This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Kekacauan menuju Kenikmatan (2)



Kekacauan menuju Kenikmatan (2)

Keran yang lepas membuat Mihai kembali kehilangan pegangannya tapi untungnya, Luca sudah berada di dekat dan berhasil menangkap pinggang Mihai sebelum kepalanya menghantam ujung bathtub. Seluruh tubuh mereka basah kuyup dan aliran air deras dari saluran air masih terus menghantam keduanya dengan ganas.     

Luca mengambil keran dari tangan Mihai lalu segera merekatkannya kembali pada saluran pipa. Akhirnya, hujan lokal di dalam kamar mandi berhenti bagaikan sebuah ilusi.     

Keduanya menghela napas lega.     

"Maafkan ak—"     

Mihai benar-benar menyesal karena lagi-lagi ia melakukan kekacauan karena emosinya yang tidak stabil. Namun, belum sempat ia mengucapkan seluruh permintaan maafnya, matanya menangkap tubuh indah nan seksi yang kali ini terpampang close up di depannya. Bagaikan itu tidak cukup, handuk yang menutupi tongkat di tengah kaki Luca entah sejak kapan terlepas dan benda itu langsung membakar mata Mihai.     

"Wuahhh!!" Darahnya mendidih hingga ke kepala. Dengan cepat, ia menutup bagian bawah tubuhnya yang sudah aktif dengan kedua tangan dan berusaha lari.     

Namun, kakinya masih tidak seimbang dan tangan Luca yang terlingkar di pinggangnya menguncinya di tempat.     

"Ja—jangan mendekat! Lepaskan aku dan pergi dulu!" Mihai benar-benar malu oleh kemesumannya sendiri. Ia berharap Luca segera keluar dan meninggalkannya sendiri untuk menenangkan diri terlebih dahulu.     

Tidak ia ketahui bahwa Luca melihat seluruh proses ketika benda Mihai berubah dari lemas menjadi semangat. Detak jantungnya yang biasanya tersembunyi samar-samar terdengar. Walaupun kulit wajahnya masih pucat dan dingin, sinar pink yang redup mulai terpancar pada matanya. Napasnya menjadi sedikit lebih panas dari biasanya, menggelitik wajah Mihai yang sudah merah padam.     

Mihai memejamkan matanya agar ia tidak terangsang lebih dari ini pada tubuh Luca dan menunggu. Ia bisa merasakan Luca yang menurunkan tubuhnya dengan pelan hingga Mihai kembali duduk di bathtub. Mihai segera menekuk lututnya dan merapatkan kedua kakinya. Kedua lengan Luca meninggalkan pinggang Mihai setelah ia sudah duduk dengan seimbang. Anehnya, Mihai mulai merasakan sedikit kehilangan tapi ia tidak ingin mati karena malu di sini jadi ia lega karena Luca sepertinya berkenan untuk mengikuti permintaannya.     

Kedua mata Mihai pelan-pelan terbuka tapi….     

"Nyaa!"     

Lidah basah bertekstur kasar tiba-tiba menyentuh lekukan lehernya diikuti dengan nafas panas.     

Mihai terbelalak lebar. Telinga dan ekornya berdiri tegak saking kagetnya.     

Luca yang ia kira sudah pergi ternyata masih ada di dalam bathtub tanpa terbalut apa pun dan sekarang, pria itu sedang melumat setiap inci lehernya. Kedua tangannya terulur pada sisi dinding bathtub yang menjadi sandaran Mihai, membuat pria harimau itu terperangkap di dalamnya.     

Desahan mulai kabur dari mulut Mihai. Bagian bawah perutnya seperti terlilit dan jari-jari kakinya menekuk, menahan desakan gairah pada bendanya.     

"Lu … ah!"     

Mihai berusaha mendorong Luca menjauh tapi bagaikan sebuah tong bocor, tangannya yang menempel pada dada Luca lemah tanpa energi.     

Luca bergerak naik ke wajah Mihai, mata mereka bertemu. Keduanya berpandangan satu sama lain, tanpa ada kata-kata yang terucap, tapi keduanya seperti mencapai sebuah kesepakatan mengenai apa yang mereka ingin ke depannya.     

Kedua bibir bersatu, melumat satu sama lain hingga keduanya kehilangan napas.     

Luca bergerak ke atas dan mulai bermain dengan telinga Mihai, meneroboskan lidah panasnya pada daun telinga yang lentur itu. Mihai tidak bisa menahan diri dan kembali mengeluarkan desahan demi desahan yang seksi.     

Tangan Luca bergerak menuju lutut Mihai yang masih tertutup rapat lalu menguaknya membuat Mihai sedikit memekik.     

"Jangan malu … perlihatkan semuanya kepadaku," desah Luca pada telinga Mihai dan saat itu juga, Mihai mencapai klimaksnya.     

Suara Luca yang rendah dan serak itu terlalu seksi dan menggoda hingga Mihai tidak bisa lagi menahan diri.     

Namun, mereka tidak berhenti di sana.     

Aroma manis feromon samar-samar menguar dari tubuh Mihai. Intensitasnya tidak begitu banyak karena Mihai tidak berada di masa kawinnya tapi cukup untuk membuat Luca tidak bisa berpikir jernih. Mihai yang telah terpapar oleh mata pink Luca juga tidak bisa lagi memikirkan apa pun.     

Ia hanya begitu mencintai pria di depannya dan menginginkan seluruhnya dari pria itu.     

Mata sayunya menatap leher Luca yang tepat di depannya. Jakun yang bergerak naik turun itu begitu menggoda hingga Mihai menjulurkan lidahnya, merangsang benda itu dengan tekstur kasar dan basah yang tidak tertahankan. Dari menjilat hingga melumat, Mihai meninggalkan begitu banyak tanda seperti yang dilakukan Luca pada lehernya.     

Luca membalasnya dengan terus merangsang telinga Mihai yang ternyata adalah area sensitif pria harimau itu. Kedua tangannya juga tidak menganggur dan mulai memainkan puting susu merah muda yang terlihat begitu lezat.     

Ia kemudian bergerak turun, melumat puting yang sesekali masih mengeluarkan cairan susu. Lidahnya begitu lihai menyusuri benda kecil itu hingga tidak membiarkan setetes susu kabur dari mulutnya.     

Tangannya dengan tidak sabar membelai perut Mihai lalu meremas batang yang sudah kembali bersemangat.     

"Aghh! Lu—ahh!" Mihai juga ikut meremas benda milik Luca yang semakin membesar, membuat ia merinding bahagia.     

Keduanya semakin tidak sabar. "Pegang ini," bisik Luca seraya menyatukan batang mereka dan membiarkan Mihai mengocok keduanya bersamaan dengan tangannya.     

Di sisi lain, Luca mengangkat tubuh Mihai hingga Mihai harus melingkarkan tangannya pada leher Luca agar tidak jatuh dan memanfaatkan air di sekitar mereka, Luca mulai memasukkan jarinya ke dalam lubang belakang Mihai yang masih ketat. Oleh karena tidak pada masa kawin, bagian belakangnya tidak mengeluarkan cairan yang banyak dan menjadi sulit untuk dimasuki sehingga harus dipersiapkan terlebih dahulu.     

Menyadari Luca berniat memasukkan bendanya, Mihai sedikit panik. "Luca … kondom…," gumamnya di tengah erangan yang tak henti-hentinya menggema.     

"Masa kawinmu belum datang … tidak masalah," gumam Luca.     

"Tap—ah!" Mihai ingin memprotes tapi Luca berhasil menemukan sisi nikmatnya membuat ia tidak bisa mengeluarkan apa pun selain teriakan nikmat.     

Luca menyadari keberatan Mihai dan memutuskan untuk berkompromi karena ia tidak ingin Mihai tidak bahagia dengan perlakuannya. "Aku tidak akan mengeluarkannya di dalam."     

Akhirnya Mihai setuju dengan itu.     

Luca mempercepat pekerjaannya dan ketika ia siap, ia membaringkan Mihai pada sisi dinding bathtub seraya mengangkat kedua kaki Mihai ke atas bahunya. Satu lengannya ia gunakan sebagai bantal untuk Mihai dan ia segera memasukkan benda miliknya.     

Mihai langsung melayang ke dalam kenikmatan. Erangan demi erangan nikmat semakin lama terdengar semakin keras, menggema bercampur dengan bunyi basah dua kulit yang saling berbenturan dengan ganas.     

Pergerakan Luca semakin cepat membuat pandangan Mihai menjadi kabur oleh air mata dan gairah. Kedua tangannya meremas bahu Luca, membenamkan kuku-kuku tajamnya pada kulit pucat tubuh kokoh itu.     

Pandangan Mihai tiba-tiba berubah putih dan cairan kental meluncur keluar dari benda miliknya. Luca juga dengan cepat mengeluarkan bendanya dan cairan kental banyak ikut meluncur mengotori area sekitar lubang Mihai.     

Tubuh Mihai berubah menjadi jeli dan mulai merosot ke dalam air. Luca dengan sigap menahannya dan memasukkan pria itu ke dalam pelukannya, membiarkan Mihai duduk di atas kakinya.     

Dada keduanya naik-turun karena nafas mereka yang ngos-ngosan. Kedua pasang mata kembali bertemu dan tanpa sadar, sudut bibir mereka terangkat. Wajah yang hanya berjarak beberapa sentimeter itu semakin mendekat, mata panas mereka terfokus pada bibir masing-masing seperti lapar oleh benda merah yang seksi itu.     

Sesuatu yang bergerak samar-samar memasuki sudut pandangan mereka membuat gerakan mereka berhenti.     

Sebuah peringatan muncul di otak mereka dan refleks keduanya menoleh.     

"Wuah!!" Mihai segera menjauh dari Luca. Luca juga bergerak menjauh dengan suka rela.     

Air di dalam bathtub mengalir keluar ke lantai karena pergerakan kasar yang begitu tiba-tiba.     

Berjarak satu meter dari mereka, terdapat Liviu dengan kedua sayap yang terus mengepak. Sepasang mata merahnya menatap lurus-lurus pada keduanya tanpa berkedip sekali pun.     

'Sejak kapan Livi ada di sini?!'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.