Petunjuk
Petunjuk
Para pegawai dan pelacur pun mulai berkemas dan pulang untuk beristirahat agar dapat kembali bekerja di malam hari.
Di saat itu, di dalam sebuah bar hostess mewah, tepat pada ruang dalam yang dikhususkan untuk kegiatan seksual, Adrian membuka kelopak matanya yang berat. Ia langsung meringis dan memijit kepalanya yang berdenyut sakit.
Ia telah minum terlalu banyak kemarin malam.
"Tuan sudah bangun?"
Seorang wanita seksi yang masih terbalut handuk berjalan mendekati tempat tidur. Rambutnya masih basah sesekali meneteskan air dan mengalir turun menyusuri tulang selangkanya yang seksi.
Adrian tidak menjawab dan hanya bangun sembari memijit kepalanya. Tanpa basa basi, ia menarik pakaiannya yang telah dirapikan dan diletakkan di atas meja, lalu mengenakannya.
Wanita itu mendekati Adrian dan menggayut lengan kokoh pria itu dengan manja, membiarkan payudaranya yang hampir menyembul keluar dari handuk menggesek lengan itu. "Sudah mau pergi?" tanyanya dengan suara yang dibuat-buat agar terdengar imut. Ekor kucingnya melambai di sekitar bagian bawah Adrian untuk kembali merangsangnya.
Dalam hati, Adrian mengumpat kata 'jalang' dengan jijik.
Semenjak hubungannya dengan Sophia hancur, ia menjadi pelanggan setia kebanyakan bar yang ada di Kota Rumbell yang menyediakan pelacur dari kaum half-beast. Setiap malam ia akan minum-minum untuk menghilangkan rasa frustasinya dan setelah itu bermain dengan wanita penghibur secara acak, terkadang bersama satu wanita, dan terkadang lebih dari itu. Kebanyakan dari mereka memiliki perawakan atau aura atau wajah yang mirip dengan wanita tercintanya, Sophia.
Namun, ketika ia sudah bangun dan kembali berpikir jernih, ia akan jijik dengan semua wanita ini karena mereka tidaklah semurni dan semanis Sophia yang ia cintai. Entah berapa pria yang sudah mereka peluk demi uang. Namun, Adrian juga tidak bisa mengata-ngatai orang lain karena ia juga bermain dengan mereka sepanjang malam dengan masih menyimpan rasa cintanya di dalam hati.
Andaikan Sophia tidak berusaha membunuhnya. Andaikan gadis itu tidak membenci kaumnya sehingga rela melakukan semua ini. Andaikan ia sendiri bukanlah incubus….
Memikirkan semua pengandaian ini membuat Adrian semakin jengkel karena ia tidak bisa mengubah semua itu. Kemudian ia akan mulai sulit menerima kenyataan dan ingin menenggelamkan dirinya dalam alkohol lagi. Namun, pekerjaannya yang menumpuk menanti di meja kantornya dan sekretarisnya tidak akan membiarkannya untuk membolos lagi.
Kontras dengan semua itu, Adrian memasang senyum menawan yang selalu ia tampilkan ketika menghadapi wanita penghibur lalu melepaskan lengannya dengan lembut seraya melingkarkan lengan itu pada pinggang wanita tersebut dan menariknya mendekat hingga tubuh keduanya menempel erat. "Maaf, aku harus kembali bekerja. Kita lanjutkan lagi malam nanti," bisiknya serak tepat pada telinga berbulu sang wanita yang segera bergetar malu. Adrian lalu mendaratkan ciuman panas pada wanita itu hingga kakinya kehilangan seluruh energi.
Memang ironis sekali.
Betapa besar pun rasa jijik yang Adrian rasakan, pada akhirnya ia tidak bisa lepas dari kegiatan ini. Semua adalah bentuk pelarian dari kesedihannya yang pekat, jika tidak, ia merasa akan menjadi gila oleh semua itu.
Apalagi, seperti malam kemarin dimana karyawan yang ia benci itu, yang akan selalu mengingatkannya kembali pada Sophia, Asaka Cezar, kembali mendatangi kediaman rumahnya.
Ya! Pria itu selalu mendatangi kediamannya dua kali dalam seminggu sejak Sophia melakukan penyerangan terhadap Adrian.
Hal ini terjadi dikarenakan permohonan adik kecilnya yang sangat menyukai Cezar setelah bermain bersama malam itu. Adrian sangat enggan mengundang pria itu lagi tapi demi adiknya, ia akhirnya dengan berat hati memperbolehkan Cezar mendatangi kediamannya setiap minggu sebanyak dua hari. Sebagai gantinya, setiap malam kedatangan pria itu, ia akan lari ke bar dan bermain wanita.
Jika biasanya ia hanya akan melepas muatannya beberapa kali lalu pulang, di malam Cezar datang, ia akan pulang pagi ketika pria itu sudah pergi atau akan langsung menuju kantor.
Wanita penghibur itu segera terbaring kembali di atas tempat tidur dengan lemas bagaikan seluruh energinya terhisap oleh Adrian. nafasnya terengah-engah dan wajahnya memerah tapi matanya berkabut oleh gairah dan kesenangan.
Adrian menggodanya sedikit lagi sebelum akhirnya berpamitan dan keluar dari gedung bar yang sudah hampir kosong dan akan tutup.
Rasa pusingnya kembali menyerang membuat Adrian mengutuk kasar. Ia mengambil ponselnya, hendak menyuruh asistennya menyediakan obat sebelum ia sampai di kantor ketika beberapa incubus yang kekar dan gagah berlari melewatinya.
Dilihat dari seragam mereka, Adrian mengenali mereka sebagai anggota tim penjaga distrik hiburan ini.
'Apa yang membuat mereka begitu terburu-buru?'
Adrian menghentikan salah satu penjaga dan menanyakan kebingungannya. Ketika mendengar pertanyaan itu, penjaga tersebut yang berekspresi ganas tiba-tiba terlihat sedikit ragu. Matanya berayun sebentar seperti mempertimbangkan sesuatu.
"Ada masalah dengan 'benda' di auction," jawabnya akhirnya.
Adrian tahu benda yang dimaksud ini adalah makhluk hidup, entah itu manusia atau half-beast. Ia tidak begitu curiga dengan gelagat ragu penjaga itu dan segera melepaskannya, berpikir bahwa itu tidak ada hubungannya dengannya.
Ketika ia sudah berjalan beberapa meter, tiba-tiba ponselnya berdering.
Alisnya terangkat ketika menemukan nama Silver di layarnya.
"Ada apa?"
*****
Beberapa menit yang lalu, Silver yang sedang memberi perintah kepada anak buahnya didatangi oleh Luca dan putra kecilnya.
"Aku butuh bantuanmu untuk mencari Mihai," ujar Luca tanpa basa-basi.
Silver tidak berkomentar apa-apa karena ia sudah menduga Luca akan meminta hal ini. Lagipula, petunjuk yang didapatkan terlalu minim.
"Apa Tuan memiliki dugaan?" Jika Luca memiliki beberapa dugaan mengenai identitas pelaku, Silver bisa menyempitkan area pencariannya dan itu juga akan memudahkan dirinya yang sedang kekurangan bawahan.
Luca mengangguk setelah mempertimbangkan sejenak. "Mocanu, Olteanu, Stoica."
Tanpa basa-basi lagi, Silver mengumpulkan bawahannya dan membagi mereka menjadi beberapa tim untuk menyelidiki pergerakan ketiga keluarga itu.
Ia juga teringat akan keakraban Adrian dengan Olteanu dan Stoica. Mungkin Adrian akan mengetahui sesuatu jadi Silver segera menelepon pria itu.
"Ada apa?" Suara Adrian terdengar malas dan serak ketika sambungan telepon diangkat.
Alis Silver terangkat mendengar suara itu tapi ia tidak menanyakan apa-apa. Ia sudah yakin bahwa Adrian kembali minum-minum dan bermain wanita.
"Aku ingin menanyakan sesuatu mengenai Olteanu dan Stoica. Apa belakangan ini mereka sedang merencanakan sesuatu? Seperti menculik seorang half-beast?"
Keheningan berlangsung untuk beberapa saat. Walaupun begitu, Silver bisa merasakan keraguan dari lawan bicaranya sehingga ia tidak lagi begitu berharap.
Seperti dugaannya, Adrian menjawab, "Aku tidak mendengar ada rencana seperti itu. Apa terjadi sesuatu?"
Silver menghela napas lembut. Sepertinya pekerjaan untuk mencari Mihai akan menjadi sesuatu yang sulit karena penculiknya menutupinya dengan sangat baik. "Itu—" Silver hendak menjelaskan kepada Adrian tapi ucapannya tersela oleh sebuah keluhan.
Ketika ia menoleh, ia sudah mendapati Luca yang membungkuk dalam sambil menggenggam bagian dadanya dengan satu tangan. Tangannya yang lain masih memeluk Liviu dengan kokoh tapi tubuhnya sedikit bergemetar karena menahan sakit.
"Da!" seru Liviu panik dan cemas.
Silver juga ikut cemas walaupun tidak muncul pada wajahnya. "Ada apa, Tuan Luca?" Jarinya bergerak cepat, ingin menutup sambungan telepon dan membantu Luca tapi tiba-tiba, bunyi ledakan terdengar dari balik sambungan telepon.
Terdengar suara Adrian yang sangat kaget.
Silver buru-buru bertanya, "Apa yang terjadi di sana?!"
Suara ribut orang-orang di sekitar Adrian juga ikut terdengar, memberikan gambaran kecil mengenai apa yang terjadi. Sepertinya, gedung auction terbesar di distrik hiburan Kota Rumbell tiba-tiba meledak dan api mulai berkobar di sekitarnya.
Adrian yang akhirnya pulih dari keterkejutannya juga mengatakan hal yang sama, mengkonfirmasi bahwa Silver memang tidak salah mendengar. Tidak hanya itu, beberapa bawahannya juga buru-buru memasuki ruangannya untuk melaporkan hal tersebut karena kobaran apinya bahkan bisa terlihat dari area kantor polisi. Yang anehnya lagi, kobaran api itu berwarna hitam pekat!
"Segera telepon para pemadam!" pintanya seraya mengirimkan salah satu timnya untuk ikut pergi untuk mengamankan keadaan.
Tiba-tiba, sebuah tangan menggenggam bahunya dengan sangat erat.
"Kita ke sana sekarang!" pinta Luca yang ternyata merupakan pemilik tangan itu. Bulir-bulir peluh mengalir jatuh membasahi wajahnya dan nafasnya pendek-pendek, terlihat sangat kelelahan. Tangannya masih menggenggam kuat dadanya.
Liviu berusaha terus menepuk-nepuk tangan Luca, berharap dengan itu, ia bisa meredakan sakitnya.
Silver bertemu pandang dengan Luca yang menatap tajam dan penuh keyakinan padanya. Ia langsung memahami maksud Luca.
"Apakah istri Tuan ada di sana?"