Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Vas



Vas

  Aku sedang mengerjakan dua lembar cerita pendek bertema sejarah sebagai tugas saat aku menyadari Zen menatapku. Aku menoleh padanya dan bertanya dengan suara pelan, "Kenapa?"    

  "Kalau kamu ga deket sama Astro, mungkin yang kemarin ga bakal ada." ujarnya pelan, tapi cukup jelas kudengar.     

  Sepertinya Zen sudah mendapat cerita itu entah dari siapa, aku tak akan repot-repot bertanya. Karena dengan menjadi ketua OSIS, dia bisa mendapatkan informasi itu dari siapa saja. Bahkan mungkin dari Beni yang kemarin menjadi salah satu saksi, yang juga adalah wakil ketuanya.    

  "Aku udah kenal Astro lima tahun." dan kami bahkan memiliki hubungan yang sudah direstui oleh kedua orang tuanya. Walaupun hubungan kami bukan hubungan antara kekasih yang biasa terjadi.    

  Zen menghela napas dan terlihat mengasihaniku, "Kamu harus hati-hati. Dia punya backing."    

  "Makasih udah ngingetin."    

  Aku tahu 'dia' yang dimaksud Zen adalah Angel. Aku kembali mengerjakan tugas yang seharusnya kuselesaikan. Walau aku juga tahu Zen masih melirik ke arahku beberapa kali, tapi aku sengaja mengabaikannya.    

  Bel istirahat pertama berbunyi. Kami mengumpulkan tugas kami sebelum guru kami beranjak keluar kelas dengan Tasya yang membantu membawa tugas kami ke ruang guru.    

  Aku mengecek handphoneku, tak ada pesan dari Astro. Mungkin dia tak akan mengajakku ke kantin kali ini. Kurasa aku akan berdiam diri di kelas saja dan menghabiskan waktu dengan deretan list musik di handphone.    

  "Kamu berangkat bareng mobil Astro hari ini?" Donna yang duduk tepat di depanku bertanya.    

  Aku hanya menggumam mengiyakan sambil melepas sebelah earphone dari telingaku.    

  "Aku ... denger gosip tentang kamu di ruang guru tadi pagi. Yang kemarin kamu ..."    

  "Ssst ..." Zen menyela sebelum Donna menyelesaikan kalimatnya. "Jangan bikin beritanya nyebar."    

  "Okay. Kalau kamu butuh bantuan apapun, kamu bisa bilang aku." ujar Donna.    

  "Thank you." ujarku    

  "Kalau kamu butuh dianter pulang, kamu bisa ikut aku." Zen menawarkan diri.    

  "Ga usah, Zen. Nanti Astro yang nganter."    

  "Bukannya dia masih ada pertemuan persiapan lomba robotik?"    

  Aku mengangguk, "Nanti nganter aku pulang dulu, trus balik lagi ke sini."    

  Donna memberiku senyuman penuh arti, "Kamu beruntung banget tau?"    

  "Kalau bukan karena dia juga yang kemarin ga bakal ada." ujar Zen yang masih juga membahasnya.    

  "Udah yang penting sekarang aku baik-baik aja. Klub lukis gimana? Disetujui ga sama pak Sugeng?" ujarku yang berusaha mengalihkan pembicaraan.    

  "Kak Sendy bilang pak Sugeng lagi nyari pembimbing. Nanti kalau udah ada mungkin bisa mulai jalan." ujar Zen.    

  Sepertinya aku baru saja menyadari sesuatu saat menatap Zen, "Kamu jadi sering di kelas ya belakangan ini?"    

  "Kan aku udah bilang aku mau jagain kamu biar ga ada kejadian lain lagi." ujar Zen yang mengatakannya dengan tenang, seperti tak ada maksud apa-apa.    

  Sepertinya aku tahu apa yang dia maksud dan aku akan memilih diam saja kali ini. Menjelaskan padanya tentang hubunganku dengan Astro sepertinya tak akan membuatnya menyerah.    

  ***    

  Astro menunggu dengan menyandarkan punggungnya di teralis depan kelasku. Aku membereskan barang-barangku dan beranjak untuk menemuinya, lalu kami segera turun ke parkiran menuju mobil.    

  Ada banyak pasang mata yang mengikuti pergerakan kami sejak masih di lantai tiga. Dengan satu-satunya mobil murid yang terparkir di sekolah, tak mengejutkan bagiku jika tersebar beberapa desas-desus berbagai versi. Sepertinya Astro juga sudah bisa menebak hal ini, maka kami mengabaikan saja tatapan ingin tahu yang terarah pada kami.    

  "Nanti aku cuma anter kamu ya, aku ga mampir. Kerjaan bagian Angel dibagi ke beberapa orang. Ditambah kerjaan baru karena kita nambahin spesifikasi buat antisipasi kalau desain kita bocor." Astro menjelaskan padaku sesaat setelah mobil keluar dari gerbang.     

  "Nanti langsung pamit aja sama opa. Opa stay di rumah sekarang."    

  "Opa ga kontrol toko lagi?"    

  "Mm ... aku belum bilang ya? Abis kamu nganter aku pulang dari resort terakhir kali itu, opa bilang mau pensiun. Jadi semua kerjaan aku pegang dari jauh sementara. Weekend ini aku baru mau kontrol fisik ke beberapa toko."    

  "Sayang banget aku ga bisa anter kamu. Aku juga harus ngejar persiapan lomba." ujarnya sambil menatapku sesaat sebelum kembali fokus pada rute yang kami lalui. Aku tahu ada kekecewaan dalam suaranya.    

  "Ga pa-pa kok. Ada pak Said yang nganter jemput aku nanti. Kamu fokus aja ke persiapan lomba kamu."    

  Astro tak mengatakan apapun untuk menanggapi kalimatku. Namun menghentikan mobil saat kami sampai di deretan sebuah ruko, "Tunggu di sini sebentar."    

  Aku melihatnya menyeberang dan masuk ke sebuah toko bunga. Dia kembali sesaat setelahnya dengan sebuah buket bunga lavender yang terlihat cantik sekali. Alih-alih membuka pintu kemudi, dia membuka pintu di sebelahku dan menyodorkan buket bunga itu padaku.    

  "Biar kamu selalu inget aku walau kamu sibuk."    

  Aah kurasa wajahku memerah sekarang....    

  "Thank you, tapi aku ga punya apa-apa buat kamu." ujarku sambil menerima buket bunga darinya.    

  "Kamu udah titipin janji kamu buat nunggu. Itu aja cukup buatku." ujarnya sambil menatap mataku lekat. Aku bisa menebak kalau saja dia sedang tidak menahan diri, mungkin dia sudah memelukku sekarang.    

  "Jangan lama-lama berdiri di situ, aku ga bisa bawa mobil ini sendiri." ujarku untuk menggodanya yang seperti enggan beranjak dari sisiku.    

  Sepertinya Astro mengerti, dia memberiku senyum yang membuatnya terlihat tampan sekali sebelum menutup pintu di sebelahku dan kembali ke kursi kemudi. Walau tatapannya terlihat enggan berpisah dariku, dia segera menyalakan mobil dan mengantarku pulang. Dia sempat menemui opa dan oma sebentar sebelum kembali ke sekolah lagi.     

  Aku segera membereskan barang-barangku dan menaruh buket bunga lavender pemberian Astro ke dalam sebuah vas, lalu meletakkannya di meja di sebelah tempat tidurku. Aku menatap lavender itu lama sekali dengan senyum yang enggan pergi dari bibirku. Bahkan kurasa perutku terasa ada sesuatu yang terbang. Mungkin kupu-kupu?    

  Aah sepertinya Donna benar tentang seberapa beruntungnya aku....    

  =======    

  Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..    

  Kalian bisa add akun FB ku : iamno    

  Atau follow akun IG @nouveliezte    

  Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..    

  Btw, kalian bisa panggil aku -nou-


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.