Sebuah Pembahasan 2
Sebuah Pembahasan 2
"Kurasa tidak. Aku hanya merasa wilayahku sunyi dan sepi sangat tidak biasa. Namun untuk beberapa momen, wilayahku terasa sangat menyenangkan," jawab Raja Wedden.
Egara yang duduk di dekatnya hanya diam. Dia menundukkan pandangannya. Sekilas, dia kembali mengingat mimpinya yang telah terulang beberapa kali dan terasa sungguh nyata. Pria berambut panjang nan coklat itu lalu menatap putri Leidy, dia cukup terkejut karena rupanya wanita itu juga sedang menatapnya.
Egara segera menundukkan kepala dan kembali fokus pada Raja Wedden.
Semua orang di dalam ruangan nampak memperhatikan gerak gerik Egara yang terasa 'berbeda'. Terlihat menyimak, namun juga terlihat beberapa kali mengalihkan pandangan seolah sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.
Tao menyenggol lengan Ley, ia juga berbisik mengenai sikap Egara. Namun Ley segera menyuruhnya untuk diam, karena mereka sedang berada dalam sebuah pertemuan.
"Kudengar kau memiliki prajurit kepercayaan yang juga keturunan Elf. Apa itu benar, Raja Wedden?" ujar Raja Soutra kembali dengan senyumnya.
Egara sedikit memiringkan kepala, bertanya-tanya kenapa kabar mengenai dirinya cepat sekali diketahui oleh wilayah lain.
"Ah benar sekali. Dia adalah Egara. Seorang manusia namun memiliki darah Elf juga penyihir. Dia adalah mantan prajurit kerajaan Kegelapan. Dia benar-benar dapat diandalkan," uajr Raja Wedden memperkenalkan Egara pada seluruh tamunya.
Egara berdiri dan menundukkan kepala pada semuanya. Rambut panjangnya nan coklat tergerai menutupi sedikit wajahnya, namun tatapan matanya sangat tajam.
"Hebat sekali. Apa kau juga bisa melakukan sihir, Prajurit Egara?" tanya Raja Soutra yang sangat tertarik dengan sosok Egara.
"Tidak, Tuan. Aku hanya sedikit sensitive dengan energi yang ada di sekitarku. Maka dari itu aku dapat menjaga Raja Wedden dari apapun yang membahayakannya," jawab Egara.
"Wah luar biasa. Bisakah aku juga mendapatkan prajurit sepertimu? Haha kurasa aku akan merasa selalu aman dan tidak perlu khawatir tentang suatu apapun," ujar Raja Soutra lagi.
"Apakah kau hanya seorang diri?"
"Maaf?" Egara mencermati pertanyaan dari ayah Pangeran cantik.
"Maksudku, apakah hanya kau seorang diri yang merupakan Elf juga mantan prajurit kegelapan? Kukira ada banyak mantan prajurit kegelapan yang menjadi prajurit Raja Wedden," jelas raja Soutra.
"Ah … banyak, Tuan. Tapi akupun tidak tahu kenapa Raja memilihku untuk menjadi prajurit kepercayaan," ujar Egara datar.
Raja Wedden lalu tersenyum samar, dia hendak mengatakan sesuatu namun Raja Raddone segera menyela dengan pertanyaan yang membuat semua orang berpikir keras.
"Jika kau adalah mantan prajurit kegelapan, bukankah itu artinya kau adalah 'sisa' kegelapan? Lalu kau juga dapat merasakan energy di sekitarmu, itu artinya kau juga memiliki energy dalam dirimu? Apa kau bisa menjelaskan apakah energimu itu bertentangan atau cocok dengan energy Raja Wedden?" ujar Raja Raddone.
Tao membenarkan posisi duduknya dia sangat antusias dengan pertanyaan Raja Barwest yang mewakili rasa ingintahunya itu.
"Aku tidak tahu apakah aku 'sisa' kegelapan ataukah bukan. Namun sejauh ini, aku cocok dengan Raja," jawab Egara.
"Kau yakin kau tidak sedang berbohong dengan kami?" ujar Raja Raddone lagi.
"Bagaimana jika ternyata energy yang Lain, yang dimaksud oleh Raja Wedden itu adalah dirimu dan semua mantan prajurit kegelapan?" sambung Raja Gael yang kali ini setuju dengan Raja Raddone.
Wedden emnarik napas panjang, namun dia masih membiarkan Egara untuk menjawabnya sendiri.
"Aku … maksudku, kami. Kami tidak dapat melakukan apapun dengan 'sisa' kegelapan yang mungkin masih tertinggal dalam diri kami. Karena saat kami masih menjadi prajurit Kegelapanpun, kami hanya bergerak dengan segala peritnah dari Raja Kimanh tanpa keinginan dari diri kami yang sesungguhnya."
"Bagaimana dengan ini …." Raja Raddone tiba-tiba melemparkan belari Katar kearah Egara.
Zrp!
Belati itu mendarat dengan baik di genggaman Egara tepat di depan wajahnya. Hal itu membuat semua roang terkejut sekaligus kagum dengan ketepatan pria berambut panjang nan coklat itu menangkap.
"Cukup!" Raja Wedden segera berdiri seraya menjentikkan jemarinya, membuat semua roang dalam ruangan itu tidak dapat bergerak ataupun berbicara.
Huhh!
Raja Wedden kesal sekali dengan sikap para tamunya yang semakin lama semakin tidak terarah.
"Kau … pergilah ke ruang kesehatan!" perintah Raja Wedden pada Egara yang ia ijinkan untuk bergerak. Telapak tangannya dibasai oleh darahnya yang mengalir deras, Egara segera menundukkan kepala dan berterimakasih pada Rajanya.
Raja Wedden juga membiarkan Corea untuk membantu prajuritnya itu mengobati lukanya.
Raja Wedden meneguk minumannya untuk menenangkan diri. Dia lalu kembali menjentikkan jemarinya dan membairkan semua tamu kembali bergerak. Namun tidak satupun dari mereka yang berani mengucapkan kata-kata.
"Maafkan aku. Tapi aku meminta kalian kemari untuk membahas mengenai Energi yang Lain, bukan untuk menghakimi prajurit kepercayaanku," ujar Raja Wedden.
"Mengenai kekacauan di seluruh negeri Persei, aku merasa ini ada pengaruh dari energy itu. Namun juga mungkin memang bibit penjahat yang tumbuh diantara para penduduk. Tugas kita adalah menangkap dan membereskan semua penjahat. Lalu memerangi energy pengganggu apapun wujudnya." Wedden menatap satu per satu Raja yang ada di sekitarnya.
Raja Raddone menundukkan kepala, dia merasa malu sekaligus merasa bersalah dengan sikapnya terhadap prajurit kepercayaan Raja Wedden barusan.
"Apa kau juga memerintah kami untuk melenyapkan Energi yang Lain itu, Raja?" tanya Raseel yang mewakili para tamu yang masih diam.
"Tentu."
Hening sejenak.
"Kalian tangkap penjahatnya, lalu aku yang akan melenyapkannya," ujar Raja Wedden kembali menjawab pertanyaan tersirat para Raja.
"Tapi bagaimana jika …," kalimat Raja Gael belum selesai.
"Kurasa kita semua telah berpengalaman dalam melawan kekuatan sihir. Kita dapat membedakannya apapun itu wujudnya. Aku ingin, semuanya dimusnahkan seperti saat kita memusnahkan semua prajurit Kimanh." Raja Wedden kembali meminum minumannya.
Detik berikutnya, Raja Wedden lalu memberikan batu berlian putih pada semua Raja.
"Ini sihir yang mampu kusimpan. Jika batu ini bereaksi, mengeluarkan cahaya dan menyala terang maka ada energy lain yang ada di wilayah Kerajaan. Kuharap ini dapat membantu kalian," kata Raja Wedden.
Raja Gael yang sangat antusias. Dia jelas membutuhkannya karena dia tidak ingin ada penyusup lagi yang akan mencuri barang berharga miliknya.
Raja Raddone menrimanya dengan setengah hati, dia lalu meminta Famara untuk menyimpan untuknya. Wanita itu sangat menurut, sangat menguntungkan Raja Raddone yang tidak suka repot karena suatu hal.
Sementara Raja Utara. Beliau semula meminta Diya untuk menyimpan berlian itu, namun pangeran Ren melarangnya. Dia ingin sang ayah sendirilah yang menyimpan barang berharga itu karena bagaimanapun seluruh wilayah Utara adalah tanggung jawab beliay sebagai Raja.
"Aku berharap, ini tidak akan memicu peperangan. Hanya masalah kecil yang dapat kita bereskan dengan mudah," ujar Raja Wedden yang kali ini disetujui oleh semua Raja.
***