This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Pintu yang Membeku (2)



Pintu yang Membeku (2)

"Maksudmu?"     

Tiba-tiba, Luca mencubit pipi Mihai dengan sekuat tenaga.     

"A—aduh sakit! Sakit! LUCA!"     

Ruangan itu mulai bergetar hebat. Energi yang besar muncul pada beberapa lubang, berlomba-lomba untuk keluar dari sana hingga retakan-retakan terbentuk di sekitar lubang itu. Energi besar yang berhasil kabur dari lubang langsung mengalir melalui tali-tali emas yang terhubung dengan kecepatan tinggi. Tidak butuh waktu lama, mereka tidak lagi bisa melihat energi besar itu tapi ruangan masih tetap bergetar hebat.     

"A—apa yang terjadi?!" Mihai berusaha menstabilkan pijakannya yang mulai bergelombang.     

Luca dengan sigap melingkarkan tangannya pada pinggang Mihai, mengamankan pria itu di dalam pelukannya sambil mengambil putranya ke dalam pelukan di tangannya yang lain. "Tarik napas dalam-dalam. Tenangkan dirimu lagi," bisik Luca kepada Mihai.     

"Hah?! Jelaskan dulu mengapa kau tiba-tiba mencubitku?! Sakit banget tahu!" Mihai bahkan curiga pipinya bengkak karena ia masih dapat merasakan sakit yang menyengat dan kedutan tajam.     

"Kau akan tahu alasannya setelah mengikuti apa yang aku katakan."     

Mihai masih dipenuhi kekesalan. Biasanya dalam keadaan seperti ini, ia tidak akan bisa mendengarkan apa pun di sekitarnya. Namun, pelukan di pinggangnya yang mengerat mendorong Mihai untuk menatap sepasang mata merah gelap yang penuh ketegasan dan keyakinan.     

Sedikit demi sedikit, emosinya menjadi stabil kembali. Di saat yang sama, getaran di ruangan itu pun berhenti.     

Mihai mengerjap-ngerjap heran. Sebuah dugaan memasuki benaknya membuat ia refleks menatap Luca untuk mendapatkan konfirmasi.     

Luca mengangguk. "Ruangan ini bergetar ketika emosimu tidak stabil seperti tadi dan energi besar yang mengaliri tali itu … aku menduga itu adalah energi kasar yang membuat perabotan yang kau pegang bisa rusak."     

Mihai manggut-manggut sambil berusaha mencerna penjelasan rumit itu. Ia hanya menduga bahwa ruangan ini merepresentasikan emosinya tapi ia tidak berpikir sejauh Luca.     

"Jadi, memang kau tidak salah. Tujuan utama kita datang ke sini adalah untuk mencari tahu sumber energi kasar itu dan tetesan air itu sepertinya berusaha memandumu."     

"Daa…." Liviu terlihat kagum oleh penjelasan mengenai kemisteriusan ruangan ini.     

"Jadi…." Mihai melirik pintu batu yang membeku itu lalu kembali menatap Luca. "Aku paham penjelasanmu tapi mengapa pintu ini membeku dan berlubang-lubang? Dan mengapa energi kasar itu keluar hanya ketika emosiku tidak stabil?"     

Luca tidak menjawab untuk beberapa saat. Pria itu berjalan mendekati pintu sambil mengamati setiap inci pintu batu itu. jari jemari lentiknya menggosok-gosok dagu penuh pertimbangan sambil menggumam, "Es ... rantai … beku…." Begitu terus berulang hingga pada pengulangan kelimanya, ia berhenti.     

"Segel," ucapnya seraya menoleh pada Mihai dan Liviu.     

Kedua orang yang mendapat tolehan itu hanya bisa mengerjap dua kali sebelum memiringkan kepala sebesar 35 derajat.     

"Aku teringat dengan ceritamu terhadap pintu batu yang memiliki banyak rantai itu," jelas Luca. "Tidak hanya rantai saja, sekarang kau juga menemukan pintu yang beku di dalam es. Rantai dan es yang membekukan sesuatu di dalamnya, bukankah keduanya seperti sedang berusaha mengurung sesuatu. Jadi, aku jatuh pada suatu kesimpulan yaitu es dan rantai yang kau lihat sebelumnya adalah perwujudan terhadap sebuah segel dan apa yang ingin disegel berada di balik pintu itu."     

"O … oh…." Mihai masih memproses semuanya dengan susah payah.     

"Da….?" Liviu tidak bisa lagi berpikir karena semuanya terlalu rumit. Kepalanya begitu miring hingga akan terbalik jika Luca tidak segera mengambilnya ke dalam pelukan.     

"Intinya, dugaanku adalah energi kasar itu adalah benda yang berusaha disegel oleh es ini. Namun, diakibatkan oleh sesuatu yang tidak kuketahui, segel ini melemah dan energinya mulai bocor melalui lubang-lubang itu dan mengalir melalui tali-tali itu. Aku menduga tali-tali perak dan emas ini adalah saluran di dalam tubuhmu. Jadi, energi kasar itu akan dibawa melalui saluran ini menuju tangan atau bagian tubuhmu yang lain."     

Mihai mengangguk-angguk, mulai bisa mencerna maksudnya walaupun dengan susah payah. Kepalanya sudah mengepulkan asap.     

"Semua ini adalah dugaanku tapi sepertinya hanya tali emas yang merupakan saluran aktif karena tadi, energi kasar itu hanya muncul pada lubang-lubang yang terhubung dengan tali emas. Jika aku bisa menduga lagi, tali-tali emas ini kemungkinan besar terhubung ke tangan dan kakimu."     

"Jadi itulah mengapa aku sering merusak benda dengan hentakan kaki atau genggaman tangan?"     

Luca mengangguk setuju. "Kemungkinan seperti itu," gumamnya dengan kernyitan yang dalam. Ia terlihat memikirkan sesuatu dan Mihai merasa bisa melihat sirat kecemasan dalam ekspresinya.     

"Apa ada masalah?"     

Luca bergumul sejenak dengan pikirannya sebelum mengangguk sebagai jawaban. "Tali-tali perak ini ... jika segel ini akan terus bocor semakin besar, kemungkinan besar tali-tali perak ini akan mulai aktif satu per satu dalam waktu dekat dan jika dugaanku benar, ke depannya, tidak hanya tangan dan kaki tetapi seluruh tubuhmu bisa merusak benda-benda di sekelilingmu hanya dengan ketidakstabilan emosi saja."     

Mihai terbelalak kaget. "Itu akan buruk sekali!" Memikirkannya saja membuatnya merinding.     

Luca juga. Ia bisa membayangkan kediamannya yang runtuh tak berbentuk.     

"A—aku harus bagaimana?!" Kepala dan emosi Mihai mulai kacau membuat ruangan itu kembali bergemuruh. Luca harus menyuruhnya tenang sebelum Mihai tersadar akan keadaannya dan mulai menarik napas dalam untuk menenangkan diri.     

"Sepanjang pengetahuanku, half-beast terutama beberapa spesies ganas seperti harimau memiliki emosi yang tinggi. Kau merupakan salah satunya tapi seharusnya itu bukanlah sesuatu yang tidak bisa dikontrol. Jika kau terus belajar mengontrolnya seperti yang aku katakan sebelumnya—"     

"Aku tidak tahu tapi instingku mengatakan itu tidak mungkin," sela Mihai langsung. Sebelum Luca memprotes, ia segera menjelaskan alasannya.     

"Sejak kecil, emosiku sudah seperti ini. Aku juga percaya bahwa aku bisa mengontrolnya tapi anehnya ketika emosiku meletup-letup, isi otakku langsung kosong. Bagaikan dirasuki setan, aku akan mengamuk dan ketika aku sudah tersadar, semuanya sudah terlambat. Aku sudah berusaha untuk mengontrol diriku tapi seberapa banyak aku mengingatkan diriku sendiri, setiap kali emosiku terpacu, hal yang sama akan kembali terjadi. Bahkan, belakangan ini, sejak bertemu denganmu, emosiku menjadi semakin mudah dipancing dan ketika kepalaku sudah dingin, terkadang aku bertanya-tanya mengapa emosiku naik oleh hal yang begitu sepele. Jadi, jujur saja, aku tidak paham mengapa aku tidak bisa mengontrol emosiku ini. Namun. bukan berarti metodemu kemarin itu salah. Jujur saja, ketika aku melihat taman bunga itu, aku bisa menjadi rileks. Namun, itu tidak cukup. Jika ada sesuatu yang memicu emosiku, walaupun aku ada di dalam taman itu, aku yakin aku pasti akan kehilangan kendali."     

Luca mengangguk paham. Ia kembali menatap pintu beku itu dengan cermat.     

Setelah beberapa saat, ia berkata, "Terkadang segel dapat menghambat sesuatu."     

"Maksudmu?"     

"Aku hanya pernah membacanya saja tapi terkadang sebuah segel memiliki efek samping yang akan menghambat perkembangan tertentu dari empunya, terutama jika jumlah dan jenis segel yang dimiliki orang tersebut berjumlah lebih dari satu. Semakin banyak, efek sampingnya akan semakin hebat."     

Mihai mengernyit bingung. "Jadi, maksudnya?"     

Luca membuka mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu tapi tiba-tiba menutup kembali mulutnya. ia terlihat berpikir keras sebelum kembali membuka mulut, "Aku tidak bisa mengatakan terlalu banyak sekarang. Mari kita bicarakan lagi setelah aku bisa menemukan bukti yang lebih kuat."     

Mihai sedikit keberatan karena ia sudah terlalu penasaran. Akan tetapi, ia merasa Luca memiliki alasan yang kuat untuk itu jadi ia tidak lagi memaksa. "Baiklah. Dari pada itu, bagaimana aku bisa mengatasi energi kasar ini?"     

"Aku akan mengajarkanmu beberapa teknik pengendalian sihir dasar," putus Luca akhirnya mengundang kebingungan yang lebih dari istrinya.     

Luca langsung menunjuk pada aliran-aliran energi yang sesekali mengalir melalui tali emas tapi dalam jumlah kecil. "Itu adalah energi sihir," jelasnya.     

Sebelumnya, ketika ia baru mendeteksi keberadaan energi asing ini, ia tidak bisa begitu yakin. Namun, setelah melihat wujud energi itu secara langsung, ia bisa berkata dengan penuh keyakinan bahwa identitas energi ini benar merupakan energi sihir.     

Mihai langsung terbelalak dan bergumam 'HA?!' dengan heboh. Sementara Liviu yang juga mendengarkan tidak mengeluarkan ekspresi yang begitu berlebihan karena ia punya dugaan bahwa energi itu adalah sihir sejak pertama kali melihatnya. Hal itu dikarenakan, ia juga pernah mengeluarkan sihir listrik yang tidak terkendali akibat kesedihannya atas kematian sang papa, dan energi kasar yang dikeluarkan papanya selama ini mirip dengan apa yang ia keluarkan saat itu.     

"Me—mengapa aku punya sihir?! Aku … bukankah sihir itu—"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.