Luka dan Kekuatan (1)
Luka dan Kekuatan (1)
BAM!
Energi itu meledak kuat hingga menggetarkan pijakan mereka. Untungnya, pondasi ruangan itu sangat kokoh sehingga hanya ribuan lecet kecil yang dihasilkan oleh ledakan tersebut. Debu-debu ikut terangkat, membentuk asap tebal.
Gheorghe tidak bisa melihat bagaimana keadaan Mihai sekarang setelah menerima langsung hantaman energi sihirnya tapi ia menepuk kedua tangannya sambil tersenyum puas. Ia yakin Mihai sudah tidak bernyawa sekarang.
Ia berbalik dengan santai, hendak berjalan keluar dari ruangan bau dan penuh debu itu sambil melambai ringan pada kedua bawahannya. "Tusuk dia sebelum ia berhasil hidup kembali. Biarkan darahnya mengalir hingga kering seluruhnya dan kita lihat apakah ia masih bisa kembali hidup hanya dengan Tanda Janji yang ia miliki dengan Luca Mocanu!"
"Baik, Tuan!" Kedua penjaga segera berjalan menuju tubuh Mihai.
Gheorghe tersenyum puas tanpa menghentikan langkah kakinya. Kepalanya terangkat tinggi bagaikan kejayaannya sudah dipastikan.
Proses penghidupan kembali yang dimiliki Mihai tidak bisa terjadi secara instan. Setiap kali ia mati, akan dibutuhkan waktu beberapa saat sebelum jantungnya kembali berdetak dan jika jaraknya dengan pasangannya semakin jauh, dibutuhkan waktu yang semakin lama. Ia mengetahui hal ini dari istri Illiu.
Mereka tinggal menggunakan cara yang sama dengan yang akan mereka gunakan untuk membunuh Luca, bedanya hanya, mereka tidak perlu menggunakan pisau besi karena half-beast tidak takut dengan bahan tersebut. Jika mereka menancapkan ratusan pisau dan pedang pada tubuh Mihai dan membiarkan darahnya mengalir keluar tanpa dapat beregenerasi, pastinya ia akan sekarat!
Tawa kemenangan terdorong untuk keluar dari mulut Gheorghe ketika….
"UAGHH!"
"AGGHH!"
Sebuah sosok berlari cepat melewati Gheorghe dan menancapkan sesuatu pada lengannya. Gheorghe yang tidak siap oleh kemunculan yang begitu tiba-tiba tidak dapat bergerak sedikit pun. Detik berikutnya, ia tersadar bahwa sosok itu merupakan Mihai yang seharusnya sudah mati!
'Bagaimana bisa?!' Gheorghe segera mendapatkan jawaban dari pertanyaannya itu.
Rantai borgol yang membelenggu kaki Mihai telah putus. Sepertinya sihirnya telah meleset sehingga bukannya mengenai jantung Mihai melainkan rantai belenggu itu.
Gheorghe menggertakkan giginya. Amarahnya berkobar dan ia hendak melemparkan serangan sihirnya lagi untuk mencegah Mihai keluar dari ruang tersebut tapi….
"!!" Tangan kanannya tidak bisa terangkat! Bagaikan ditimpa dengan ratusan batu besar.
Gheorghe melirik tangan kekarnya dan sebuah jarum tipis yang hampir tak kasat mata telah tertancap di lengan bawahnya. Ia menoleh dan juga mendapati dua bawahannya yang sudah terkulai kaku di atas lantai dengan jarum tipis tertancap di salah satu area tubuh mereka. Ternyata benda kecil itu yang telah ditancapkan kepada Gheorghe oleh Mihai. Gheorghe tidak terlalu menghiraukannya karena hampir tidak ada rasa sakit yang terasakan sehingga ia mengira itu hanya merupakan kuku tajam Mihai yang tanpa sadar menyenggolnya.
Tidak ia sangka….
'Sialan! Ini dilumuri racun yang melumpuhkan!' Gheorghe telah lalai. Ia tidak menyangka serangannya akan meleset dan ia juga tidak menyangka Mihai akan membawa senjata seperti ini!
Sepertinya Tuan Luca Mocanu itu benar-benar menjaga istrinya hingga memberikannya senjata pribadi milik salah satu pelayannya yang dirumorkan sangat mematikan itu.
Gheorghe mendecakkan lidahnya yang bahkan sudah mulai terasa kebas, racun itu sudah mulai menyebar!
"SEMUA PENJAGA KEMBALI KE RUMAH AUCTION! TANGKAP HARIMAU ITU DAN BUNUH DIA!" teriaknya sembari mengaktifkan sihir telepati.
Seluruh penjaga distrik hiburan itu mendapatkan perintahnya dan pastinya akan segera sampai.
Gheorghe merobek kain pakaian dan mengikat kuat tangan kanannya yang sudah lumpuh total untuk mencegah racun itu semakin menyebar. Ia tidak tahu apakah ini akan berhasil tapi tidak ada salahnya untuk mencoba.
Matanya melotot hingga terasa akan keluar dari kelopaknya.
'Hari ini aku pasti akan membunuhmu!'
*****
Mihai berlari menyusuri tangga batu ruang bawah tanah itu dengan napas yang terengah-engah. Tangga batu itu melingkar dan terasa tidak ada ujungnya membuat kelelahan pria itu semakin tinggi. Namun, ia tidak bisa berhenti.
'Aku tidak akan membiarkan mereka menggunakanku untuk membahayakan Luca!' Tekadnya seraya meningkatkan kecepatan larinya. Rantai yang telah putus terus terantuk-antuk dengan setiap anak tangga membuat bunyi gemerincing yang tajam menggema.
Ia terus berusaha melepaskan borgol yang masih membelenggu tangannya dengan geram. Benda itu sangat keras dan kuat dan seperti sebelumnya, seberapa besar usaha Mihai untuk meningkatkan amarah dan emosinya, energi aneh yang biasanya sudah akan mengalir ke tangannya tidak kunjung datang.
'Sialan!'
Harapan memenuhi dirinya ketika sebuah pintu akhirnya muncul di ujung anak tangga. Tanpa pikir panjang, ia membukanya, berharap bisa menemukan area terbuka yang mudah untuk kabur.
Akan tetapi, harapannya harus pupus.
Ketika ia membuka pintu, sebuah lorong panjang berlapis karpet merah tertangkap matanya. Ia tidak tahu ini ada di mana dan lorong itu cukup panjang sebelum terdapat belokan di ujungnya yang tidak Mihai ketahui akan membawanya ke mana.
Walaupun kesal, Miha tidak ragu-ragu untuk berlari menyusuri lorong itu. Jika ia berhenti dan menyerah, tidak akan ada harapan lagi. Jadi, lebih baik ia berlari ke sembarang arah dan mencoba peruntungannya.
Sepertinya, dunia sedang tidak berpihak padanya.
Baru saja ia hendak berbelok, segerombolan orang dengan seragam yang sama muncul dari belokan lainnya yang ada di sekitar lorong itu.
"Itu dia!"
"Tangkap dia!"
Seru orang-orang itu seraya mengangkat senjata yang mereka bawa – ada yang membawa pistol, ada yang membawa tombak, ada juga yang membawa pedang.
Mihai dengan cepat menghentikan kakinya dan berbelok untuk mengubah arah larinya, kembali ke lorong panjang tadi dan mengambil belokan lainnya. Orang-orang itu ikut mengejar Mihai sambil berseru.
Mihai berlari dan menyelinap ke belokan lain secara acak. Sialnya, ia kembali bertemu dengan orang lain yang berseragam sama tapi sepertinya ia masih memiliki secuil keuntungan. Orang yang kali ini ia temui hanya berjumlah satu jadi Mihai dengan gesit melewati orang tersebut.
Orang itu berusaha menusuk Mihai dengan tombaknya tapi Mihai dengan lihai menghadangnya dengan tendangan kaki. Orang itu segera terhuyung ke belakang dan hampir kehilangan pijakannya.
Mihai tidak peduli lagi dan meningkatkan kecepatan larinya.
Ia terus bertemu dengan penjaga dari berbagai arah, memaksanya untuk mengubah arah larinya beberapa kali hingga ia sampai di sebuah ruangan yang menjorok ke bawah. Lantainya bertingkat dan setiap tingkatnya memiliki tempat duduk mewah yang lembut. Di bagian atas ruangan itu terdapat balkon-balkon yang tertutup tirai yang dibangun dengan lebih mewah lagi. Ruangan ini seperti ruang lelang yang pernah ia lihat di drama-drama.
'Gawat! Tempat ini terlalu terbuka! Aku tidak bisa bersembunyi jika begini!'
Mihai buru-buru mencari pintu keluar dan ternyata ruangan itu memiliki banyak pintu tersebut. Ia tidak tahu pintu mana yang benar jadi ia hanya memilih satu dengan instingnya dan berlari cepat ke sana.
"Itu dia!"
"Jangan lari!"
Gerombolan orang berseragam tiba-tiba muncul dari area pintu keluar yang dipilih Mihai. Mihai mengutuk kesal seraya beralih ke pintu lainnya. Namun, dengan timing yang begitu bagus, kelompok orang lainnya juga muncul dari pintu selanjutnya yang dipilih Mihai. Di saat yang bersamaan, gerombolan lain ikut muncul dari berbagai pintu yang mengelilingi ruangan tersebut.
Mihai terkepung!
Dengan hati-hati, ia mundur dan naik menuju panggung besar di hadapan seluruh kursi. Matanya menghitung satu per satu orang-orang berseragam.
'Ada sekitar 70! Tidak! Mungkin lebih!' Mihai belum pernah melawan orang sebanyak ini sendirian. Apalagi, semuanya terdiri dari incubus yang memiliki sihir.
Akan tetapi, Mihai tidak punya pilihan lain. Jika ia tidak menerobos dan melawan gerombolan ini, ia tidak akan bisa kabur.
Menarik napasnya dalam-dalam, Mihai memantapkan hatinya. Mihai membentuk kuda-kuda yang sempurna dan dengan hentakan kaki yang kuat, ia berlari maju!
"GRAAA!!!"