This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Demi Papamu



Demi Papamu

"Eh? Apa kau bilang?"     

"Da?"     

Sinar matahari pagi yang hangat menyinari kamar tidur Mihai yang luas dan sedikit berantakan. Di dalamnya terdapat Ecatarina yang baru saja memasuki kamar itu – sempat terkejut oleh pintu yang sudah lepas dan pada akhirnya harus memperbaiki pintu dengan sihirnya -- Mihai yang sudah rapi dengan balutan kaos polosnya, dan Liviu yang juga sudah rapi dan bersih. Sekarang, bayi kecil itu sedang mematung di tangan Mihai yang terulur ke arah Ecatarina.     

"Aku bilang mulai hari ini, setiap jam makan, tolong bawa Liviu ke sana karena aku tidak bisa muncul di depan Luca."     

Ecatarina hampir muntah darah mendengarnya.     

Ia sudah sempat merasakan keanehan karena tiba-tiba Luca memintanya untuk ke kamar Mihai tanpa menjelaskan apa pun.     

["Harimau itu akan memberitahumu apa yang harus kau lakukan." Itulah yang dikatakan Luca ketika menemukan kebingungan Ecatarina.]     

Tidak ia sangka, tugasnya akan seperti ini!     

"Mengapa kau tidak bisa muncul di depan Tuan?!" Alih-alih menerima Liviu di dalam pelukannya, Ecatarina menuntut penjelasan.     

Liviu juga ber'da!' menyetujui pertanyaan wanita itu.     

Wajah Mihai langsung menggelap. "Ceritanya panjang. Intinya aku sudah berjanji untuk tidak muncul di hadapannya. Jadi, bawa Liviu sekarang sebelum sarapan dimulai!"     

Mihai lupa ia tidak punya kuasa terhadap pelayan-pelayan di kediaman ini. Bukannya mematuhi keinginan Mihai, Ecatarina bahkan mengumpulkan seluruh pelayan di kediaman melalui sihir telepati dan dalam sekejap mata, seluruh pelayan – kecuali Victor yang sedang cuti – sudah berkumpul di dalam kamar Mihai.     

"Ceritakan semuanya sekarang juga!" pinta Ecatarina tegas dan penuh dominasi. Tatapannya seperti mengatakan 'aku tidak menerima bantahan'.     

Pelayan lainnya pun berekspresi sama.     

"Daa!" Liviu juga mengharapkan hal yang sama dan sekarang sudah menatap Mihai tajam dengan sepasang mata merah bulatnya.     

Sebenarnya Mihai bisa menolak dengan tegas dan penuh dominasi juga karena ketika ia sudah memutuskan sesuatu, ia akan melaksanakan keputusannya apa pun yang terjadi. Namun, dalam kasus ini, Mihai akhirnya menjelaskan kejadian semalam kepada mereka.     

Alasannya adalah karena Mihai masih bertanya-tanya akan masalah yang membuat Luca menjadi seperti sekarang ini dan mungkin para pelayan yang sudah melayani Luca sejak lama bisa memberinya pencerahan. Namun, ketika Mihai selesai bercerita, para pelayan juga ikut terlihat bingung.     

"Mengapa Tuan berperilaku seperti ini?" Albert yang paling memperlihatkan kebingungannya. Lonel yang ada di sampingnya juga tidak memiliki dugaan apa pun.     

"Ada yang aneh," gumam Ecatarina yang juga tidak bisa menemukan petunjuk apa pun bahkan setelah ia menggali ingatannya mengenai hal-hal yang ia ketahui dari sang tuan. Ketika ia melirik kedua anaknya, mereka juga menggeleng bingung.     

Hal ini bahkan lebih aneh lagi bagi Vasile yang sudah mengenal Luca sejak kecil karena ia juga tidak bisa menduga apa pun mengenai masalah yang sedang dihadapi keponakannya. Walaupun Luca tidak menceritakan segalanya kepada Vasile – tentunya sang tuan masih memiliki privasi – Vasile tetap mengetahui hal-hal yang bisa menghasilkan respon luar biasa dari Luca dan itu tidaklah banyak. Namun, untuk permasalahan kali ini, ia tidak bisa menghubungkannya dengan apa pun yang ia ketahui mengenai sang tuan.     

'Tapi seharusnya permasalahan ini tidaklah sepele jika melihat dari bagaimana Tuan merespons….' Jadi terdapat kemungkinan kecil bahwa masalah ini berakar dari hal-hal kecil yang menjadi bagian dari privasi Luca.     

"Hmm … apakah kau sudah menceritakan semuanya? Mungkin ada sesuatu yang kau lupakan?" tanya Vasile.     

"Seharusnya sudah … ah!" Mihai tiba-tiba teringat dengan pertanyaan aneh yang diberikan Luca kepadanya kemarin malam. "Dia bertanya apakah aku mengetahui tentang mixed blood. Setelah aku menjawab aku tidak pernah mendengarnya, dia tidak lagi mengungkit tentang itu."     

"Mixed blood?"     

Para pelayan langsung menatap satu sama lain. Kernyitan di dahi mereka menjadi semakin dalam.     

"Kalian tahu apa itu?"     

"Mixed blood itu adalah kaum yang lahir karena pencampuran gen incubus dan half-beast!" Daniela mengambil inisiatif untuk menjelaskan. Disampingnya, Daniel mengangguk-angguk menyetujui.     

Mihai mengerjap-ngerjap beberapa kali. Setiap kali ia mengerjap, kepalanya semakin miring. "Maksudnya?"     

Pada akhirnya, Daniel dan Daniela harus menjelaskan beberapa kali dengan menggunakan istilah-istilah yang lebih mudah hingga akhirnya Mihai benar-benar memahami apa itu mixed blood.     

"Tapi, apa hubungannya mixed blood itu denganku? Aku bahkan belum pernah melihatnya." Kepala Mihai semakin miring.     

Liviu buru-buru menjulurkan lengan pendeknya untuk menopang kepala Mihai, takut kepalanya akan jatuh.     

"Sepengetahuan kami, Tuan sangat membenci mixed blood. Bahkan melebihi kebenciannya terhadap half-beast," jelas Lonel dengan suara malasnya yang biasa.     

"Benar," gumam Ecatarina setuju. "Tapi ini tidak memiliki hubungan dengan Mihai."     

"Atau mungkin Tuan tidak ingin Mihai melahirkan mixed blood?" duga Albert.     

"Tapi itu aneh!" seru Daniela.     

"Ya! Aneh!" tambah Daniel.     

"Jika Tuan tidak ingin melahirkan mixed blood, ia hanya perlu mencegah Mihai untuk hamil lagi. Tidak perlu menjauhinya sampai seperti ini," jelas Vasile.     

Semakin banyak mereka menganalisa, semakin bingung juga mereka dibuatnya. Di sisi lain, Mihai sudah tidak bisa mengikuti alur pembahasan mereka dari tadi dan benar-benar kebingungan.     

Pada akhirnya, mereka tidak mendapatkan pencerahan sama sekali.     

"Aku akan mencoba menggali masalah ini dengan Tuan. Jika aku menemukan sesuatu, aku akan memberitahu kalian," ujar Vasile.     

Yang lain juga mengusulkan hal yang sama sebelum memutuskan untuk bubar.     

Sebelum pergi, Ecatarina dengan berat hati membawa Liviu yang cemberut menuju ke ruang makan. Awalnya, Liviu memberontak tapi setelah dibujuk oleh Mihai akhirnya Liviu pasrah. "Daaa…," gumamnya sedih karena ia harus berpisah dari papa kesayangannya.     

"Untuk sarapanmu, aku akan membawakannya ke sini, apakah tidak masalah?" tanya Lonel sebelum meninggalkan ruang kamar.     

"Iya. Terima kasih."     

Pintu kamar ditutup dan kamar itu kembali sunyi. Mihai duduk di tepi tempat tidurnya sambil merenungkan sesuatu.     

"Mihai!"     

Liliane kembali muncul entah dari mana membuat Mihai melonjak kaget. Jantungnya serasa hampir copot di tempat.     

"Bisa gak sih tidak muncul tiba-tiba seperti ini?!" gerutu Mihai.     

Liliane menggumamkan 'maaf' tanpa memperlihatkan secuil pun penyesalan – 'aku memang sengaja tehe....'     

"Mihai, apa kau tidak mau pergi dari sini dan membangun keluarga berdua saja dengan Livi?"     

"Ha?" Mihai menatap Liliane dengan kernyitan dalam di dahinya. Wajahnya seperti sedang mengatakan 'Mengapa Bibi tiba-tiba mengatakan hal ini?' dengan penuh tuntutan.     

Entah mengapa, Liliane merasa terintimidasi oleh tatapan pria itu, seperti ia telah melakukan kesalahan yang buruk, membuat ia menelan ludah. "Ka—kau yakin … ingin tetap di sini setelah membuat perjanjian gila seperti itu dengan Luca?!" Walaupun tergagap di awal, ia akhirnya mendapatkan kembali keberanian dan ketegasannya. "Coba pikirkan hidupmu ke depannya! Kau tidak akan bisa bertemu dengan orang yang kau cintai padahal sudah berstatus istri untuk selamanya! Jika kau tidak ingin memaksa Luca kembali menerimamu, atau setidaknya berusaha mendekatkan diri lagi, bukankah lebih baik pergi dan membentuk keluarga yang bahagia hanya dengan Livi dibandingkan tinggal di sini dan menjadi orang yang menyedihkan?"     

Liliane tidak pernah menduga respon Mihai yang bukannya ikutan marah kepada Luca tapi malah marah kepada Liliane!     

"Bibi sebenarnya ibu Luca atau bukan sih? Ini kan masalah keluarga putramu! Masa Bibi menyarankan istri putramu sendiri untuk lari meninggalkannya saat dia sedang ada masalah?!"     

"Eh?! Maksudku bukan begitu! Kenapa jadi mencurigaiku? Aku mengatakan ini demi kebaikanmu!"     

Mihai menggeleng, tidak terima alasan Liliane. Matanya bahkan semakin menyipit tajam, penuh dengan kecurigaan. "Mana mungkin ada orang tua yang menyarankan hal seperti itu? Bukankah orang tua itu adalah sosok yang paling mengharapkan kelancaran rumah tangga anaknya? Apalagi, ketika anaknya sedang punya masalah seperti ini! Bukankah lebih baik menyarankan menantunya mencari cara untuk membantu Luca menghadapi masalahnya?"     

Liliane tercekat, tidak bisa menampik segala tuduhan dan tuntutan menantunya itu.     

'Padahal aku ingin membantunya keluar dari kesengsaraan jangka panjang. Mengapa aku yang disalahkan?!'     

Liliane tentunya sangat menyayangi putranya. Namun, karena rasa sayang itulah, ia juga sangat mengenali putranya dan jika tidak ada keajaiban yang terjadi pada Luca di masa depan, kemungkinan Mihai akan menjadi istri di atas kertas untuk selamanya sangatlah besar! Ia tidak ingin Mihai sengsara lagi oleh putranya. Bukankah itu niat yang begitu mulia?!     

Namun, Liliane tidak paham alur pikiran Mihai.     

Penolakan Luca memang membuatnya sedih dan sakit hati tapi bukan berarti ia tidak mengantisipasi terjadinya hal itu. Malah akan lebih mengejutkan jika Luca menerima cintanya.     

Lagi pula, ia sudah kebal oleh penolakan yang kerap kali terjadi semasa hidupnya ini. Jadi, ketika ia berbicara dengan Luca, walaupun ia tahu ia akan menangis setelahnya, ia sudah menerima jika akan ditolak.     

Yang tidak termasuk dalam dugaannya adalah alasan lainnya yang membuat Luca menolaknya dan tidak ingin melihat wajahnya, alasan yang notabene tidak diketahui Mihai. Walaupun kemarin malam, ia sempat frustasi karenanya, kala pagi menyapa dan memberinya waktu untuk menyusun kembali pemikirannya, tatapan mata Luca yang penuh dengan rasa sakit itu tidak bisa lepas dari benaknya. Instingnya mengatakan bahwa Luca juga kesulitan karena permasalahan pribadinya itu dan Mihai ingin membantunya.     

"Aku ingin membantunya, bukannya meninggalkannya begitu saja! Kalau kau jadi ibunya, seharusnya bisa melihat dia sedang kesulitan kan?!" gerutu Mihai. Namun, sayangnya, ia sudah berjalan keluar dari kamar di pertengahan gerutuannya jadi Liliane tidak bisa menangkap sisa kata-katanya.     

Liliane tertegun di tempat. 'Apa ini? Apakah ini namanya cinta itu buta? Sebegitu butanya hingga ia tidak bisa melihat masa depan suramnya sendiri?!'     

Ia menghela napas pasrah. 'Apa aku harus tetap melanjutkan usahaku ini?'     

Tiba-tiba, sesuatu muncul dari udara kosong di atas Liliane. Ia ingin menghindar tapi benda itu menyebar dengan cepat dan dalam sekejap menyelimuti wanita itu lalu menghilang tanpa jejak.     

Di saat yang bersamaan, pintu kamar kembali terbuka dan Lonel mendorong troli makanan masuk ke dalam. Ia mengedarkan pandangannya ke dalam kamar yang sudah kosong.     

"Ke mana Mihai?"     

*****     

"Hmmphhhh daaaaa!!"     

Di dalam ruang makan, Liviu benar-benar meledak. Sekarang, tubuh mungilnya sedang terbang tepat di depan wajah Luca, menatap tajam ayahnya yang juga membalas tatapannya dengan ekspresi datar.     

"Daaa! Daa! (Apanya yang melindungi dengan seluruh kekuatan?! Padahal aku sudah percaya pada Ayah tapi Ayah malah berbohong! Pembohong!)" gerutu Liviu panjang lebar.     

Pagi tadi, ketika ia bangun, ia menemukan papanya tidur dengan posisi terduduk di lantai. Kedua mata papanya sembab dan setelah ia mendengar cerita Liliane, ia benar-benar marah.     

"Daaaaa! Dadadaada!!! (Aku tidak mau bersama Ayah pembohong! Benci! Aku mau pergi!)" Liviu menjulurkan lidahnya lalu hendak terbang pergi mencari Mihai tapi Luca tiba-tiba menggapainya dan memasukkan tubuh mungilnya ke dalam pelukan.     

Liviu memprotes dan terus meronta untuk bebas tapi lengan Luca sangat kuat dan dengan kekuatan Liviu saja tidak akan bergerak seinci pun. Hal ini membuat Liviu semakin frustasi dan amarahnya meledak semakin hebat.     

"Sst … tenanglah," ujar Luca sambil mengelus kepala Liviu.     

Liviu segera menggelengkan kepalanya, menolak untuk dielus. "Daa! (Bagaimana bisa tenang?!)"     

Helaan napas lembut tanpa sadar mengalir keluar dari mulut Luca. Ia mengangkat tubuh Liviu hingga keduanya saling bertatapan sekarang.     

"Dengar," gumam Luca setenang lautan. Ketegasan di dalam suaranya memaksa Liviu terdiam.     

"Aku tidak akan mengelak tuduhanmu. Aku memang pembohong dan kau pantas untuk marah padaku. Namun, lakukanlah ini untuk Papamu."     

"Da…." Liviu masih cemberut tapi mendengarkan kata 'papa', ia menjadi lebih tenang.     

"Papamu yang ingin kita tetap makan bersama dan memiliki kegiatan bersama. Seharusnya kau lebih tahu alasan dibalik keinginan Papamu dibandingkan aku. Jadi, habiskanlah sedikit waktumu dengan Ayah, sebentar saja. Demi Papamu, OK?" bujuk Luca tanpa sadar melembutkan suaranya.     

Kedua pasang mata saling menatap untuk beberapa saat, seperti sedang mengkomunikasikan sesuatu.     

"Da." Akhirnya Liviu mengangguk setuju.     

Helaan napas yang lembut lagi-lagi tanpa sadar Luca keluarkan, lega mendengar jawaban putranya. Ia mendudukkan Liviu di pangkuannya dan memberi bayi kecil itu elusan di kepala – kali ini Liviu tidak menolaknya. Sudut bibir Luca sedikit terangkat dan kerutan di wajahnya mulai menghilang.     

Luca mengambil sendok dan mulai menyuapkan bubur kepada Liviu sementara ia juga memakan sarapan paginya. Ia tidak menyadari Liviu yang sesekali melirik wajahnya, seperti ingin menanyakan sesuatu….     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.