This is Your Baby, Mr. Incubus! [BL]

Benang Merah (1)



Benang Merah (1)

Alex menaiki jalanan bukit yang tidak rata dan menanjak, menatap penuh kecemasan terhadap Yuki yang berjalan di depannya dengan wajah pucat pasi. Ia dapat melihat bulir-bulir peluh mengalir jatuh membasahi kening Yuki membuat hatinya seperti ditusuk ribuan jarum.     

'Istriku baru saja melahirkan dan kalian sudah mempekerjakannya di tengah cuaca yang begitu dingin!' Teriaknya dalam hati tapi ia tidak bisa mengucapkannya membuat ia sangat stress hingga ingin menarik seluruh rambutnya.     

Ketika gedoran pintu yang begitu buru-buru dan penuh semangat itu terdengar, Yuki buru-buru bangun. Menahan seluruh kesakitan habis melahirkan, ia memindahkan bayi tersebut ke dalam dimensi spatialnya lalu menyuruh Alex keluar dari jendela menggunakan matanya.     

Alex ingin menolak tapi jika ia bersikeras, ia hanya akan membuat Yuki celaka.     

Dengan berat hati, Alex meloncat keluar dari jendela sementara Yuki, dengan bantuan Toma, merapikan pakaian tipisnya lalu membuka pintu.     

Berhati-hati mempertahankan wajahnya agar tetap dingin dan santai, Yuki bertanya, "Apa yang terjadi?"     

Meskipun begitu, peluh tetap mengotori dahinya bagaikan hujan. Untungnya, pelayan yang mengetuk pintunya itu terlalu bersemangat hingga tidak menyadari keanehan tersebut.     

Dengan mata berbinar, ia berseru, "Kami mendapatkan informasi yang bisa diandalkan mengenai keberadaan Tuan Muda! Tuan Besar menyuruh Anda untuk segera ke ruangannhya dan memberikan penilaian terhadap informasi ini!"     

Sejujur-jujurnya, Yuki ingin menolak. Tubuhnya lemas dan ia tidak tahu berapa banyak orang yang bisa ia kelabui mengenai keadaan tubuhnya sekarang.     

Akan tetapi, tidak mungkin ia menyerahkan penilaian ini kepada Shima maupun sang putra yang satunya tidak bisa diandalkan sementara yang satunya terguncang dalam keadaan mental.     

Pada akhirnya, Yuki mengangguk. Ketika pelayan itu tidak melihat, Yuki diam-diam menghela napas panjang.     

Informasi itu terbukti meyakinkan dan meragukan sang putra dapat memimpin tim pencarian, juga mengkhawatirkan keselamatan gadis malang yang terlibat dalam permasalahan sang Tuan Muda (sang putra sudah beberapa kali mengancam akan membunuh gadis itu) sehingga Yuki tidak punya pilihan lain untuk menyeret tubuhnya menaiki bukit. Oleh karena desakan sang putra, Yuki bahkan tidak punya waktu untuk mengubah pakaiannya menjadi yang lebih tebal dan akhirnya harus menahan gemetar dan gigi-giginya agar tidak terantuk satu sama lain karena kedinginan yang menusuk hingga ke tulang.     

Ia menyadari tatapan tidak setuju dari Alex tapi Yuki hanya bisa menutup mata.     

Selama menaiki bukit pun, ia bisa merasakan tatapan yang melekat pada punggungnya, menusuk hingga ke tulang. Ia juga menyadari Alex yang mengulurkan tangan, ingin menggapai Yuki tapi mengurungkan niatnya karena mereka tidak boleh terekspos di sini. Meskipun hatinya sakit karena telah membuat Alex khawatir tapi Yuki hanya bisa memasang wajah dingin dan terus maju.     

Tidak ia sangka, hasil dari pencarian mereka selama satu bulan penuh akan menjadi sesuatu yang sangat mengerikan, yang memaksa Yuki harus menyeret tubuhnya untuk bekerja lebih keras.     

Mereka menemukan Emilia dan Arthur, hidup, tapi tidak dalam keadaan yang waras. Yang pria tidak mau meninggalkan sang gadis, sementara si gadis tidak mau berada di dekat sang pria, menangis meraung-raung, penuh penderitaan.     

Tubuh gadis itu lebam-lebam. Perut bulat besar begitu mencolok di tengah tubuh ringkihnya.     

Untuk beberapa saat, Yuki tidak dapat mendengar suara di sekitarnya.     

Ia teringat akan ucapan Lauren dan dalam sekejap, ia memiliki sebuah dugaan yang menyakiti hatinya karena betapa kejamnya Lauren jika ia benar-benar melakukan semua ini untuk tujuan yang sesuai dengan dugaan miliknya.     

Di samping Yuki, sang putra meraung murka, menampar putra kesayangannya, kehilangan seluruh rasa kasih sayang yang masih menempel di matanya detik sebelumnya.     

Yuki pusing. Kekacauan membuat tubuhnya yang sudah lemah, semakin lemah lagi. Ia hampir jatuh tersungkur jika Toma tidak buru-buru menopangnya.     

Melihat sang putra benar-benar kehilangan kewarasannya, Yuki segera menusuk titik akupuntur sang putra, membuatnya pingsan lalu memberi perintah, "Bawa mereka kembali ke kediaman!"     

Memastikan Artur dan ayahnya telah di seret pergi, ia kembali menatap Luca yang mendekati gadis ringkih yang terus menangis meraung-raung itu.     

Jika dugaan Yuki benar, Lauren sepertinya melakukan sesuatu kepada Emilia dan Arthur, mendorong Arthur memerkosa gadis ini. 'Untuk apa?'     

Agar Luca memiliki kebencian terhadap half-beast. Itulah dugaan yang Yuki miliki.     

Selama ini, meskipun Luca tidak menyukai half-beast, tapi itu hanya sekedar ketidaksukaan biasa. Tidak ada niat untuk membunuh atau membalas dendam.     

Lauren mengatakan bahwa ia akan membuat Luca mau membantu rencananya.     

Membuat Emilia dalam keadaan yang mengerikan ini dengan menggunakan Arthur yang paling Luca benci memang akan memprovokasi kebencian Luca. Dan bayi itu ….     

Jika bayi yang lahir adalah mixed blood, pastinya gadis ini akan dalam bahaya dan itu hanya akan membuat keinginan Lauren semakin mungkin terkabul.     

Apa pun yang terjadi, semuanya hanya akan meningkatkan kebencian Luca. Pria ini akan sulit untuk dihentikan dan jika ia berkolusi dengan Lauren, dimensi ini dipastikan akan jatuh dalam kekacauan.     

'Tidak bisa dibiarkan. Aku harus melakukan sesuatu!'     

Komunikasi dengan dunia atas telah terputus sehingga kemungkinan besar dunia atas tidak dapat mengetahui keadaan sebenarnya yang sedang terjadi terhadap dimensi ini. Jika ia mengharapkan bala bantuan, dimensi ini akan dikuasai duluan oleh Lauren dan dijatuhkan dalam keadaan kacau.     

'Tapi aku harus bagaimana?'     

Ketika kepalanya pusing mencari solusi, sesuatu yang melayang di udara, panjang dan tipis, memasuki pandangan matanya.     

Ia terbelalak lebar.     

Suara seorang dewi cinta yang menjadi kenalannya di dunia atas terputar kembali di dalam benaknya.     

["Aku akan memberimu sebuah hadiah. Ketika kau jatuh dalam sebuah keadaan yang sangat sulit, ketika kau benar-benar dalam kegelapan, tidak tahu harus melakukan apa, hadiah ini akan membantumu."]     

Penjelasan yang diberikan dewi itu membuat Yuki tertegun.     

Dilemma menguasainya.     

'Tapi ….'     

Ia membutuhkan waktu lebih banyak untuk berpikir jadi ia memutuskan untuk membawa gadis itu kembali terlebih dahulu tapi sepertinya dunia ini tidak menghendaki keraguan di hatinya karena belum sempat mereka mengangkat tubuh gadis itu, bayi di dalam kandungannya telah berkontraksi!     

*****     

Malam itu, hujan badai melanda Kota Hanju.     

Petir meraung-raung, menggunakan kilat tajamnya untuk membelah cakrawala. Tetesan-tetesan air menghantam setiap benda di muka bumi tanpa ampun, siap merusak apa pun yang ia sentuh.     

Di tengah amukan alam, sebuah ruangan di tengah kediaman klan rubah jatuh dalam kesunyian. Suasananya begitu mencekam hingga cahaya lilin yang menerangi ruangan itu tidak berani bergoyang sedikit pun.     

Yuki duduk dengan wajah muram pada kursi tanpa sandaran. Di sampingnya, Toma tidak mengucapkan apa pun tapi matanya memiliki tanda tanya.     

Mereka baru saja pulang dari bukit. Meskipun begitu, Yuki tetap harus memaksa tubuh lemasnya untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di kediaman, melerai Arthur dan ayahnya, lalu melaporkan mengenai meninggalnya bayi yang dikandung Emilia.     

Ketika mendengar kabar itu, Arthur meraung histeris. Yuki tidak tahu apakah tuan muda ini akan mendapatkan kembali kewarasannya di masa depan. Sepertinya, Lauren sudah mengotak-atik otak Arthur hingga tidak dapat dikembalikan ke keadaan semula lagi.     

Barulah akhirnya, setelah semua orang bubar, Yuki dapat kembali ke kamarnya tapi hatinya berat.     

Setelah merenung beberapa saat, ia mengeluarkan sebuah jasad bayi yang terbungkus kain tebal, yang ia sembunyikan di dalam dimensinya, lalu memberikannya kepada Toma. "Bakar jasad ini dan tebar abunya di sungai setelah hujan telah reda."     

Akan tetapi, Toma tidak segera menerimanya. Pertanyaan yang tersangkut di dadanya tidak lagi dapat ia tampung dan segera meloncat keluar melalui mulutnya, "Mengapa Tuan memberikan bayi Tuan kepada gadis itu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.