Hilangnya Dua Orang dari Dua Kaum
Hilangnya Dua Orang dari Dua Kaum
"Kau belum tidur?" tanyanya ketika menemukan Steve yang masih duduk di dekat lampu minyak. Di kedua tangannya, terdapat benang dan benda bulat kecil dari kayu yang memiliki lubang di bagian tengahnya – ia sedang berusaha memasukkan benang itu ke dalam lubang pada benda bulat itu sedangkan, di sepanjang benang, sudah terdapat sejumlah benda bulat identik yang terikat dan dibentuk menjadi bunga kecil.
Steve memiliki hobi dalam kerajinan tangan, jauh sebelum ia kehilangan penglihatannya. Menjahit, merajut, hingga membuat aksesoris seperti kalung dari manik-manik kayu – semuanya bisa ia lakukan dengan baik, begitu baik hingga setelah ia kehilangan penglihatan pun, walaupun sempat mengalami kesulitan di awal, ia tetap bisa melaksanakan hobinya ini.
Mendengar suara Alex, Steve menolehkan kepalanya sedikit. "Maaf. Apa aku membangunkan, Paman?"
Awalnya, Alex menggeleng kecil. Namun, tersadar bahwa Steve sudah tidak bisa melihat, ia berucap dengan suara serak akibat baru bangun tidur, "Tidak. Kau sedang membuat apa?"
"Hm?" Sudut bibir Steve terangkat tinggi dan dengan bersemangat menjawab, "Aku sedang membuatkan gelang pasangan untuk Luca dan Emilia." Memikirkan kedua temannya akan memiliki malam yang menyenangkan hari ini setelah penantian yang lama, senyum Steve semakin lebar dan penuh oleh kasih sayang.
Alex ikut tersenyum melihat keponakannya yang bersemangat, suatu momen yang cukup langka karena Steve pada dasarnya merupakan pria yang dingin.
"Oh ya, Paman, bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Apa?"
"Kemarin malam, mengapa Paman tidak pulang?"
Hening … tidak ada yang berucap membuat suasana di sekitar terasa lebih dingin dari biasanya. Steve tidak bisa melihat ekspresi wajah pamannya jadi ia hanya bisa menerka-nerka apa yang sedang terjadi dari instingnya.
'Apa aku menanyakan sesuatu yang tidak boleh kuketahui?' Tepat ketika ia berpikir begitu, ia mendengar tarikan napas dari pamannya. Sepertinya, Alex hendak menjawab.
Namun sayangnya, ucapannya disela oleh ketukan pada pintu kamar mereka. Ketukan itu terdengar sangat terburu-buru.
"Siapa?" tanya Alex ketika membuka pintu. Steve mengikutinya dari belakang, menajamkan telinganya untuk mengenali identitas pengetuk pintu.
"Steve! Paman Alex! Apakah Emilia ada di sini?!" Disela-sela napas yang berat dan pendek-pendek, pengetuk pintu itu bertanya dengan penuh kecemasan.
Dalam sekejap, Steve mengenali identitas pengetuk pintu itu yang merupakan Luca. Alisnya mengernyit dalam. "Ada apa dengan Emilia? Bukankah ia menunggumu di dalam kamar?"
Luca ingin menjelaskan tapi karena terlalu terburu-buru, ia tersedak ludahnya sendiri. Alex segera menenangkannya dan Steve memberikannya air terlebih dahulu.
Setelah sudah cukup tenang, Luca mulai menjelaskan bahwa sesuai janjinya, ia pergi ke kamar Emilia tepat tengah malam. Ketika ia sampai di sana, ia mengetuk beberapa kali tapi tidak ada yang menjawab.
Takut terjadi sesuatu dengan Emilia, Luca bermaksud mendobrak pintu. Belum sempat ia melakukannya, ia menemukan pintu kamar Emilia yang tidak terkunci sama sekali! Ketika Luca memasukinya, ruangan itu diterangi oleh lampu minyak. Namun, tidak ada tanda-tanda keberadaan Emilia di dalamnya.
"Setelah itu, aku segera berlari ke sini. Siapa tahu kalian tahu Emilia ke mana." Menyelesaikan ceritanya, Luca menatap kedua pria di hadapannya dengan penuh harap.
Akan tetapi, keduanya hanya bisa mempupuskan harapan Luca dengan gelengan.
"Sebenarnya, ke mana Emilia pergi?" gumam Luca yang semakin panik. Ia sudah akan berlari keluar untuk menanyakan rekannya yang lain tapi langsung dicegah Alex.
"Hari sudah malam, tidak baik mengganggu rekan-rekan kita yang sedang tidur. Mungkin saja Emilia menjadi gugup dan membutuhkan sedikit angin malam yang sejuk sebelum kembali ke kamarnya. Tunggulah di kamar Emilia dan beristirahatlah di sana untuk malam ini. Jika memang ia belum kembali hingga besok pagi, kami akan membantumu mencarinya, OK?"
Luca sebenarnya sangat keberatan. Ia punya firasat buruk mengenai hal ini tapi kata-kata Alex juga ada benarnya. Ia juga tidak ingin mengganggu rekannya yang akhirnya bisa beristirahat setelah bekerja sepanjang hari. Jadi, akhirnya, berusaha percaya bahwa Emilia hanya berjalan keluar sebentar, ia menyetujui usulan Alex.
Namun, keesokan harinya, Emilia belum juga kembali.
Alex dan Steve yang awalnya masih tenang dan berpikir positif pun tidak bisa lagi mempertahankannya. Mereka mulai cemas. Mereka memutuskan untuk berpencar dan bertanya kepada rekan incubus mereka.
Hasilnya tidaklah memberikan mereka semangat. Tidak ada yang melihat Emilia semalam.
Mereka mencari ke seluruh sudut kediaman yang bisa mereka masuki, tapi sosok Emilia tetap tidak ditemukan. Ketika mereka tidak tahu lagi harus mencari ke mana, tiba-tiba, dari dalam kediaman utama, keributan samar-samar terdengar.
Alex menghentikan salah satu penjaga half-beast yang lewat dan menanyakan apa yang sedang terjadi.
"Tuan Muda Artur menghilang. Kamarnya kosong dan beberapa barang pribadinya menghilang."
Alex mengernyit dalam ketika mendengar hal tersebut. Emilia juga menghilang di saat yang bersamaan. Apakah ini hanya kebetulan? Tapi ini terlalu aneh jika dibilang hanya sekedar kebetulan. Tidak hanya Alex, Steve dan Luca pun memikirkan hal yang sama.
Ketika mendengar yang hilang adalah Artur, firasat buruk Luca bahkan menjadi lebih kuat. Ada yang tidak beres dengan ini tapi Luca tidak ingin memikirkannya terlalu dalam, takut semuanya akan menjadi kenyataan.
Setelah berdiskusi singkat, Alex memutuskan untuk meminta salah satu petinggi klan rubah untuk bersedia bertemu dengannya. Saat itu, Ayah Artur terlalu kacau untuk berbicara dengan orang lain dan kesehatan Kepala Klan sedang buruk jadi Yuki yang akhirnya keluar untuk bertemu Alex.
Dengan tatapan tajam dan aura sedingin es, Yuki berucap, "Apa yang ingin kau katakan?"
Alex berlutut di atas tanah, tepat di perbatasan antara halaman dan beranda samping kediaman utama, menunduk dalam. "Salah satu dari rekan kami juga menghilang pada hari yang sama dengan Tuan Muda. Kami berpikir bahwa terdapat kemungkinan hilangnya keduanya ini saling terkait sehingga kami melaporkannya kepada Tuan." Setelah itu, Alex menceritakan semua yang ia ketahui dari Luca kemarin malam.
Yuki tidak berkomentar apa pun, merenungkan semua yang dikatakan Alex. Tidak ada jejak emosi yang muncul di wajah dinginnya.
Di sisi lain, di dalam ruangan, ayah Artur yang mendengar semuanya segera murka dan membuat spekulasi secara semena-mena. "Pasti gadis jalang itu yang menculik putraku! Cepat cari dan beri dia hukuman berat!" serunya seraya keluar dari dalam ruangan dengan ekspresi jijik.
Ekspresi wajah Steve dan Luca ikut memburuk.
Luca mengepalkan tangannya erat, kuku-kukunya tertancap kuat pada telapak tangan hingga buku-buku jarinya memutih, menahan dirinya dari menerjang majikannya itu. "Mohon maaf atas kelancangannya Tuan, tapi belum tentu rekan kami yang telah menculik putra Anda."
Mendengar itu, Ayah Artur semakin murka. "Maksudmu, putraku yang menculik gadis jalang itu?!"
Luca mengeratkan rahangnya, tidak menjawab, menandakan persetujuannya atas pertanyaan itu.
Ayah Artur semakin murka tapi Yuki yang masih berkepala dingin segera menghentikannya dengan menusuk area tertentu di leher pria itu. Ayah Artur segera jatuh ke atas lantai kayu, terkulai lemas. Matanya melotot pada Yuki dan mulutnya terbuka lebar, tapi tidak ada suara yang keluar dari sana.
"Tenanglah. Sebelum mereka ditemukan, tidak ada yang tahu siapa yang salah. Bisa saja keduanya diculik oleh orang lain."
Yuki menyuruh beberapa orang membawa Ayah Artur ke dalam ruangan lalu meminta detail mengenai Emilia kepada Alex sebelum memulai pencarian. Luca dan Alex memohon untuk diikutsertakan dalam proses pencarian yang akhirnya disetujui oleh Yuki setelah beberapa jam diserbu oleh permohonan tiada henti. Steve juga ingin ikut tapi karena ketidakmampuannya untuk melihat, sulit baginya untuk bergerak di area yang tidak ia kenal, jadi Alex dan Luca menghentikan niatnya tersebut.
Setelah membagi tugas, Yuki segera memerintahkan para penjaga untuk mulai mencari bersama Luca dan Alex. Mereka bertanya kepada keluarga samping klan rubah, klan-klan lain, hingga menuju area pasar gelap yang dipenuhi dengan kriminal.
Namun, mendapatkan petunjuk tidaklah mudah, apalagi hilangnya Emilia dan Artur, jika memang kasus keduanya memiliki hubungan, terjadi ketika tengah malam. Semua orang sudah masuk ke dalam rumah dan beristirahat, apa lagi setelah begadang untuk memandangi bulan purnama sehari sebelumnya.
Alhasil, setelah mencari hampir satu bulan, hanya ada petunjuk-petunjuk kecil yang tidak begitu bisa diandalkan. Namun, keberuntungan sepertinya masih belum meninggalkan mereka. Ketika bertemu dengan beberapa petani yang baru pulang dari ladang mereka di area Bukit Luito, salah satu dari petani itu bersaksi telah melihat sosok asing di kedalaman hutan. Awalnya ia mengira itu hanyalah halusinasi tapi setelah melihat sosok yang sama beberapa kali, ia berpikir mungkin sosok itu memang nyata.
Menurut petani itu, walaupun hanya sekilas, sosok itu terlihat asing dan pakaiannya terlihat cukup mewah. Tidak ada petani yang sekaya itu jadi seharusnya sosok itu tidak datang untuk bertani.
Setelah mendapat laporan ini, Yuki dan Ayah Artur beserta Luca dan Alex segera pergi menuju kaki bukit. Matahari sudah kembali ke tempat peristirahatannya ketika mereka sampai. Tanpa basa-basi lagi, mereka segera menaiki bukit, mengikuti arahan petani itu, berharap orang yang mereka cari benar-benar ada di ujung destinasi mereka.