Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Bodoh



Bodoh

  Angel tak menjawab satupun pertanyaan bu Gres. Matanya berkaca-kaca dan mulai menangis tertahan. Riri yang duduk di sebelahnya menepuk bahu Angel untuk membantunya menenangkan diri.    

  "Sepertinya Angel sudah menyadari bahwa dia membuat kesalahan." ujar pak Niko yang akhirnya membuka suara setelah selama ini hanya mengamati situasi. "Angel biaa minta maaf ke Mafaza untuk menjernihkan keadaan."    

  Sepertinya semua orang di ruangan itu tahu jika Angel tak akan segera meminta maaf. Angel melihat ke arahku dengan tatapan benci sekali. Bagaimana bisa dia minta maaf dengan kondisi seperti itu?    

  "Seperti yang kalian tahu, bahwa semua perbuatan ada pertanggungjawabannya. Bu Gres bisa bantu saya memilih hukuman untuk Angel atas kesalahannya pada siswi kelas ibu?" pak Sugeng bertanya.     

  "Saya terserah Bapak aja. Buat saya, yang penting siswi kelas saya memang tidak bersalah dan seharusnya bisa mendapatkan perlakuan yang sepatutnya. Pak Niko mungkin bisa memilih hukuman yang lebih pantas." bu Gres menjawab.     

  Pak Niko terlihat dilema saat memutuskan hukuman apa yang pantas untuk Angel. Setelah sekian lama berdiam diri akhirnya berkata, "Bapak akan cabut keikut sertaan kamu dari tim lomba robotik tahun ini. Anggota tim robotik seharusnya memiliki atittude yang bisa dicontoh semua orang."    

  Angel terlihat terkejut sekali dan menatap wali kelasnya dengan tatapan memohon yang sangat buruk, "Tapi, Pak ... persiapannya udah 65 persen."    

  "Betul. Seharusnya kamu bisa lebih menahan diri untuk tidak berasumsi buruk pada siswi lain dan melakukan tindakan yang memalukan. Terlebih jika memang kamu menganggap ajang lomba itu sebagai sesuatu yang penting. Maaf, Bapak ga bisa membela orang yang jelas bersalah dan maaf untuk Bu Gres dan Mafaza yang terganggu dengan perilaku siswi saya. Sepertinya saya tidak mendidik siswi saya dengan baik." ujar pak Niko sambil menundukkan bahu sesaat di kalimat terakhirnya.    

  "Baik kalau begitu, semuanya sudah jelas. Kalian semua akan menandatangani surat keterangan dengan tanda tangan di atas materai sebelum kembali ke kelas. Nanti akan dibantu Bu Jun sebagai guru konseling kita." ujar pak Sugeng.    

  Bu Jun keluar dari balik lemari buku di ruangan sebelah ruang ini. Sepertinya Bu Jun memperhatikan pembicaraan kami sejak tadi.     

  "Bapak harap tidak akan ada lagi kejadian seperti ini kedepannya." pak Sugeng memberikan keputusan terakhirnya dan keluar ruangan segera setelahnya.    

  Bu Jun memberi kami selembar kertas dengan beberapa pertanyaan. Di akhir surat ada materai yang sudah ditempelkan, kami hanya perlu memberikan tanda tangan kami.     

  Bu Gres sempat memberiku senyum dan menepuk bahuku pelan sebelum membubarkan kami ke kelas kami masing-masing. Bu Gres menutup pintu ruang konseling setelah kami beranjak pergi, sepertinya masih harus mendiskusikan sesuatu dengan pak Niko dan bu Jun.    

  Astro dan Beni berjalan di samping kanan dan kiriku. Kami berjalan di belakang Angel dan Riri yang masih merasa terpukul dengan keputusan tadi. Tak ada satupun murid saat kami keluar ruangan. Sepertinya bel masuk sudah berbunyi sejak tadi, tapi aku tak menyadarinya.     

  "Ada-ada aja sih. Mereka bahkan ga minta maaf." ujar Beni sambil menatapku nanar.    

  "Aku ga pa-pa kok. Aku emang ga salah. Dia minta maaf atau ga, ga ada bedanya buatku." ujarku.    

  Aku menoleh ke arah Astro. Sepertinya dia masih memikirkan macam-macam hal yang akan terjadi saat ibunya mengetahui hal ini. Aku akan menggenggam tangannya untuk memberi semangat andai saja dia tak memintaku untuk jangan menyentuhnya.    

  Kami berpisah di persimpangan koridor lantai tiga. Astro sempat memberiku powerbanknya yang tadi dia simpan di saku celana sebelum kami kembali ke kelas kami masing-masing.    

  "Jaga ini jadi rahasia ya, Faza. Baiknya sih ga banyak orang yang tau soal masalah barusan. Keluarga Angel cukup punya pengaruh soalnya." ujar Beni.    

  Aku hanya mengangguk dan kami berpisah saat Beni memasuki kelasnya lebih dulu. Aku mengetuk pintu kelasku dan meminta izin untuk masuk. Sensei Fuji mempersilahkan aku duduk. Aku bisa menebak dari tatapan matanya, sepertinya sensei tahu apa yang baru saja terjadi.    

  Aku mengisi baterai handphone dengan powerbank Astro sebelum mengikuti materi pelajaran. Kurasa aku akan mengumpulkan konsentrasiku dulu. Kejadian yang baru saja terjadi cukup membuatku menghela napas panjang beberapa kali.     

  Aku masih tak habis pikir. Bagaimana perempuan bisa sangat bodoh saat cemburu. Kuharap Astro tak pernah membuatku cemburu, aku tak ingin berubah jadi bodoh seperti itu.    

  ***    

  Astro : Kita pulang bareng. Ayah sama ibu mau ketemu    

  Aku menemukan pesan itu tepat saat aku menyalakan handphone. Saat ini kelas kami sudah dibubarkan, sudah waktunya pulang. Aku segera membereskan barang-barangku dan beranjak dari kursiku.    

  "Yuk, Za." ujar Siska dari tempat duduknya.    

  "Sorry ya, Sis, hari ini ga bareng dulu. Aku mau ke rumah Astro." ujarku sesaat setelah sampai di sisinya.    

  "Ga pa-pa, Za. Kita masih bisa bareng sampai parkiran."    

  Aku hanya mengangguk dan kami berjalan bersama menyusuri koridor. Kami bertemu Astro di tangga saat akan turun dan ke parkiran dalam diam.    

  "Hati-hati ya kalian." ujar Siska setelah kami mengganti pakaian dan akan keluar dari gerbang dengan sepeda kami.    

  Aku dan Astro hanya memberinya senyum dan lambaian tangan sebelum kami berpisah.    

  "Punya ide ayah sama ibu mau ngomongin apa?" aku bertanya pada Astro yang mengayuh sepeda di sebelahku.     

  "Semoga bukan yang buruk."    

  Aah kalimatnya membuat jantungku berdetak lebih kencang....    

  Kami menyusuri jalan dengan cepat dan tak membuang waktu untuk membahas apapun lagi. Apapun yang akan dibahas bersama kedua orang tuanya, mungkin memang tentang apa yang terjadi dengan Angel hari ini.    

  "Bapak sama ibu udah nunggu di atas." ujar mbok Lela tepat saat kami masuk.     

  Aku dan Astro mengangguk dan menaiki tangga. Saat kami sampai, kedua orang tua Astro sedang duduk di atas karpet dekat dengan sofa di ruang tengah, dengan dua toples berisi kue dan keripik, juga seteko air dingin dan empat gelas di sisinya.    

  Mereka terlihat seperti pasangan yang sedang memadu kasih andai saja aku tak tahu bahwa mereka meminta kami bertemu untuk sesuatu yang penting. Aku tak tahu apakah ini akan menjadi hal yang buruk, atau mungkin sangat buruk.    

  Astro menaruh barang-barangnya di lantai, melepas topi dan mencium tangan kedua orang tuanya sebelum ikut duduk bersila. Kurasa aku akan mengikutinya saja.    

  "Minum dulu." ibu menuang air dingin ke dua gelas, menyodorkannya pada Astro dan aku masing-masing satu.    

  =======    

  Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..    

  Kalian bisa add akun FB ku : iamno    

  Atau follow akun IG @nouveliezte    

  Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..    

  Btw, kalian bisa panggil aku -nou-


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.