This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Pria Mungil yang Mempesona Hati Semua Orang



Pria Mungil yang Mempesona Hati Semua Orang

"Kau sangat menarik. Baiklah! karena kau sudah membuat suasana hatiku membaik, aku akan memberikanmu kesempatan untuk memberikanku dua pertanyaan!"     

Telinga Silver kembali tegak dalam sekejap mata. Ekornya mengibas ke sana kemari dengan bahagia. Kontras dengan hal tersebut, wajah Silver tidak memiliki ekspresi apapun.     

Half-beast itu diam-diam berpikir bahwa perilaku Silver cukup imut. Ia mulai sedikit tertarik dengan anjing besar ini.     

"Namamu?"     

"Namaku?" half-beast itu berpikir sebentar. Setelah menimbang-nimbang, ia akhirnya menjawab, "Forsythia."     

Itu adalah nama samaran. Half-beast itu, Asaka Viorel, belum bisa mempercayai pria ini sepenuhnya.     

Silver juga menyadari bahwa itu adalah nama samaran tapi ia tidak berkomentar. "Forsythia, mengapa kau diserang oleh orang-orang tadi? Dan kau juga selalu dalam keadaan kotor begini. Apa kau menyinggung seseorang?"     

"Hanya sisa satu pertanyaan. Itu tadi ada dua pertanyaan," komentar Viorel tapi ia tetap menjawab.     

"Orang bilang kecantikan adalah dosa."     

Viorel terlahir dengan wajah yang manis. Awalnya hanya begitu saja, tapi seiring berjalannya waktu, wajah yang hanya manis itu menjadi sangat cantik hingga dapat menyihir siapa saja yang melihatnya.     

Para half-beast tidak menyukai papanya – yang tentunya tidak Silver ketahui mengapa – tapi karena kecantikannya itu, semua orang tidak lagi menyinggung identitas keluarganya dan kebencian mereka. Semua itu terhapus dan ditulis ulang dengan satu kata 'Cinta.'     

Viorel tidak pernah bermaksud memikat seseorang dengan wajahnya tapi semakin bertumbuh dewasa, wajahnya itu menarik semakin banyak orang.     

Awalnya, ia hanya tanpa sadar menarik beberapa teman sekelas pembulinya yang hampir memperkosanya dan akhirnya dipukul hingga menjadi bubur – tentunya mereka tidak mati, tenang saja.     

Pada akhirnya, dengan alasan bahwa ia adalah jalang, para pembuli itu kembali membalaskan dendam kepadanya. Namun, mereka juga tidak menutupi keinginan mesum mereka kepada Viorel.     

Namun, Viorel tidak pernah tahu bahwa kekuatan wajahnya akan menyebar semakin jauh hingga ia berhasil memikat hampir semua pria half-beast di desa, baik itu yang sudah sangat tua hingga seumurannya, dari yang masih single hingga sudah menikah.     

Label 'jalang' yang awalnya hanya diberikan kepada dirinya untuk merusak namanya menjadi kenyataan. Ia ditatap jalang oleh semua orang terutama istri-istri yang suaminya jatuh cinta pada Viorel.     

Tidak ada yang pernah memikirkan bagaimana perasaan Viorel dan pertengkaran selalu terjadi di sekitarnya.     

Ia sudah muak dengan semua itu. Ia dituduh jalang, tidak tahu diri dengan menggoda suami orang bahkan teman sekelas bahkan terkadang anak kecil, padahal ia tidak pernah bermaksud melakukan itu.     

'Mereka yang sembarangan jatuh cinta kepadaku tapi aku yang disalahkan!'     

Sekitar dua tahun yang lalu, hampir puluhan rumah tangga hampir runtuh karena Viorel hingga akhirnya para petinggi memutuskan untuk menghukum Viorel tinggal di rumah selama satu bulan. Kemudian, setelah satu bulan, ia hanya diperbolehkan keluar untuk ke sekolah. Jika bukan untuk sekolah, ia harus tinggal di rumah.     

Namun, semua kasus sudah terjadi dan teman-teman sekelasnya yang membuli dirinya bertambah, bukan hanya yang haus akan tubuhnya tapi juga mereka yang marah dan dendam karena keluarganya hampir dirusak oleh Viorel.     

Pada akhirnya, sekolah pun bagaikan neraka baginya. Biasanya ia hanya bisa mengikuti kelas di jam pertama atau kedua kemudian pembulian sudah akan terjadi.     

Ia hanya bisa lari ke tempat terpencil ini untuk bersembunyi sampai jam sekolah habis lalu pulang.     

Setelah dua tahun melakukan hal yang sama, tempat terpencil ini sudah seperti rumah kedua baginya yang bisa memberikan kenyamanan.     

Viorel menatap pantulan langit pada permukaan sungai dengan perasaan yang bercampur aduk. Menceritakan ini membuat ia teringat kenangan masa lalu yang tidak ingin ia ingat kembali.     

Di sampingnya, Silver duduk diam dengan telinga dan ekor yang terkulai lemas. Secercah kemarahan terlukis di wajahnya. Kedua tangannya terkepal erat hingga gemetaran.     

"Maafkan aku. Perasaanku pasti sudah membuatmu tidak nyaman."     

Wajah Viorel kembali terangkat. Rasa terkejut terlukis jelas di wajahnya. "Perasaan? Perasaan apa yang kau maksud?" Ia pura-pura bingung tapi sebenarnya ia paham bahwa anjing besar ini juga mulai jatuh hati padanya.     

Tidak ia sangka akan ada saat di mana seseorang meminta maaf karena telah jatuh cinta padanya. Pengalaman yang begitu baru ini membuatnya tidak tahu harus berbuat apa.     

"Aku sudah membuatmu merasa tidak nyaman. Maafkan aku," ujar Silver lagi, mengulangi kata maaf untuk beberapa kali.     

"Baguslah kalau kau tahu."     

Telinga Silver terkulai semakin lemas. Jika ia tahu. Ia bersumpah tidak akan memperlihatkan perasaannya apapun yang terjadi. Namun, tidak ada gunanya menyesali apa yang sudah ia lakukan. Nasi sudah menjadi bubur.     

Mengangkat wajahnya, Silver menatap wajah Viorel lurus-lurus. "Kau sudah mengalami masa yang sangat sulit. Bagaimana bisa mereka menyalahkanmu. Memangnya salah memiliki wajah cantik? Mereka yang sembarangan jatuh cinta denganmu karena wajahmu tapi karena tidak bisa mendapatkanmu, mereka menyalahkanmu? Itu tidak masuk akal! Kau tidak bersalah sama sekali!"     

Setelah mengatakan semuanya, Silver kembali kesal. 'Mereka bahkan memanggilnya jalang. Mereka yang jalang!' Silver sudah lama tidak seemosional ini. Saking emosionalnya, ia memukul tanah berumput beberapa kali hingga kulit putih pucatnya kotor oleh tanah.     

Ia tidak menyadari perubahan ekspresi pada wajah Viorel.     

Viorel kembali terkejut. Sudah berapa kali ia dikejutkan hari ini oleh anjing besar itu.     

Ia tidak pernah menganggap dirinya salah apapun yang dikatakan sekelilingnya. Ia marah, kesal, dan frustrasi. Keluarganya pun sama. Akan tetapi, betapa kerasnya ia mengaumkan bahwa ia tidak bersalah, semua orang akan menunjuk jari mereka padanya, melemparinya batu, dan menuduhnya jalang.     

Viorel tidak pernah menyangka, anjing besar yang bukan siapa-siapanya ini akan mengatakan hal yang sama dengan keluarganya, membuat jantungnya yang dingin mulai menghangat dan berdetak lebih kencang. Samar-samar, semburat merah merona di kedua pipinya. Untungnya, langit sudah memancarkan warna jingga yang pekat, semakin menyamarkan warna merah itu.     

"Bodoh," gumam Viorel tapi tanpa nada yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, Silver merasa bisa mendengar tawa kecil.     

"Tapi … terima kasih," tambah Viorel tulus. Entah mengapa, ia merasa tidak sanggup menatap wajah Silver sehingga ia kembali memalingkan wajahnya.     

Di sisi lain, telinga Silver kembali berdiri tegak ketika mendengar dua kata itu. Ekornya melambai ke sana kemari dan senyum lebar melukis wajahnya yang dingin.     

"Tidak perlu berterima kasih karena itu memang kenyataan."     

Meskipun ia mengucapkan itu, tentu saja ia sangat bahagia karena jarang sekali seseorang berterima kasih kepadanya. Semua yang ia lakukan sering terlihat salah di mata banyak orang. Jadi, dua kata itu sangatlah berarti, apalagi diucapkan oleh orang yang menjadi cinta pertamanya.     

Rasanya seperti terangkat tinggi ke langit ….     

*****     

"Aku pulang." Viorel membuka pintu rumahnya dan langsung melempar tas yang hampir tidak berisi apapun ke lantai sembari melepas sepatu.     

"Kau sudah kembali? Ah! Mereka menyerangmu lagi?!" Melihat keadaan kacau adiknya, Cezar berkacak pinggang dengan jengkel. Dulu ia masih bisa membantu adiknya dan melindunginya dari pembulian yang terlalu berlebihan tapi sekarang, ia harus pulang pergi kota setiap hari untuk bekerja dan waktu yang ia miliki untuk tinggal di desa menjadi sedikit.     

Cezar mau mengambil kotak P3K ketika menyadari keanehan pada adiknya itu. Biasanya adiknya akan pulang dengan luka yang sudah mengering dan masih kotor. Namun, hari ini, ia pulang dengan luka yang sudah dibersihkan dan diobati.     

Sejak bekerja, Cezar jarang bisa pulang sebelum adiknya pulang sekolah. Kebetulan hari ini pekerjaannya lebih cepat selesai sehingga ia bisa kembali lebih awal jadi ia tidak tahu bahwa dalam sebulan ini, akan ada seseorang yang mengobati luka Viorel sebelum ia kembali ke rumah.     

"Kau mengobati lukamu sendiri? Tumben?" heran Cezar.     

"Mm," respon Viorel sembarangan. Namun, benaknya kembali mengingatkan dirinya pada Silver dan semburat merah samar-samar merona di wajahnya.     

Cezar tidak melewati perubahan di wajah Viorel itu dan matanya langsung berbinar senang. "Kau punya pacar? Siapa itu?!" serunya harap-harap cemas. Ia takut orang yang menjadi pacar Viorel merupakan bagian dari para brengsek yang mengejar-ngejar Viorel dan menuduhnya jalang. Tapi jika ada seseorang yang baik dan tulus kepada Viorel, Cezar akan sangat lega dan pastinya meminta orang itu menjaga Viorel sebaik mungkin.     

"Hah? Kau demam? Mana mungkin," tandas Viorel.     

"Kak Cezar! Kak Vio!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.