This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Tunggu Aku



Tunggu Aku

Sepulangnya dari festival, Ioan dan Steve belum dapat melepaskan satu sama lain untuk tidur, akhirnya menghibur satu sama lain dengan tangan mereka hingga melepaskan muatan sebanyak tiga kali.     

Sejak saat itu, dinding pembatas yang telah mereka pasang terhadap satu sama lain runtuh dan jumlah perilaku intim yang mereka lakukan terhadap satu sama lain meningkat. Orang biasa yang melihat mereka akan megganggap keduanya pasangan suami istri biasa. Namun, keduanya tahu bahwa mereka berbeda.     

Mereka memiliki harapan bahwa pasangan mereka akan membalas perasaan cinta itu tapi keduanya sama-sama takut oleh jawaban masing-masing sehingga tidak ada yang berani mengucapkannya terlebih dahulu.     

Pada akhirnya, walaupun hubungan mereka semakin membaik, tidak ada yang tahu pasti tentang perasaan pasangannya dan sering kali jatuh di landa dilemma.     

'Apakah dia menyukaiku? Atau perilaku intim ini tidak berarti apa-apa untuknya?'     

Tidak ingin berada di dalam hubungan yang ambigu tapi ketakutan akan kekecawaan lebih besar.     

Pada akhirnya, setelah satu bulan berlalu pun, mereka masih menjalin hubungan yang begitu ambigu itu.     

*****     

Suatu hari di musim gugur itu, Ioan sedang duduk di kursi taman bersama kedua putranya ketika seseorang menyapanya.     

"Permisi."     

Ioan hampir melonjak kaget ketika melihat siapa yang telah memanggilnya.     

"Tu—Tuan Luca Mocanu!" Ioan refleks berdiri dan menarik kedua putranya berlindung di belakangnya.     

Walaupun Luca Mocanu telah berbaik hati memberitahunya mengenai efek samping yang diderita Steve, Ioan tetap tidak bisa mempercayai pria itu.     

Ia yakin alasan Luca Mocanu berbicara padanya adalah karena hanya Ioan yang bisa membantu Steve keluar dari penderitaannya. Bukan berarti, Luca telah menerima dirinya dan anak-anaknya yang notabene adalah half-beast yang ia benci.     

Lagipula, ia tidak bisa membaca pikiran Luca yang selalu berwajah datar dan beraura mengintimidasi itu. Melihat pria itu tiba-tiba menghampirinya tanpa aba-aba, Ioan mulai waspada, takut bahwa pria itu datang untuk membinaskan kedua putranya.     

Luca Mocanu tidak menyadari pikiran negatif Ioan sama sekali. Ia hanya tahu pria itu takut padanya dan ia juga tidak bermaksud bergaul dengan half-beast. Ia sebenarnya masih cukup keberatan dengan sahabatnya yang memiliki hubungan dengan half-beast ini tapi ia tetap menghargai keputusan sahabatnya.     

"Boleh kau sampaikan pesanku pada Steve?"     

Ioan mengernyit. 'Bukankah dia bisa memberitahunya langsung?'     

Seperti dapat membaca pikirannya, Luca berkata, "Dia mengusirku sebelum aku bisa menyelesaikan ucapanku. Tolong beritahu dia bahwa aku akan menunggunya besok di gedung pemerintahan. Pikirkan matang-matang kata-kataku."     

Ioan mengangguk paham. Ia penasaran akan topik pembicaraan mereka tapi ia tidak bermaksud mencampurinya.     

"Terima kasih," ucap Luca singkat lalu terbang pergi dari situ.     

Pria itu datang dengan tiba-tiba dan pergi dengan tiba-tiba juga. Semuanya terlalu cepat sehingga Ioan membutuhkan beberapa saat untuk merenungkan semuanya. Akhirnya, setelah membawa kedua putranya untuk tidur siang, ia berjalan menuju gudang untuk bertemu dengan Steve.     

Sejak Steve mulai mengambil alih pengecekan medis Ioan, peran Damian dan Jack mulai longgar. Oleh karenanya, Damian dan Jack memutuskan untuk pergi bertamasya dan menginap di hotel selama tiga hari tiga malam jadi keduanya sedang tidak berada di kediaman.     

Ioan membuka pintu gudang. "Aku akan masuk."     

Steve hanya mengangguk tanpa melepaskan pandangannya dari dokumen penelitian. Walaupun wajahnya datar sepanjang tahun, Ioan mulai dapat memahami perbedaan ekspresi pria itu dan sekarang, ia tahu Steve sedang kesal.     

"Apa terjadi sesuatu?" tanyanya setelah duduk di samping Steve. Kepalanya ia sandarkan pada bahu pria itu sembari mengelus lengannya untuk menghiburnya.     

Steve meliriknya sejenak sebelum menghela napas seraya menggeleng lemah. "Kau tidak perlu memikirkannya."     

Ioan langsung tahu bahwa ia tidak boleh mencampuri hal ini jadi ia tidak lagi menanyakan apa-apa dan hanya menyampaikan pesan Luca.     

Mendengar itu, Steve kembali menghela napas berat.     

Pria ini sepertinya sedang dalam posisi yang sulit.     

Ioan menatapnya dengan cemas. Meyadari itu, Steve berusaha terlihat santai.     

"Tidak apa-apa. Kau tidak perlu cemas. Aku hanya … butuh beberapa saat untuk berpikir."     

"Baiklah." Ioan menggesekkan pipinya pada tengkuk Steve beberapa kali sebelum berjalan keluar dari gudang.     

Malam harinya, ketika mereka telah menidurkan Cezar dan Viorel, Steve membawanya menuju taman.     

"Gunakan mantel. Di luar dingin," pesan Steve sembari membungkus tubuh Ioan dengan mantel hangat sebelum mereka melangkah keluar dari kediaman.     

Tidak ada yang berbicara hingga mereka duduk di kursi. Keduanya menatap langit musim dingin yang sedikit gelap dan berawan untuk sejenak.     

"Aku besok akan pergi ke gedung pemerintahan," ucap Steve dengan berat.     

Ioan mengangguk. Ia tidak tahu apakah ia berhak menanyakan alasannya atau tidak jadi ia memutuskan untuk diam.     

Steve tiba-tiba berdiri lalu berlutut di depannya. Kedua tangannya menggenggam erat tangan Ioan. Ia mendongak sehingga tatapan mata mereka bertemu.     

Tatapan mata Steve sangat tajam dan penuh dengan tekad bulat. Ioan menjadi gugup. Ia tidak tahu keputusan apa yang sedang Steve ambil dan dampak apa yang akan ia dapatkan dari keputusan itu.     

Genggaman tangan Steve semakin erat. "Io … aku belum bisa mengatakan detailnya kepadamu sekarang tapi maukah kau menungguku?"     

"Menunggumu untuk apa?" Ioan mengernyit samar. Tangannya basah oleh keringat dingin.     

Steve meletakkan tangannya pada tengkuk Ioan lalu mendorong kepalanya hingga kening mereka bertemu.     

"Seperti yang aku katakan, aku besok akan pergi ke gedung pemerintahan untuk menjawab Luca. Setelah itu, aku akan kembali untuk memberitahumu sesuatu."     

Ioan tanpa sadar mengeratkan genggamannya. Ia merasa gugup ketika memikirkan apa yang ingin Steve beritahukan kepadanya.     

'Apakah itu pengakuan perasaannya?'     

'Atau … ia akan meninggalkanku untuk Tuan Luca Mocanu?'     

Ioan tidak tahu dan ia tidak ingin berpikir terlalu banyak untuk sekarang. Ia masih ingin percaya bahwa ia memiliki posisi yang penting di hati Steve walaupun mungkin itu adalah halusinasinya belaka.     

Senyum tersungging di wajahnya. Ia berharap senyum itu tidak terlalu aneh. "Untuk apa kau memintaku menunggumu? Aku tidak akan ke mana-mana. Tidak … aku tidak bisa pergi dari sini jadi aku pasti akan berada di sini ketika kau kembali." Ia merasa permintaan Steve sedikit konyol.     

Steve menatap wajah pria itu dengan seksama. Steve juga merasa apa yang ia ucapkan konyol. Namun, entah mengapa ia merasa tidak tenang ketika berpikir harus meninggalkan Ioan sendirian besok. Lagipula, selama ini, jika ia pergi, selalu ada Jack atau Damian yang menemani.     

'Mungkin aku khawatir dia akan melahirkan selama aku pergi,' pikirnya mengingat hasil pengecekan medisnya.     

Bayi yang dikandung Ioan kali ini kemungkinan besar adalah incubus. Oleh sebab itu, perkembangan janinnya lebih cepat dan dari pengecekan hari ini, Ioan sudah harus bersiap-siap untuk bisa melahirkan kapan saja.     

Akan tetapi, Steve merasa bukan itu yang membuatnya cemas. Seperti ada yang lebih mencemaskan daripada itu tapi ia tidak bisa mengeluarkannya dalam kata-kata.     

Pada akhirnya, Steve mengecup bibir Ioan.     

"Terima kasih sudah mau menunggu. Aku akan kembali secepatnya."     

"Aku akan menyambutmu ketika kau pulang," janji Ioan tanpa tahu bahwa ia akan menelan kembali ucapannya keesokan harinya….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.