Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Makam



Makam

  Aku masih memikirkan ucapan Zen yang tak mampu kubalas kemarin. Kurasa aku memutuskan akan merahasiakannya dari Astro. Aku tahu andai Astro mengetahuinya, Zen akan membuat dirinya berada dalam masalah.    

  "Mbak Faza ini laporan lengkap sembilan bulan kemarin. Ada lagi yang bisa saya bantu?" bu Retno bertanya padaku sambil menyodorkan sebuah flashdisk. Bu Retno adalah kepala toko yang dipercaya opa untuk mengurusi toko cabang di dekat pasar ikan.    

  Selama beberapa tahun ini, opa memperluas toko dari 11 cabang saat lima tahun lalu, menjadi 24 cabang. Sebuah pekerjaan yang berat untuk orang tua seusia opa, tapi opa beruntung karena menemukan orang-orang baik yang bisa dipercaya untuk membantu mengelola tokonya.     

  "Ini aja dulu, Bu. Nanti Faza cek laporannya di rumah. Kalau ada apa-apa kabarin Faza ya." ujarku sambil menerima flashdisk darinya.    

  "Nanti pasti saya kabarin. Gimana kabar opa, Mbak Faza?"    

  "Opa keliatan lebih sehat sejak pensiun. Mungkin nanti bakal main ke cabang, tapi ga kayak dulu. Sekali-kali aja."    

  "Semoga opa sehat terus ya. Mbak Faza hebat lho masih sekolah tapi udah bantu opa ngurusin toko. Duh kalo anak saya sih kerjaannya seharian main game online terus. Saya yang pusing."    

  "Astro juga sering main game online kok, Bu." ujarku sambil melirik Astro yang sedang duduk memainkan game dari handphonenya di sofa dekat kasir.    

  "Den Astro kan beda, pinter bisa bagi waktu. Anak saya nilainya jelek gara-gara kecanduan main game. Udah gitu kuota abis terus, jadi minta duit terus buat beli pulsa."    

  Entah kenapa aku justru berpikir bagaimana Astro membagi waktunya selama ini. Sejak opa pensiun, aku selalu tidur larut malam mengerjakan segala yang perlu dikerjakan sebelum beristirahat. Harus kuakui, mengerjakan berbagai pekerjaan memang melelahkan. Namun sejak Astro menjemput dan mengantarku ke mana saja menggunakan mobil, aku memang memiliki waktu untuk tidur saat aku merasa lelah.    

  Aku melirik jam di lenganku, pukul 15.37. Kurasa semua yang perlu kuperiksa sudah selesai. Aku juga sudah memegang laporan yang akan kupelajari di rumah. Sepertinya aku akan menyudahi kunjunganku ke toko sekarang.    

  "Mungkin nanti bisa kenalin anaknya Ibu ke Astro kapan-kapan kalau Faza ke sini. Dia bisa nanya Astro gimana caranya bagi waktu." ujarku.     

  "Mbak Faza kapan mau ke sini lagi?"    

  "Nanti Faza telpon dulu ke sini bareng Astro atau ga, dia agak sibuk juga soalnya. Faza pulang ya. Nanti kalau emang ada yang Faza butuh nanti Faza telpon Ibu."    

  Bu Retno mengangguk, "Hati-hati ya, Mbak."    

  Aku segera beranjak dan mendekati Astro untuk mengajaknya pulang. Datang ke dua cabang yang berbeda tempat mungkin membuatnya lelah.    

  Astro menyadari aku datang beberapa langkah sebelum aku smpi di sisinya. Dia langsung bangkit dari duduknya, sepertinya tahu bahwa aku sudah selesai dengan urusanku.    

  "Kamu capek ga kalau kita ke satu tempat lagi?" tiba-tiba saja aku bertanya saat kami sampai di mobil Astro yang terparkir di luar ruko.    

  "Mau ke cabang lain? Bukannya ga akan sempet?" Astro bertanya sambil membuka pintu mobil.    

  "Mm .. aku mau ke makam sebentar kalau kamu ga keberatan. Sekalian kita pulang." aku menjawab saat kami sudah duduk di kursi kami masing-masing.    

  Aku sudah lama merencanakan akan mengunjungi keluargaku di makam mereka, tapi belum menemukan waktu yang tepat karena aku sibuk sekali. Aku hanya merasa hari ini belum terlalu larut, masih akan sempat jika kami mengunjungi makam keluargaku sebentar.    

  "Okay." ujarnya sambil menatapku dengan tatapan sendu.     

  Dia segera menyalakan mobil saat kami dan mengarahkan rute ke lokasi makam. Aku menyalakan radio di channel favoritnya yang biasa untuk menemani perjalanan kami. Ini pertama kalinya hanya aku dan Astro berdua saja untuk mengunjungi makam keluargaku. Biasanya ada opa atau pak Said yang mengantar.    

  "Kamu bisa tidur kalau capek. Nanti aku bangunin." ujar Astro yang sepertinya mulai hafal kebiasaanku baru-baru ini yang selalu meminta izin padanya untuk tidur sebentar saat dia sedang mengemudi.    

  Aku menggelengkan kepalaku perlahan. Aku memang merasa lelah, tapi kurasa aku tak akan bisa tidur kali ini. Kepalaku terlalu penuh untuk beristirahat dengan tenang.    

  "Kamu setiap hari tidur jam berapa?" aku menanyakannya begitu saja, mengingat jam tidurku yang mulai sedikit.    

  "Jam tiga."    

  "Seriously?"     

  Astro menggumam mengiyakan, "Teknisnya sih biasanya jam sebelas aku tidur sebentar. Sekitar jam dua belas bangun, baru tidur lagi sekitar jam tiga."    

  "Ngapain aja kamu di jam itu?"    

  "Upload tutorial game baru di youtube, ngecek laporan email dari Ray. Kalau ada ide bikin game baru biasanya aku kerjain di jam itu dan ada beberapa hal lain yang kamu belum boleh tau."    

  "Ditambah semua kerjaan sekolah, kamu ga capek?" aku benar-benar penasaran dengannya yang selalu terlihat bugar setiap hari.     

  "Aku minum vitamin dan ngusahain makan tepat waktu. Nanti aku beliin vitamin yang sama buat kamu. Kamu udah keliatan capek banget."    

  Aku mengingat dengan jelas Astro memang selalu mengusahakan makan tepat waktu, tapi aku sama sekali tak tahu bahwa dia meminum vitamin untuk membantunya beraktivitas dengan baik.    

  "Kamu harus cari asisten buat bantu kamu ngerjain orderan, Faza. Kamu ga bisa bikin semua craft itu sendirian lagi. Kerjaan kamu makin banyak." ujarnya.    

  Aku tahu Astro benar. Bagaimana aku bisa menemukan asisten yang tepat untuk membantuku? Mengerjakan pesanan kerajinan tangan membutuhkan ketelitian dan minat belajar yang tinggi karena selalu ada desain baru setiap beberapa waktu.    

  "Mm ... nanti aku coba cari deh." ujarku untuk menanggapi idenya.    

  Kami sampai di makam beberapa saat setelah keheningan kami yang lama. Makam keluargaku berada cukup dalam, dekat dengan sebuah pohon beringin yang besar. Membuat kami harus berjalan kaki cukup lama sebelum sampai ke sana.    

  Aku melirik jam di lenganku, pukul 16.55. Masih ada cukup sinar matahari untuk menerangi langkah kaki kami menyusuri batu nisan. Entah kenapa selalu ada perasaan damai di dalam hatiku dalam setiap kunjunganku ke tempat ini. Mungkin karena aku merindukan keluargaku.    

  Aku duduk di sebuah dinding yang dibangun pendek, hanya sekian lapis batu bata. Opa meminta seseorang membuatnya bertahun lalu karena tahu aku akan berdiam diri lama menatapi makam keluargaku.     

  Astro membantuku membersihkan beberapa rumput liar dan daun jatuh yang membuat makam terlihat kusam. Sementara aku berdiam diri mengenang mereka di dalam kepalaku.    

  Hanya ada tiga makam di sini. Milik ayah, Fara dan Danar. Tubuh bunda masih tak dapat ditemukan hingga kami tak bisa menguburkannya. Walau begitu ada sebuah lahan yang dibiarkan kosong tepat di sebelah makam ayah, untuk bunda.    

  Kelebatan kejadian bersama keluargaku datang seperti baru kemarin terjadi. Aku sudah berjanji sejak bertahun lalu aku tak akan menangis lagi di sini. Aku hanya akan mengenang mereka dengan baik dan membuatku mengingat janjiku untuk hidup dengan baik. Aku tahu aku akan bertemu lagi dengan mereka suatu saat nanti, aku tak ingin membuat mereka kecewa padaku saat waktu itu tiba.    

  Aku bangkit berdiri saat melihat sekitarku semakin gelap. Kurasa sudah waktunya aku pulang. Aku akan ke sini lagi lain kali.    

  Astro mengamit tanganku sesaat sebelum kami menjauh dari makam keluargaku. Aku menatapnya dalam cahaya yang mulai remang-remang. Aku ingin bertanya, bukannya kami sedang menjaga batasan kami? Namun entah kenapa tak ada suara yang keluar.    

  "It's okay." ujarnya sambil menggenggam tanganku erat dan membawaku kembali ke mobil.     

  Tangannya terasa hangat dan nyaman. Kurasa aku akan memegangnya setiap hari jika sudah tiba waktunya bagi kami. Sekarang, aku hanya harus bersabar dan menahan diri.    

  =======    

  Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..    

  Kalian bisa add akun FB ku : iamno    

  Atau follow akun IG @nouveliezte    

  Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..    

  Btw, kalian bisa panggil aku -nou-


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.