This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Jebakan (1)



Jebakan (1)

Mihai menatap kepergian keluarganya dengan penuh tanda tanya. Ia benar-benar dibuat bingung oleh sikap mereka yang aneh dan tidak seperti biasanya.     

Viorel adalah kakaknya yang walaupun bertubuh mungil seperti ayahnya tapi merupakan anggota keluarga terkuat kedua di dalam Keluarga Asaka. Sifatnya kasar, angkuh, dan berani. Jarang sekali menemukan kakaknya itu tidak berani menatap seseorang saat berbicara dan bahkan menghindari pandangannya seperti tadi.     

Sebaliknya, sepanjang yang ia ingat, Ioan selalu penuh dengan kecemasan. Namun, jika dicermati dengan baik, siapa pun bisa menemukan jejak ketakutan yang bercampur dengan kecemasan tersebut.     

Mihai berpikir keras.     

Jejak ketakutan pada Ioan itu hanya pernah ia temukan pada momen-momen tertentu dalam hidup mereka, seperti ketika ia bertanya mengenai identitas ayahnya, ketika mereka pergi ke festival makan musim dingin, dan ketika Ioan mendengar mengenai kematiannya di kediaman Luca.     

'Apakah ada hubungannya?' Namun, otak Mihai tidak begitu cemerlang untuk bisa menghubungkan semuanya atau membuat dugaan-dugaan yang logis.     

Pada akhirnya, Mihai ikut berdiri dari tempat duduknya. "Aku akan menyusul mereka ke toilet."     

Luca mengangguk singkat. Ia pikir ada baiknya memberikan waktu pribadi untuk keluarga itu.     

"Da!" Mihai mengulurkan lengan pendeknya, ingin ikut tapi Mihai terlalu terfokus dengan pikirannya sehingga ia tidak menyadari hal itu.     

"Da…," gumam Liviu muram.     

"Mihai sedang sibuk. Tetaplah di sini untuk sekarang," bujuk Luca pelan seraya mengelus kepala Liviu.     

Liviu hanya mengangguk lesu.     

Di samping mereka, Steve tampak penuh pikiran. Setelah beberapa saat, ia bertanya kepada Luca. "Mengapa kau mengangkat topik mixed blood kepada Io?"     

Luca meliriknya sejenak lalu mengedikkan bahunya dengan cuek. "Menurutmu?"     

"Itu…."     

Bukan berarti Steve tidak memiliki dugaan, tapi….     

"Tidak ada mixed blood di antara mereka bertiga," ujarnya akhirnya.     

Luca mengangguk. "Itulah mengapa aku ingin bertanya kepadanya, bagaimana ia bisa menyembunyikan kenyataan itu hingga mengubah fisiknya."     

"Maksudmu?"     

"Kau tahu maksudku."     

Steve menggeleng kuat. "Tidak, tidak! Tunggu dulu! Fisiknya diubah? Siapa maksudmu itu?"     

Luca tidak bermaksud menjawab. Sekarang sudah ada seseorang yang bisa memberinya informasi akurat jadi ia tidak ingin mengucapkan asumsi-asumsinya yang bisa saja menyesatkan.     

Tiga puluh menit kemudian, Ioan dan Viorel kembali dari toilet.     

"Maafkan aku tiba-tiba pergi dengan tidak sopan," ucap Ioan setelah kembali duduk.     

Luca tidak keberatan jadi ia hanya menggeleng. Matanya bergerak mencari sosok Mihai tapi yang datang hanya Viorel dan Ioan.     

"Di mana Mihai?" tanya Viorel sambil mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok adiknya itu.     

Steve mengernyit bingung. "Bukankah dia menyusul kalian ke toilet?"     

Viorel dan Ioan menatap satu sama lain lalu menggeleng.     

Wajah Luca berubah muram. Sepanjang ingatannya, selain ketiga anggota keluarga Asaka, tidak ada yang berjalan masuk atau keluar dari arah toilet.     

Tanpa basa-basi, ia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menyusuri lorong yang akan membawanya ke toilet. Ia mengedarkan pandangannya, mengamati setiap detail dari dinding yang mengapit lorong sempit itu.     

Liviu yang juga menyadari bahwa papanya hilang langsung memucat. "Da!" serunya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Luca harus mengelus kepalanya beberapa kali untuk membuat putra kecilnya itu menjadi lebih tenang.     

Ioan dan Viorel berlari cepat kembali ke dalam toilet dan mengecek setiap biliknya tapi tidak ada sosok Mihai di sana.     

"Ke mana anak itu?!" Ioan yang sudah terlalu cemas akhirnya tidak bisa menahan diri untuk menggigit kuku-kukunya.     

Mereka kembali ke lorong dan menemukan Luca yang masih menatapi dinding di sekitar. Steve juga berhenti tidak jauh darinya dan melakukan hal yang sama.     

"Apa yang kalian lakukan?! Ayo cepat cari—"     

Luca mengangkat tangannya untuk menghentikan ucapan Ioan. Ia menyusuri tangannya pada dinding dan mulai meraba-raba sekitarnya dengan penuh kehati-hatian. Sesekali, ia mendongak seperti sedang mencari sesuatu masih sambil meraba ke area dinding yang lain.     

Tiba-tiba, ia berhenti dan mengangkat lengan kanannya. Jari telunjuknya terarah lurus pada sebuah spot di area atas dinding lorong. Cahaya kecil tertembak dari ujung jari tersebut.     

Tidak butuh waktu lama, bagian yang seharusnya hanyalah dinding itu tiba-tiba memiliki sebuah ventilasi kecil yang cukup untuk dilewati manusia. Ventilasi itu ditutupi dengan sihir ilusi tingkat tinggi yang bahkan sulit untuk dideteksi oleh Luca.     

"!!"     

"Ayo!"     

Luca meloncat keluar dari ventilasi, siap untuk mengejar jejak siapa pun yang sepertinya telah menculik Mihai. Tidak ia sangka, ia akan menemukan sesosok half-beast tepat di balik dinding itu.     

Half-beast yang berbalutkan masker wajah itu juga sangat terkejut oleh kemunculan tiba-tiba Luca. "Hyaa!!!"     

"Daaa!" Liviu ikut teriak karena dikagetkan oleh pekikan orang asing itu.     

Half-beast itu meloncat ke samping beberapa langkah untuk menghindari Luca dan tepat ketika kaki Luca berhasil menginjak tanah, ia mulai berlari pergi.     

"Ada apa?!" tanya Steve yang ikut meloncat dari ventilasi diikuti dengan Ioan dan Viorel ketika mendengar pekikan seseorang.     

Luca tidak menjawab. Ia masih terus mengamati sosok half-beast itu dengan cermat, seperti sedang mencari sesuatu darinya.     

"Siapa dia?" tanya Steve lagi.     

"Aku mencium bau Mihai dari orang itu!" seru Ioan yang mendapatkan persetujuan dari Viorel.     

Kilatan sadis melintasi sepasang mata Luca yang bercahaya merah terang membuat yang lainnya merinding. Siapa pun yang menatap langsung pada mata itu dipastikan lebih memilih bunuh diri dari pada menghadapinya.     

Buku-buku tangan Luca yang mengeluarkan bunyi kertak-kertak mulai diselimuti energi sihir gelap dan dengan satu ayunan, cahaya yang tajam dan mematikan meluncur ganas pada sosok half-beast itu.     

*****     

"Ugh!" Mihai merasakan kepalanya berdenyut sakit. Ia hendak mengangkat tangannya untuk memijit pelipisnya tapi kedua tangannya seperti tertahan oleh sesuatu, tidak bisa bergerak sedikit pun.     

Samar-samar, terdengar suara percakapan. Suara-suara itu terdengar sangat jauh dan bergaung sehingga ucapannya tidak jelas terdengar. Hawa dingin menusuk kulitnya dan aroma busuk mengganggu indra penciumannya, memperparah pusing di kepalanya.     

"Di … mana…?" Mihai memaksa kelopak matanya yang berat untuk terbuka dan sebuah ruangan yang hanya diterangi lampu kuning redup memasuki pandangannya.     

Lantai semen yang ia duduki sangat dingin dan lembab. Sela-sela lantai yang berbentuk kotak-kotak itu dipenuhi gerombolan lumut hijau. Langit-langit dan dindingnya juga terbuat dari semen dan entah mengapa, beberapa bagiannya basah dan sesekali meneteskan air, seperti bocor tapi Mihai tidak menemukan adanya lubang atau retakan.     

Ruangan itu tidak begitu luas dan hanya memiliki satu pintu seng yang tertutup rapat. Sirkulasi udara di dalamnya begitu buruk hingga Mihai merasa sesak dan pusingnya semakin diperparah.     

Ia hendak berdiri tapi sesuatu menahan kakinya dan membuatnya kehilangan keseimbangan. Tubuhnya segera jatuh ke samping dan bau busuk yang menempel di lantai berlomba-lomba memasuki lubang hidungnya membuat ia mengernyit dalam.     

Kedua tangan dan kakinya entah sejak kapan telah terbelenggu sehingga ia tidak bisa menutup lubang hidungnya maupun memperbaiki posisinya untuk kembali duduk. Mihai terus bergeliat-geliat, berusaha bangun, tapi semua usahanya sia-sia.     

"Sial!" umpatnya kesal. Amarahnya membuncah dan ia berusaha merusak borgol itu dengan kekuatannya, berharap energi kasar itu bisa merusaknya ketika amarahnya sedang tinggi. Namun, tidak terjadi apa-apa.     

'Di mana ini?! Mengapa aku ada di sini?!'     

Ia mengernyit dalam, berusaha menggali ingatannya saat masih berada di café. Cuplikan-cuplikan samar mulai berputar kembali di dalam otaknya yang masih berdenyut sakit….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.