Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Catur



Catur

  Kejadian saat istirahat pertama berjam-jam yang lalu masih membuatku merasa bodoh dengan diriku sendiri. Setelah mendengar Astro berkata bahwa dia lega aku menolak Zen, kurasa aku tak mengingat apapun lagi setelahnya. Aku bahkan tak mencatat materi apapun hari ini, hingga aku meminjam catatan Tasya saat pulang. Sepertinya isi kepalaku kacau sekali sekarang.    

  Aku mengikuti Astro turun ke parkiran dan masuk mobil tanpa mengatakan apapun. Aku masih berusaha menghilangkan denyutan di kepalaku yang sejak tadi terasa mengganggu. Aku mencoba memejamkan mataku walau kurasa aku tak akan bisa tidur kali ini.     

  "Faza." Astro memanggilku.     

  Aku menoleh padanya dan mendapatinya sedang memeluk tangannya di kemudi dan menyandarkan pelipisnya. Lalu aku mengedarkan pandangan ke sekitarku, ternyata kami masih di area parkiran sekolah. Sudah berapa lama dia memandangiku seperti itu?    

  "Kenapa kita belum pulang?" aku bertanya.    

  "Karena kamu bengong aja dari tadi."    

  Aah kurasa aku baru menyadari aku masih berkutat dengan pikiranku sendiri hingga aku mengabaikannya....    

  "Sorry, kayaknya aku kecapekan. Aku ga bisa konsentrasi hari ini." ujarku sambil menutup wajah dengan tanganku sesaat sebelum membukanya kembali. Sepertinya aku perlu liburan.    

  "Aku anter kamu pulang ya." ujarnya sambil menyalakan mobil dan kami mulai berkendara.    

  "Astro ..."    

  "Kenapa?"    

  Aku hanya menatapnya dalam diam. Aku ingin bertanya apakah aku boleh meminjam tangannya sebentar. Sepertinya akan terasa nyaman memegang tangannya saat pikiranku sedang kacau, tapi aku membatalkannya.     

  Aku tahu dia hanya menggenggam tanganku di makam untuk memberiku sedikit kekuatan setelah bertemu dengan keluargaku. Aku menghargainya dan kurasa aku tak ingin membuatnya berpikir bahwa aku mulai melewati batasan kami.    

  "Kamu masih kepikiran omongan Zen?" Astro bertanya.     

  Aku memang memikirkannya, tapi kurasa bukan itu yang membuatku tak bisa berkonsentrasi hari ini.    

  "Atau kamu lagi 'dapet'?"    

  "Kok kamu tau?" aku bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. Hari ini memang hari pertamaku menstruasi.     

  "Kamu emang suka aneh kalau lagi 'dapet'. Kalau ga cerewet ya tiba-tiba diem." ujarku dengan senyum menggodanya yang biasa, seolah membahas jadwal menstruasiku adalah hal biasa.    

  Aku merasa malas membahas topik ini bersamanya. Topik menstruasi bukanlah pilihan topik yang akan kubahas bersama laki-laki, maka aku mengalihkan pandanganku keluar jendela.    

  Astro menghentikan mobilnya beberapa saat kemudian, "Tunggu di sini. Aku beli vitamin dulu buat kamu."    

  Sepertinya tak sampai lima menit kemudian, dia kembali dan menyodorkan sebuah paper bag padaku sebelum kembali melanjutkan perjalanan kami. Entah sejak kapan aku membiarkan Astro membelikan apapun yang dia ingin berikan padaku. Karena menolaknya hanya akan membuat perdebatan dengan akhir aku tetap harus menerima apapun pemberiannya.    

  Aku membuka paper bag yang terasa berat, sebotol vitamin seharusnya tak terasa seberat ini. Aku menemukan tujuh bar coklat almond yang sangat kusukai dan dua botol vitamin di dalamnya. Kurasa aku tak dapat menyembunyikan senyum dari bibirku.    

  Baru beberapa bulan yang lalu aku berpikir betapa Astro akan memperlakukan perempuan yang disukainya lebih baik dari perlakuannya padaku. Coba lihat apa yang dia lakukan sekarang.    

  "Thank you." ujarku sambil menatapnya lekat.    

  Astro tak mengatakan apapun, tapi senyumnya sudah cukup untuk memberiku jawaban. Kurasa suasana hatiku membaik hanya dengan melihatnya memperlakukanku dengan begitu manis.    

  Aku membuka satu bar coklat, memotong satu untuk kumakan dan menyodorkan sisanya pada Astro. Astro memotong satu dan memakannya.    

  "Kamu mau ngapain aja hari ini?" Astro bertanya.     

  "Ngerjain pesenan craft sore ini. Nanti malem mau cek laporan cabang. Kalau udah selesai baru ngerjain tugas dari pak Niko."    

  "Kamu harus cepet cari asisten, Faza."    

  "Aku lagi mikir mau nyari di mana. Cari orang yang mau dan bisa bikin craft ga gampang, kamu tau?"    

  Astro tak menanggapi ucapanku, entah sedang berpikir apa. Kami memasuki halaman rumah saat oma dan opa baru saja keluar dari mobil. Kami segera menghampiri dan mencium tangan keduanya.     

  "Opa abis cek up?" aku bertanya saat kami sampai di ruang tamu.     

  Opa hanya mengangguk dan mengajak kami duduk dengan sebuah isyarat. Entah kenapa opa terlihat lelah.    

  "Oma masuk dulu ya." ujar oma sambil berjalan pergi ke arah kamar.    

  "Opa sehat?" Astro bertanya.    

  "Opa sehat kok. Opa hanya bosan. Lain kali Mafaza minta Zen main ke sini lagi ya, temani Opa main catur." ujar Opa.     

  Aku dan Astro saling bertatapan sesaat. Sepertinya pembicaraan tentang Zen sudah tak mengganggunya lagi.    

  "Nanti Faza bilangin ke Zen ya, Opa. Mm ... Faza ganti baju dulu ya sebentar." ujarku.     

  Aku segera pergi sesaat setelah opa mengangguk. Aku akan membiarkan Astro menemani opa berbincang karena sepertinya Astro membutuhkannya.    

  Aku masuk ke kamar mandi untuk mengganti pembalut, karena hari pertama menstuasiku biasanya lebih banyak. Aku juga mencuci wajah dan berganti pakaian. Aku mengamit celana panjang dan kaos lengan panjang yang mana saja yang terlihat olehku, lalu merapikan kepangan rambutku sebelum keluar kamar.    

  Aku berjalan kembali ke ruang tamu, tapi tak menemukan siapapun. Biasanya Astro akan pamit padaku sebelum pulang, maka aku mengintip keberadaan mobilnya di halaman dari jendela. Mobilnya masih berada di sana. Aku mencoba mencarinya di dapur, tapi hanya ada oma yang sedang memotong beberapa kue buah dan memindahkannya ke sebuah piring.     

  "Bawa ke ruang baca ya. Opa sama Astro di sana." ujar oma sambil meletakkan piring berisi potongan kue buah di nampan, juga sebuah teko dan dua gelas di sisinya.    

  Aku menuruti permintaan oma. Aku mengetuk pintu ruang baca sebelum masuk dan meletakkan nampan di meja, tepat di sebelah catur Shogi yang kemarin kulihat di teras depan. Sepertinya opa baru saja membahas sesuatu yang penting sebelum aku datang, maka aku tak akan mengganggu.    

  "Faza ngerjain pesenan craft dulu ya, Opa." ujarku yang segera keluar setelah opa mengangguk.     

  Astro sempat bertatap mata denganku sebelum aku menutup pintu. Aku tahu dia akan mencariku jika pembicaraannya dengan opa selesai. Aku hanya berharap apapun yang mereka bicarakan bukanlah hal yang buruk.    

  =======    

  Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..    

  Kalian bisa add akun FB ku : iamno    

  Atau follow akun IG @nouveliezte    

  Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..    

  Btw, kalian bisa panggil aku -nou-


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.