Jumpa Lagi
Jumpa Lagi
Disampingnya, duduk Ioan dan Viorel yang diam saja dengan wajah muram. Cezar tidak ikut karena ia sedang berada di kantor.
Ioan memicingkan matanya kepada Steve dengan penuh ancaman. Aura menyeramkan menguar dari tubuh mungilnya itu.
Di sisi lain, Mihai menatap pria asing yang telah menyelamatkannya dari penyerangan di saat Upacara Kedewasaan itu dan keluarganya secara bergantian. Kebingungan terlukis jelas di wajahnya. "Kalian saling kenal?" tanyanya sambil akhirnya membalas lambaian tangan Steve setelah ragu beberapa saat.
Tubuh Ioan menegang. Matanya mulai berputar ke sana kemari, menghindari mata putra bungsunya. "Eh … itu…."
Viorel juga menurunkan tatapan matanya ke kaki. "Mihai … itu…."
Mereka terus menggumamkan kata itu atau begini atau satu kata lainnya tapi tidak ada yang berani melanjutkan ke inti penjelasannya.
Mihai mengernyit dalam. "Kalian mengapa aneh sekali hari ini?" tanyanya mulai curiga.
"Kami kenalan lama!" seru Steve akhirnya.
Di sampingnya, Ioan terlihat tersentak kaget. Namun, setelah mendengar isi perkataan Steve, ketegangan di tubuhnya sedikit menurun.
"Oh…." Mata Mihai masih menyipit tajam.
Walaupun ia tidak cerdas dan cenderung cuek, keluarganya tetap tidak bisa membodohinya. Jelas sekali kakak dan papanya terlihat sangat aneh. Kedua pria yang begitu kuat layaknya preman penguasa setempat itu, yang bisa melemparkan Mihai bermeter-meter jauhnya dengan tubuh mungil itu ketika terlalu murka, tiba-tiba berbicara tanpa berani melihat matanya. Tentunya itu sangat aneh!
Mihai meminta Steve untuk berganti tempat duduk dengannya lalu menarik keluarganya mendekat. "Apa yang kalian sembunyikan?" tanyanya setengah berbisik.
"Eh? Ti—tidak ada kok!" Ioan semakin menghindari tatapan Mihai.
"Jangan bohong! Papa dan Kak Vio jelas-jelas aneh sekali!" Mihai masih menahan volume suaranya karena ia menyadari ketidaknyamanan Ioan dengan para incubus di seberang mereka – tentunya kecuali Liviu.
Tidak ia sadari bahwa para incubus itu memiliki pendengaran yang lebih tajam dari incubus lainnya – walaupun tidak setajam half-beast tentunya. Jadi, mereka dapat menangkap percakapan keluarga itu.
Untungnya keduanya memang tidak memiliki keinginan untuk ikut campur.
Daripada itu, Luca menyikut Steve. "Kau sepertinya punya potensi masokis," komentarnya sambil melirik luka yang bertebaran di sekujur tubuh temannya itu.
Steve terkekeh. "Aku curiga apa yang kau katakan benar," balasnya dengan serius. Ternyata ia juga telah memikirkan kemungkinan itu membuat Luca tanpa sadar memutar bola matanya.
Liviu tiba-tiba menarik lengan pakaian Luca.
"Ada apa?"
"Daa daa??" Liviu dengan polosnya menanyakan apa itu masokis.
Steve hampir menyemburkan tawanya jika ia tidak memikirkan suasana tegang di seberang mereka.
Luca tertegun. Putranya begitu penuh keingintahuan sampai ia kesulitan mencari kata-kata untuk menjelaskan segala istilah dari perbuatan orang dewasa.
"Tanyakan pada Steve."
Luca mengangkat Liviu hingga sekarang sepasang mata bulat merah nan polos itu bertemu pandang dengan Steve.
"Da…."
Steve langsung berada dalam kondisi yang sulit. 'Dasar Luca ini! Kan dia yang ngeluarin istilah itu. kenapa aku yang harus jelasin?!'
"Emm … itu…."
"Da."
"Iya … begini…."
"Da…?"
'Oh my god! Siapa saja selamatkan aku dari situasi ini!'
"Da—daripada itu!!" Tiba-tiba Ioan meninggikan suaranya, menarik perhatian semua orang padanya.
Steve akhirnya bisa menghela napas lega.
Ioan takut-takut melirik Luca. Setelah menarik napas dalam-dalam, ia bertanya, "Ka—kau ingin membicarakan sesuatu denganku bukan?"
"Oh ya! Hampir saja aku melupakan itu!" seru Mihai yang segera melupakan seluruh tuntutan dan kecurigaannya. Otaknya kembali dipenuhi dengan pembicaraannya kemarin dengan Luca.
Ioan diam-diam menghela napas tapi ia belum bisa lega. Tubuhnya seluruhnya tegang hanya karena bertemu pandang dengan Luca.
Luca menyadari bahwa mertuanya itu terintimidasi olehnya. Ia berusaha meramahkan ekspresi wajahnya dengan mengangkat sudut bibirnya. Tidak ia sadari bahwa walaupun dikatakan menggerakkan sudut bibir, sudut kecil itu hanya bergerak setidaknya 1 cm. Malahan, Ioan jadi lebih waspada dan penuh tanya dengan pergerakan sudut bibir yang penuh misteri itu.
"Sebelumnya biarkan aku menyapamu." Luca berpikir sejenak sebelum membungkuk kecil. "Aku adalah Luca Mocanu dan terima kasih sudah mempercayakan putra dan cucumu kepadaku."
Mihai tersentak kaget dan wajahnya refleks memerah panas.
Tidak menyangka Luca akan bersikap begitu sopan kepada Ioan yang jelas jauh lebih muda darinya, Ioan jadi salah tingkah. Ioan buru-buru ikut membungkuk. "A—aku Ioan, Papa dari Mihai. A—aku lebih berterima kasih lagi karena sudah mau menerima putra bodohku ini di sampingmu."
Mihai meringis sambil menggumamkan panggilan kepada Ioan. Ia ingin protes tapi faktanya memang begitu. Pada akhirnya, ia hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Keheningan memenuhi meja itu untuk sementara waktu.
Luca dan Ioan masih membungkuk tanpa ada yang bermaksud untuk bergerak atau berbicara sesuatu. Jujur saja, Luca tidak memikirkan kelanjutannya jadi sekarang ia sedang kebingungan harus melakukan apa.
Untungnya, Steve berdehem kecil, memberikannya kesempatan untuk bergerak lagi.
"Hal yang ingin kubicarakan…."
Ioan menelan ludahnya dengan susah payah.
"Apa kau mengetahui tentang mixed blood?"
Mata Ioan terbelalak lebar. Viorel hampir tersedak makanannya. Di sisi lain, Mihai menepuk tangannya ringan. Dari tadi, ia berusaha mengingat istilah mixed blood yang pernah Luca beritahukan kepadanya dan akhirnya mendapatkan pencerahan.
Luca mengamati respon anggota keluarga Asaka itu dan semakin yakin bahwa ada sesuatu yang mereka ketahui tapi tidak diketahui oleh Mihai. Steve yang duduk di sebelahnya juga mengangkat alisnya dengan heran.
Pertama, Steve tidak menyangka Luca akan mengangkat topik mengenai kaum legendaris yang sangat dibenci Luca itu di atas segalanya. Kedua, respon aneh Ioan dan putra keduanya juga membentuk kecurigaan di dalam dirinya.
Ioan melirik Viorel, seperti meminta bantuan. Viorel menerima misi itu dan otaknya langsung penuh dengan skenario panjang tapi yang bisa ia ucapkan hanya, "Mengapa?"
Refleks, Ioan mencubit lengan putra keduanya. "Kau tidak punya jawaban yang lebih bagus?" gerutunya dengan suara sekecil mungkin.
Viorel juga mengutuk dirinya sendiri di dalam hati. "Maaf, Pa."
"Luca mengatakan mungkin Papa akan tahu hubungan mixed blood itu denganku." Mihai menjawab tanpa pikir panjang.
Deg!
Jantung Ioan berdentum cepat dan keringat dingin sudah membasahi tubuhnya. Darah meninggalkan wajahnya, menyisakan kulit yang pucat pasi.
Mata Steve semakin menyipit tajam. Kecurigaannya semakin meningkat. Tidak hanya dia, Mihai juga tidak bisa untuk tidak curiga.
"Papa?"
Ioan hampir meloncat dari kursinya hanya karena panggilan singkat itu.
Mihai semakin yakin bahwa papanya memang menyembunyikan sesuatu darinya dan itu ada hubungannya dengan kaum mixed blood ini. "Papa tahu?" tanyanya penuh harap.
Namun, Ioan dengan cepat menggeleng membuat Mihai mengernyit bingung. Jelas-jelas Ioan terlihat mengetahuinya.
"Kak Vio?" panggil Mihai kali ini menuju kakak keduanya.
Viorel refleks memalingkan wajahnya membuat kernyitan di dahi Mihai semakin dalam. Kakaknya juga tidak berperilaku seperti biasanya yang penuh percaya diri dan angkuh.
"Mengapa kalian seperti ini? Jelas-jelas kalian terlihat mengetahuinya. Apakah itu sesuatu yang begitu sulit untuk dikatakan?"
"I—itu…."
Ioan menahan diri untuk tidak menggigiti kukunya, berusaha terlihat tenang padahal semua orang sudah menyadari kegelisahannya.
Tiba-tiba, ia berdiri dari kursinya dengan heboh.
"A—aku ke toilet dulu!" serunya dan tanpa membiarkan siapa pun bisa menolaknya, ia sudah menarik Viorel bersamanya dan menghilang di balik belokan menuju toilet secepat kilat.