  Aku menatap jauh ke ujung pandanganku sambil meraba rumput hijau di sebelah tempatku duduk. Ada sepotong coklat di mulutku yang menemaniku menunggu. Sepanjang hari ini Astro memang menjadi lebih pendiam. Kurasa akan lebih baik jika aku menunggunya bicara.    

  "Semalem ada delapan orang, empat pasangan abis mabuk minta masuk resort, tapi ga ada surat nikah. Staf bilang mereka marah dan maksa dikasih kunci kamar. Trus mereka ngerusak ruang reservasi sampai hancur. Sialnya, ada dua staf reservasi luka kena lemparan barang." Astro akhirnya membuka suara.    

  Aku menoleh untuk menatapnya, ada kelelahan di matanya. Aku menggeser dudukku dan menghadap ke arahnya untuk mendengarnya bicara dengan lebih baik.    

  "Aku ga bisa buka identitas kalau resort itu punyaku. Jadi aku dibantu banyak sama om Ganesh kemarin. Nanti aku kenalin om Ganesh ke kamu kalau udah waktunya." Astro melanjutkan penjelasannya.    

  "Gimana keadaan staf kamu sekarang?" aku bertanya. Aku bisa membayangkan bagaimana Astro merasa bersalah karena hal itu.     

  "Mereka langsung dibawa ke rumah sakit. Udah diobatin, udah boleh pulang juga soalnya lukanya ga butuh perawatan intensif, tapi mereka tetep butuh rawat jalan buat cek gimana perkembangan lukanya nanti."    

  "Orang-orang itu kamu laporin kan?"    

  Astro mengangguk, "Om Ganesh juga bantu itu. Om Ganesh ayahnya Ray. Dia punya jabatan letjen (letnan jenderal) di TNI dan emang biasa handle kejadian begini di keluarga."    

  "Berarti kakek Arya tau kejadian itu?"    

  "Kakek tau, kakek yang minta om Ganesh turun tangan. Kemarin ayah sama ibu juga lagi di luar kota, jadi ga bisa bantu banyak."    

  "Mm ... kemarin opa nanya kenapa kamu ga jemput. Aku ga yakin aku bisa ceritain ke opa soal resort kamu, jadi aku cuma bilang kalau kamu ada urusan."    

  "Opa udah tau kok semalem sebelum aku chat kamu."    

  Aku mengangguk sesaat karena kurasa opa memang harus mengetahui hal-hal seperti itu, "Sekarang gimana?"    

  "Ruang reservasinya langsung dibenerin kemarin, tapi proses hukum sama orang-orang itu masih jalan. Kayaknya aku bakal banyak ngerepotin om Ganesh nanti. Om Ganesh punya firasat ini ada hubungannya sama Abidzar, tapi kita butuh bukti. Aku ga tau bakal butuh berapa lama buat kita bisa sampai ke sana."    

  "Ada yang bisa aku bantu?"    

  Sebetulnya aku tak begitu yakin aku akan banyak membantu. Aku hanya bertanya untuk membuat Astro memilikiku jika dia membutuhkan apapun.    

  "Aku cuma butuh kamu aman, Faza. Kamu ga perlu ngerjain apa-apa." ujarnya sambil menatapku lekat.     

  "Bukannya bosen kalau ga ngapa-ngapain? Opa aja bosen karena ga ada yang nemenin main catur." ujarku yang sengaja menggodanya.    

  "Nanti aku temenin opa main catur lagi." ujarnya sambil tersenyum.    

  "Tapi kamu harus gantian bikin jadwal sama Zen kalau mau nemenin opa main."    

  Ada kekecewaan di matanya yang lelah saat aku mengatakan hal itu, tapi Astro tak mengatakan apapun. Kurasa dia cukup tahu diri bahwa Zen lah yang pertama kali mengajak opa bermain catur.    

  "Kamu tetep ikut lomba sabtu nanti, kan? Anak-anak kelasku mau dateng." ujarku yang berusaha mengubah topik pembicaraan kami.     

  Astro mengangguk, "Kerja dua bulan ga boleh sia-sia cuma karena aku ga dateng."    

  Aku tersenyum mendengarnya. Rasanya aku ingin membiarkan Astro meletakkan kepalanya di bahuku seperti saat di teras belakang beberapa waktu lalu, tapi hal itu mungkin akan lebih mengganggunya. Aku tahu, saat dia bersentuhan denganku adalah saat aku akan membuatnya kesulitan.    

  "Kamu bisa cerita apa aja ke aku. Aku mungkin ga bisa kasih solusi, tapi mungkin aku bisa bikin kamu ngerasa lebih baik karena kamu bisa ngeluarin apa yang ada di kepala kamu." ujarku.    

  Entah bagaimana, aku merasa terkadang Astro terlalu menahan diri. Aku tahu dia laki-laki dan dia akan menjadi laki-laki yang sangat bisa diandalkan karena bisa menyelesaikan masalahnya tanpa bantuanku, tapi aku tak akan keberatan walau dia membagi sedikit perasaannya padaku.    

  "Kamu selalu bikin aku ngerasa lebih baik, Nona. Kamu ga perlu khawatir soal itu."    

  Aku tak memiliki kalimat lain yang bisa kukatakan. Aku hanya menatapnya yang menatapku kembali. Sepertinya aku tak pernah merasa bosan saat menatapnya. Tatapan matanya membuatku merasa sedang berada di rumah.    

  "Abis lomba robotik selesai nanti, aku bakal sibuk sama hal lain. Mungkin sebulan sekali atau dua bulan sekali aku harus pergi. Kalau kamu butuh dianter kemana pun, minta tolong sama pak Said ya."    

  "Kamu mau ke mana?"    

  "Kamu belum boleh tau."    

  Sepertinya aku sudah terbiasa dengan kalimat ini. Aku tak lagi merasa terganggu atau penasaran dengannya. Aku akan menunggu saat dia yang memberitahuku seperti janjinya dulu. Dia sudah berjanji dia lah yang akan memberitahukan padaku semua hal tentangnya.    

  "Kapan aku boleh tau?" aku bertanya hanya untuk mempersiapkan diri.     

  "Kalau dari estimasi opa kamu mungkin empat tahun atau lebih, tapi aku usahain lebih cepet."    

  "Ada hubungannya sama opa?"    

  Astro hanya menganguk. Apa sebenarnya yang mereka rencanakan dengan rentang waktu selama itu? Empat tahun atau lebih dia bilang? Yang benar saja?    

  "I love you, Faza." Astro mengucapkannya begitu tiba-tiba. Aku tak tahu harus bersikap bagaimana, hingga aku hanya menatapnya dalam diam.     

  Beberapa waktu ini dia memang lebih terbuka saat menyampaikan rasa sukanya padaku. Dia aering membuatku tiba-tiba merasa canggung seperti ini karena aku sama sekali tak menyangka dia akan mengatakan hal semacam itu.    

  "Tunggu aku sebentar ya. Beberapa tahun aja, ga lama kok. Aku akan usahain lebih cepet. Kita bisa manfaatin waktunya buat bikin kita jadi lebih dewasa." ujarnya.     

  Aku hanya mampu mengangguk dan kami saling bertatapan lama sekali. Kami berkutat dengan pikiran kami masing-masing, hingga akhirnya Astro mengantarku pulang saat bayangan pohon di sekitar kami mulai memanjang ke arah timur.    

  =======    

  Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..    

  Kalian bisa add akun FB ku : iamno    

  Atau follow akun IG @nouveliezte    

  Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..    

  Btw, kalian bisa panggil aku -nou-


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.