Steak
Steak
"Enjoy your date (Selamat menikmati kencan kalian). Aku balik ke dapur ya." ujar Ray yang segera bangkit dan menghilang menuruni tangga diikuti pramusaji yang mengantar makanan kami. Mereka meninggalkanku dan Astro berdua dengan perasaan canggung di antara kami.
Aku maupun Astro tak ada yang menyentuh makanan kami. Kurasa aku tahu apa yang sedang dia pikirkan dan aku terlalu malu untuk sekadar menegurnya, maka aku memilih meminum jus jerukku dalam diam.
Handphone di sakuku bergetar. Aku mengambilnya dan menemukan pesan dari Zen.
Zen : Tadi aku ke rumah nganter jaket kamu yang ketinggalan, tapi kamu ga ada. Jadi aku titipin ke opa kamu
Astro mengambil handphone dari tanganku dan menaruhnya di sisinya yang jauh dari jangkauanku, "Makan dulu. Nanti keburu dingin."
Sebetulnya aku bersyukur karena dia yang mulai bicara. Aku hanya mengangguk dan mengikutinya memulai aktivitas makan kami. Kurasa aku akan membalas pasan Zen nanti saja.
"Boleh liat kartu nama yang tadi?" aku bertanya setelah menelan suapan pertamaku.
Astro menyodorkan kartu itu padaku. Tertulis nama "Abidzar Pranoto, PT Meubel Sejahtera". Jika aku tak salah menebak, dia adalah pemilik meubelnya walau tak tertulis apapun tentang kepemilikan di sana.
"Kamu kenal?" aku bertanya.
"Ayah pernah hampir kerja sama bareng dia, tapi ga jadi. Kalau dari cerita ayah, dia sering pakai transaksi gelap buat bisnisnya. Kamu tadi liat aku ngobrol di parkiran?"
Aku mengangguk sambil masih menguyah sepotong daging di dalam mulutku.
"Dia anaknya."
"Kamu kenal anaknya juga?"
"Kita dulu satu SMP. Dia selalu nganggep aku saingan karena dia pernah ditolak Angel. Angel bilang terang-terangan kalau dia sukanya aku."
"Jadi sebenernya kamu emang udah tau dari dulu kalau Angel suka kamu." ujarku yang membuat pernyataan, bukan bertanya.
Astro menggumam mengiyakan walau sesaat kemudian seperti sedang berpikir, "Kamu cemburu?"
"Ga." ujarku dengan jujur.
Astro terlihat kecewa. Dia memotong daging dengan kesal dan memasukkan potongan daging ke mulutnya tanpa minat. Ekspresinya lucu sekali bagiku.
"Sebentar ... kayaknya yang tadi ngobrol sama kamu lebih tua beberapa tahun." ujarku.
"Dia baru lulus pas bilang suka sama Angel. Angel sama aku baru masuk kelas tujuh. Tetep keitung kita satu SMP kan? Dia alumniku."
Aku menghentikan aktivitas makanku dan berusaha mencerna informasi yang baru saja kudapatkan. Ada apa dengan orang-orang ini?
"Kenapa?" Astro bertanya.
"Kalian tuh ga punya kerjaan lain ya? Aku udah ngerasa cukup dilema waktu sadar aku suka kamu sebulan lalu, tapi kalian begitu gampang bilang kalian suka sama orang lain di umur yang masih ..." aku menggantung kalimatku, sepertinya aku tak menemukan kata-kata yang cocok untuk menggambarkannya. "Aku ... ga ngerti."
"Kamu ga perlu ngerti." ujarnya yang tersenyum melihatku kebingungan. " Lanjutin makannya. Aku ga mau langgar janjiku ke opa. Kamu udah harus di rumah sebelum jam sepuluh."
Sepertinya aku kehilangan selera makanku. Aku hanya menatap ke bawah. Ke area resort yang terlihat nyaman untuk ditinggali. Aku sedang berpikir akan butuh berapa banyak uang bagi Abidzar Pranoto untuk membelinya.
"Faza." Astro memanggilku.
Aku menoleh dan menemukan sepotong daging di hadapanku. Kurasa Astro berniat menyuapiku karena aku tak juga melanjutkan aktivitas makanku. Aku mengambil garpu darinya dan menyuapi diriku sendiri, entah kenapa dia tersenyum melihatku melakukan itu.
Aku baru menyadari Astro memberiku potongan dagingnya yang terakhir saat aku melihat piringnya yang sudah kosong.
"Mau bantu aku ngabisin ini?" aku menawari Astro makananku karena aku merasa tak sanggup menghabiskannya. Akan sayang sekali jika makanan seenak ini terbuang begitu saja hanya karena aku terlalu malas untuk mengunyah.
Astro memindahkan piring kosongnya ke sisinya dan mengambil piringku. Dia memotong dagingnya dan menyodorkan padaku, "Aku suapin kamu sampai selesai. Kamu harus banyak makan, kamu tau?"
"Aku mau lanjut makan kalau kamu bantu aku abisin. Yang itu buat kamu." ujarku sambil menunjuk potongan daging di hadapanku.
Astro berpikir sesaat sebelum memasukkan potongan daging ke mulutnya dan mulai memotong daging lagi. Aku mengambilnya dengan garpu yang ada di tanganku dan memberinya senyumanku yang paling manis. Astro menggelengkan kepalanya sesaat, sepertinya dia tahu aku menolak untuk disuapi.
"Kamu ga ngerasa risih sama Angel selama ini?" aku bertanya hanya untuk memastikan. Dengan keterangannya bahwa dia tahu perasaan Angel padanya sejak lama, bukannya terlihat seperti sedang memberi harapan?
"Aku ga begitu mikirin dia. Karena aku punya orang lain yang aku pikirin." ujarnya sambil menatapku lekat. Sepertinya aku tahu apa maksudnya, tapi aku akan memilih diam saja. "Sekarang Angel ga bakal ganggu lagi kok."
"Kenapa?"
"Kamu ga tau dia pindah sekolah?"
Informasi ini baru bagiku. Mungkin aku terlalu sibuk mengerjakan hal lain sampai tak memperhatikan keberadaannya.
***
"Pulang jam berapa kamu semalem?" Zen bertanya padaku setelah bel istirahat pertama kami selesai berbunyi.
"Setengah sepuluh. Oh iya, makasih udah nganter jaketku."
Aku lupa membalas pesan Zen semalam karena aku harus segera mengerjakan pekerjaanku. Aku membuat pesanan kerajinan tangan dari pelangganku hingga larut untuk diantar ke ekspedisi oleh pak Said hari ini. Aku juga mengecek semua laporan harian dari cabang yang masuk ke emailku. Aku membuat rekap laporan dan baru istirahat jam setengah dua dini hari.
"Ngapain aja kamu baru pulang jam segitu?"
"Ngurusin beberapa hal sama Astro."
Kurasa aku tak perlu menjelaskannya dengan detail. Zen tak perlu mengetahui hal itu. Ada tanda tanya di tatapan Zen, tapi kurasa aku akan mengabaikannya.
"Kamu harus jaga diri kamu baik-baik."
"Aku tau. Makasih udah ngingetin."
"Aku suka kamu, Faza. Dari pertama kamu masuk kelas ini aku tau kamu beda. Aku masih nahan diri karena kamu deket sama Astro dan keliatannya opa kamu ga keberatan sama kalian, tapi kalau Astro ngelakuin hal yang bikin kamu sakit aku ga akan nahan diri lagi." Zen mengatakannya dengan penuh percaya diri.
Aku tahu dia memaksudkan setiap kata dalam kalimatnya dengan baik seperti biasa. Aku juga menyadari beberapa waktu ini, walaupun aku menjelaskan padanya tentang hubunganku dengan Astro, dia tak akan mudah menyerah.
=======
Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Btw, kalian bisa panggil aku -nou-