Pria Mungil yang Terbuli
Pria Mungil yang Terbuli
Setiap kali ia berada di sana, ia pasti akan bertemu dengan half-beast mungil tersebut. Pria itu pasti datang dalam keadaan kotor dan sebagian besar memiliki luka di beberapa bagian tubuhnya.
Silver menjadi terbiasa membawa kotak P3K bersama dengannya dan walaupun hingga hampir satu bulan ia mengunjungi tempat itu, ia masih tidak mengetahui nama half-beast tersebut, pria itu membiarkan Silver mengobatinya.
Hampir tidak ada percakapan yang terjadi di antara mereka dan setelah diobati, half-beast itu akan langsung tidur. Namun, jantung Silver berdetak semakin kencang seiring berjalannya waktu.
Silver akhirnya menyadari bahwa ini yang namanya jatuh cinta dan hal ini membuatnya sedih ketika harus berpisah dengan pria itu dan tidak sabar menunggu hari esok di mana mereka bisa kembali bertemu.
"Aku pergi istirahat dulu," ujar Silver kepada Mugur yang sedang membantunya menyusun berkas-berkas laporan. Laporan yang perlu di susun sisa sedikit sehingga Mugur bisa mengurusnya sendiri.
Hari sudah siang dan tepat pada waktu dimana ia mulai berjalan menuju area terpencil itu. Mugur hampir bisa melihat bunga bertebaran di sekitar Silver.
'Apa aku berhalusinasi?' Mugur menggosok matanya. "Selamat beristirahat, Tuan."
Silver mengangguk kecil sebelum keluar dari ruangan. Mugur benar-benar merasa bisa melihat bunga-bunga itu lagi di sekitar sang Tuan.
'Belakangan ini, Tuan terlihat sangat bahagia ….' Tanpa sadar, Mugur tersenyum senang.
*****
Silver melangkah ringan sambil sesekali meloncat kecil. Mulutnya menyenandungkan lagu yang belakangan ini sedang hits dan sering diputar di speaker kantor polisi.
Jantungnya berdegup kencang, tidak sabar untuk bertemu half-beast itu lagi. 'Hari ini aku akan berusaha menanyakan namanya lagi,' putusnya.
Ia telah berusaha menanyakan nama pria mungil itu tapi pria itu selalu menghindar, enggan menjawab.
Walaupun begitu, Silver tidak mau menyerah tentunya. Ia ingin mengetahui nama pria yang ia cintai.
Siapa juga yang tidak ingin mengetahui nama gebetannya, bukan?
"Sialan! Kau akan mati hari ini!"
"Jalang!"
Samar-samar, Silver mendengar umpatan-umpatan kasar dari kejauhan. Dari situ, ia melihat beberapa sosok half-beast berlari dan jatuh dalam keadaan yang kacau. Tangan dan kaki mereka berayun lebar, terkadang mengenai seseorang yang lainnya, terkadang hanya menangkap udara kosong. Sepertinya terjadi perkelahian di sana.
Silver adalah seorang polisi yang menjaga keamanan Rumbell tapi ia sedang menyamar menjadi half-beast jadi tidak mungkin ia mengeluarkan identitas pengenalnya di sini untuk menghentikan mereka. Namun, ia juga tidak bisa membiarkan perkelahian itu berlanjut.
Sepertinya, orang-orang itu sedang mengeroyok satu orang yang tubuhnya jauh lebih mungil dari semua penyerangnya.
Silver jadi teringat half-beast harimau itu yang juga mungil dan selalu dalam keadaan kotor dan terluka. 'Apakah dia juga mengalami perkelahian seperti ini?'
Memikirkan itu semua membuat Silver tidak bisa berakting buta.
Dengan langkah besar, ia berlari menuju gerombolan itu.
"BERHENTI!" serunya seraya melayangkan satu tendangan pada perut salah satu penyerang.
"Woi! Siapa kau?!"
"JANGAN IKUT CAMPUR!"
Kedatangan sosok asing yang terjadi secara tiba-tiba membuat kerumunan tersebut semakin kacau. Walaupun Silver tidak bisa menggunakan sihir, ia tetap sangat kuat karena ia juga terlatih dalam bela diri.
Sosok mungil yang diserang itu pun ternyata sangat kuat. Ketika Silver membuat hampir setengah dari mereka pingsan, sosok mungil itu juga telah menyelesaikan sisanya.
"Kau tidak a—"
Kata-kata Silver tercekat ketika ia menoleh. Itulah untuk pertama kalinya, ia benar-benar mengamati wajah sosok mungil itu dan ternyata, bukan hanya mirip … sosok yang diserang itu benar-benar half-beast harimau yang selama ini ia temui di area terpencil!
Harimau itu menatapnya dengan alis berkerut dalam. Darah mengalir dari siku dan sudut mulutnya, mengotori pakaiannya yang sudah penuh debu.
Silver punya banyak pertanyaan mengenai apa yang sedang terjadi tapi sebelum itu, half-beast ini perlu diobati dulu.
Tanpa basa-basi, Silver menarik pelan lengan half-beast tersebut dan membawanya menuju area terpencil yang biasa. Tidak ia duga, half-beast itu tidak berkomentar atau memprotes. Ia hanya diam dan membiarkan Silver menuntunnya.
Silver melirik pria itu yang benar-benar terlalu tenang. Biasanya pria harimau itu setidaknya akan melontarkan beberapa kata sinis kepadanya.
'Apa lukanya terlalu parah?'
Setelah mengobati luka di tangan dan bibirnya, Silver bertanya sambil mengamati seluruh bagian tubuh pria itu dengan seksama. "Ada bagian yang terluka lagi?"
Half-beast itu tidak menjawab membuat Silver semakin cemas.
Silver mencondongkan wajahnya untuk melihat lebih jelas tapi pria mungil itu mendorongnya pergi setelah beberapa saat.
"Jangan bertindak seperti orang mesum."
Akhirnya pria itu berbicara. Silver merasa lega dan tersenyum senang. Ia tidak memperhatikan maupun keberatan dengan ucapan sinis pria itu.
Melihat senyuman bodoh di wajahnya, pria mungil itu mengernyit. "Mengapa kau tersenyum? Aku tidak memujimu."
Silver tidak menghiraukannya dan hanya tertawa kecil. Sudah lama sekali ia tidak tertawa hingga suara tawanya sendiri terasa asing di telinga.
Half-beast itu hanya bisa cemberut sembari menatap tajam Silver.
Keduanya tidak berbicara untuk beberapa saat, sibuk dengan pemikiran masing-masing ….
Setelah beberapa saat, half-beast itu – tumben sekali – membuka suara, "Kau … mengapa membantuku? Kau tidak tahu aku ini siapa?"
"Eh?" Silver mengerjap bingung.
Half-beast itu mengamati ekspresi wajah Silver dengan heran sekaligus kagum. "Kau benar-benar tidak tahu? Kau baru dari mana? Gua?"
Silver semakin tidak paham. 'Memangnya dia orang terkenal? Mungkin dia model? Atau artis?' Tapi kalau model atau artis, tidak mungkin dipukuli seperti itu.
Half-beast itu pada akhirnya yakin bahwa Silver benar-benar tidak mengenalinya. Padahal, tidak hanya anak seumurannya, mungkin half-beast tertua di desanya pun mengenalinya dengan baik.
"Kau pasti manusia gua," gumam pria itu tiba-tiba tertawa kecil. Ia tidak menyangka benar-benar ada half-beast seperti Silver ini.
Melihat senyuman pertama di wajah pria mungil itu yang tidak sinis maupun mengejek, Silver semakin terpesona. Matanya tidak dapat melepaskan wajah cantik yang indah itu.
Melihat semburat merah di wajah Silver, wajah half-beast itu tiba-tiba mendingin. Ia memalingkan wajahnya hingga Silver tidak dapat melihatnya. "Manusia gua juga akan memperlihatkan wajah yang sama dengan mereka semua. Hah …."
Silver mengerjap tidak paham. "Wajah seperti apa? Apa aku berekspresi tidak sopan dan membuatmu marah?"
Half-beast itu tidak menjawab tapi Silver sudah mengambil kesimpulan sendiri dan buru-buru meminta maaf.
"Senyumanmu sangat indah jadi aku tanpa sadar menatapmu begitu lama. Maafkan aku. Jika kau tidak suka itu, aku akan berusaha tidak menatapmu di masa depan."
"Tidak menatapku? Sama sekali?" Half-beast itu kembali menatap Silver. Satu alisnya terangkat heran.
Silver mengangguk kuat. "Jika kau menginginkannya!"
Half-beast itu tergoda untuk benar-benar meminta Silver melakukannya tapi melihat keseriusan anjing besar itu, pria mungil mengurungkan niatnya. Entah mengapa, ia sangat yakin Silver akan dengan mulus menepati janji dan itu tidak menyenangkan.
"Lupakan," gumam pria mungil seraya melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh.
Silver mengamati ekspresi half-beast itu, berusaha membaca perasaannya sekarang tapi tidak menemukan apa-apa sehingga ia pada akhirnya bertanya dengan hati-hati, "Kau tidak marah lagi?"
Half-beast itu tertegun sejenak melihat perilaku Silver yang sangat tulus dan lembut. Senyum menggoda menghiasi wajahnya. "Menurutmu?"
"I—itu … aku … tidak tahu." Kedua telinga Silver tertunduk lemas.
Half-beast itu kembali tertawa, kali ini lebih lebar dan keras.
"Kau sangat menarik. Baiklah! karena kau sudah membuat suasana hatiku membaik, aku akan memberikanmu kesempatan untuk memberikanku dua pertanyaan!"