This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Luka dan Kekuatan (2)



Luka dan Kekuatan (2)

"GRAAA!!!" Mihai menggeram kuat sambil berlari dengan kecepatan tinggi menuju kerumunan itu.     

Gerombolan para penjaga juga berteriak kuat sambil menyelimuti tangan dan senjata mereka dengan energi sihir.     

Mihai dengan lihai dan cekatan mengayunkan kakinya untuk menangkis serangan demi serangan yang terus menerus terarah padanya. Beberapa serangan berhasil ia tangkis dan bahkan beberapa senjata itu hancur oleh tendangannya. Baru ia sadari bahwa kakinya yang sudah lepas dari belenggu dapat mengalirkan energi yang menghancurkan itu!     

Walaupun begitu, bukan berarti Mihai bisa dengan mudah kabur.     

Semua orang ini juga memiliki kemampuan sihir dan bahkan dapat mengontrol energi mereka dengan baik, tidak seperti Mihai yang tidak stabil – terkadang energinya kuat, terkadang lemah hingga tidak ada.     

Setiap serangan yang diberikan begitu kuat dan berat hingga Mihai kadang terpental olehnya. Tidak hanya itu, serangan yang diberikan begitu serempak hingga Mihai tidak bisa menangkis semuanya. Luka demi luka terus terukir di seluruh tubuhnya, merobek pakaiannya menjadi compang camping, dan darah segar mulai mengucur keluar mengotori pakaian hingga properti ruangan itu.     

"GRAAAHHH!!!" teriak Mihai tidak kehilangan semangatnya. Ia terus mengayunkan kaki dan tangannya yang masih terbelenggu untuk menangis dan menyerang.     

Darah yang mengucur semakin banyak hingga membuat tatapan matanya mulai memburam.     

'Sial! Aku kehilangan terlalu banyak darah!'     

Mihai harus segera keluar dari sini sebelum ia benar-benar pingsan.     

'Ayolah! Kau punya energi yang bahkan bisa merusak properti paling kuat! Kau pasti bisa!' Semangatnya semakin berkobar dan amukannya semakin gila.     

Beberapa penjaga tidak dapat menahan kuatnya amukannya terutama tendangan kakinya dan terlempar beberapa meter sebelum berhenti karena menghantam dinding atau pilar penyangga ruangan.     

"Sial! Mengapa dia bisa sekuat ini?!"     

"Dia half-beast kan?!"     

Keberanian beberapa penjaga mulai ciut. Namun, mereka juga punya harga diri sebagai incubus dan jika mereka lari dari pertarungan dengan kaum yang mereka hina itu, mereka tidak tahu harus menyimpan wajah mereka di mana selama sisa hidup mereka.     

"Sial! Matilah!"     

Pertarungan semakin sengit. Seorang penjaga yang semakin ketakutan oleh amukan Mihai langsung melemparkan energi sihir yang ganas kepadanya. Mihai dengan sigap menghindar.     

Dengan bantuan dari instingnya, Mihai menjulurkan tangannya yang masih terbelenggu pada bola energi itu dan energi itu dengan tepat menghantam rantai di tangannya.     

Clang!     

Rantai itu putus dan puing-puing kecilnya segera jatuh menggelinding di atas lantai berkarpet merah.     

Mata Mihai mengkilat senang. 'Akhirnya!' Tangannya bisa menggunakan energi itu juga.     

Dengan tangan terkepal erat, ia mulai meluncurkan serangan menggunakan setiap tangan dan kakinya. Semakin banyak penjaga yang terlempar dan akhirnya kehilangan kesadaran. Namun, di saat yang sama, penjaga-penjaga yang baru memasuki ruangan dan ikut membantu rekannya jadi jumlah mereka bukannya berkurang, malah semakin bertambah.     

Di sisi lain, Mihai sudah kelelahan. Lukanya perih karena terkena keringat yang mengucur dengan deras. Darahnya tidak kunjung berhenti dan setiap luka semakin diperparah oleh serangan yang selanjutnya.     

Insting Mihai mengatakan dengan jelas bahwa ia tidak akan bisa menang.     

'Tidak! Aku tidak ingin membahayakan Luca!' Tekadnya masih sangat kuat. Namun, tubuhnya tidak bisa mengikuti tekadnya itu.     

Pandangan matanya semakin buram dan ia tidak lagi bisa merasakan pijakan kakinya.     

'Sial! Padahal aku punya kekuatan sihir sebesar ini! Ke mana kalian! Ayo keluarkan lagi! Ayo alirkan lebih banyak energi lagi!' Ia sangat marah kepada dirinya sendiri.     

Ia terus mendesak dirinya sendiri sembari mengayunkan tendangan dan tonjokannya dengan ganas, tanpa memperhatikan apakah ada musuh atau tidak di hadapannya. Otaknya sudah tidak jernih dan ia tidak lagi memperhatikan beberapa orang yang mulai menjauhkan diri dan mengumpulkan energi sihirnya pada satu titik sebelum melemparkan energi yang ganas itu kepada Mihai.     

'Keluarkan lagi! Kekuatan kau seharusnya tidak hanya segitu! Ayo! KELUARKAN LAGI!'     

BAM! BAM!     

Puluhan energi sihir bertubi-tubi menghantam Mihai. Asap debu mengelilingi tempat itu hingga mengaburkan pandangan mereka tapi mereka yakin kali ini mereka berhasil menjatuhkan Mihai.     

Lagi pula, keadaan Mihai sudah hampir sekarat dan walaupun mereka menyadari Mihai memiliki energi aneh yang kuat, tapi mereka juga sadar bahwa Mihai tidak bisa mengendalikannya. Jadi, tidak mungkin Mihai bisa menggunakannya untuk menghalangi serangan mereka.     

Kemenangan mereka sudah jelas di depan mata!     

Ketegangan mereda dan beberapa dari mereka sudah sangat lega hingga menurunkan kewaspadaannya.     

"AGHH!"     

"A—APA I—AGHHH!!"     

Tiba-tiba, jeritan demi jeritan menggema di dalam ruangan yang masih tertutupi oleh asap debu.     

Para prajurit mulai resah.     

"Apa yang terjadi?! Laporkan keadaan kalian!" pinta salah satu ketua mereka tapi hanya jeritan yang terus terdengar.     

Kakinya mulai gemetaran dan ia hampir ngompol. Kedua tangannya menggenggam erat tombaknya, siap untuk menyerang apa pun yang datang kepadanya ketika tiba-tiba....     

Sesuatu yang hitam pekat dan membara muncul dari balik asap tebal, meluncur cepat kepada ketua itu.     

Wajahnya pucat pasi dan cairan segera mengalir bebas di bagian bawah tubuhnya.     

"AGHHHH!!"     

*****     

Distrik hiburan dilanda kekacauan ketika Luca dan yang lainnya sampai di sana. Silver segera mengutus timnya untuk mengungsikan orang-orang di sana dan memasang garis polisi untuk mencegah ada yang masuk lagi.     

"Luca, kau yakin dia ada di sini?" Steve kembali memastikan. Matanya mengamati api hitam yang membakar gedung auction terbesar milik Keluarga Olteanu. Sebuah kenangan masa lalu kembali berputar memberikan sebuah rasa nostalgia.     

"Ya," gumam Luca dengan wajah pucat pasi. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya karena rasa sakit di dadanya masih terus menyiksanya. Detak jantungnya berdetak sangat kencang tanpa alasan tapi Luca secara intuitif menghubungkan keanehan pada jantungnya ini dengan keadaan Mihai sekarang.     

Seperti yang diketahui banyak orang, ketika tanda janji diberikan, pasangan itu tidak hanya berbagi umur tapi juga berbagi hati dan pikiran. Hal ini bukan berarti pikiran dan perasaan mereka akan langsung tertulis jelas di otak mereka bagaikan sihir telepati, melainkan mereka bisa mendeteksi keadaan satu sama lain dengan lebih jelas dibandingkan yang lain dan cara mendeteksinya itu lebih mirip dengan cara insting bekerja.     

Awalnya ia juga berusaha menggunakan tanda janji ini untuk melacak keberadaan Mihai. Walaupun tidak dapat mendapatkan lokasi spesifiknya, setidaknya ia bisa mengeluarkan beberapa petunjuk secara intuitif. Namun, walaupun jarak di antara mereka belum begitu jauh, seperti ada yang menghalanginya, ia tidak dapat membaca lokasi maupun keadaan Mihai dengan jelas, bagaikan hubungan mereka terputus tiba-tiba. Luca hampir mengira Mihai meninggal dan itu membuatnya semakin tidak tenang.     

Ketika ledakan itu terdengar, Luca mulai merasakan detak jantungnya berdebar sangat kuat hingga sakit. Bagian dalam dirinya langsung mengatakan bahwa di tempat ledakan itu ada Mihai!     

Jadi, di sinilah Luca, berdiri di depan gedung auction yang dilahap oleh api hitam. Kayu-kayu yang menjadi pondasinya mulai berjatuhan membuat Luca berlari masuk tanpa basa basi. Ia mencemaskan Mihai yang seharusnya masih terjebak di dalam.     

Ia tidak menyadari Ioan yang berdiri di belakangnya mengernyit dalam. "Bagaimana bisa…? Apakah … tapi seharusnya Mihai tidak mewarisinya … atau…."     

Steve bisa mendengar gumaman kecil dari mulut istrinya itu. Namun, ia tidak membahasnya melainkan mendaratkan pukulan ringan pada punggung Ioan. "Ayo! Mihai ada di dalam!"     

Ioan tersadar dan langsung berlari masuk.     

Baru beberapa langkah mereka memasuki gedung itu, sosok Luca yang sedang bertarung melawan sekitar sepuluh orang terpampang di depan mereka.     

"Sial! Jangan halangi jalanku!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.