Hari Pengadilan di Kerajaan Timest
Hari Pengadilan di Kerajaan Timest
Pria botak itu menyandarkan kepala pada dinding dengan tatapan tajam yang dia edarkan ke seluruh ruangan. Sedang mencari-cari dimana kiranya sosok pemuda yang membuat hidupnya semakin berantakan.
Tidak ada luka di seluruh tubuh, namun kepala Vernon rupanya mengalami benturan hebat sehingga dia sering kesakitan dan seperti orang linglung sejak sadar dari tidur panjangnya.
Pria yang mengaku bernama Seredon sedang duduk bermain bersama kucing hitamnya. Sesekali melirik semua orang yang ada di sekitarnya. Sebagian besar dari mereka duduk dengan memeluk lutut mereka. Lantai tanah yang dingin menjadi alas dengan udara pengap mengelilingi.
Dari raut wajah, tidak semua tampak ketakutan. Bahkan diantaranya ada yang masih bergurau satu sama lain.
Seredon itu mehela napas panjang, dia lalu menggumamkan sebuah lagu samar dengan telus mengelus si kucing hitam.
"Payah. Kekayaan sebanayk itu, hilang?" gumamnya. Dia mendengar samar bisik-bisik dari anak buah Vernon yang lain yang menyebutkan kalau mereka dilucuti dan ketua mereka mendapat serangan hingga setengah gila.
Udara malam masih terasa dingin. Entah sudah berapa lama semua orang merasakan kegugupan menjelang hari eksekusi. Sudah dua hari mereka bahkan tidak diberikan makanan layak seperti sebelumnya.
Para prajurit kerajaan hanya sesekali mengecek keadaan para tawanan dan kembali keluar dan mengunci pintu utama.
"Semuanya aman?"
Terdengar suara raja Gael samar. Semua tahanan mengubah posisi mereka, seolah siap untuk menyambut kedatangan sang Raja Timur.
"Besok sebelum matahari terbit … mereka … segera …."
Suara percakapan yang terputus, terdengar samar dan membuat semua orang saling pandang.
"Sialan! Berhenti bicara diluar sana! Kemarilah kalian dan bicara di hadapanku!" teriak Vernon yang menggila.
Dia bangkit dari tempatnya duduk dan segera mendobrak-dobrak jeruji yang terkunci rantai.
"Kalian telah menyengsarakan masyarakat! Lalu kini merampasku dan hendak membunuhku?! Mari kita bertarung saja, Raja!" teriaknya lagi.
Suara seraknya nan berat memekakan pendengaran semua orang yang berada di dekatnya.
Hal itu tentu membuat suasana mulai hangat dan semakin panas saat seorang tahanan lainnya ikut berteriak menggila seperti Vernon.
Mereka tidak terima karena telah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka karena mereka selalu beranggapan kalau mereka melakukan kebaikan untuk warga.
"Meooww," si kucing hitam menggerakkan telinga lalu mengubah posisi tidurnya di dekat tubuh Seredon.
"Kau terganggu? Para pria sialan itu memang sangat berisik, bersabarlah sebentar lagi," bisik Seredon lirih.
"Penjahat merasa benar, berpura untuk benar dan menuntut kebenaran. Penjahat menjadi prajurit keamanan menegakkan kebenaran. Memang dunia seunik ini, Ming. Kurasa hanya kita yang konsisten menjadi amfibi yang dapat hidup di daratan sebagai penjahat lalu menyelam sebagai warga biasa yang lugu dan baik."
Seredon menikmati pertunjukkan ricuh di hadapannya. Menunggu hingga kapan tokoh utama akan muncul dan babak baru akan dimulai.
Tidak lama berselang, seseorang terdengar membuka kunci pintu utama. Vernon terdiam, semua orang kembali bersiap, pandangan mereka terarah pada pintu yang siap untuk terbuka.
Tuk tuk tuk!
Langkah kaki perlahan dan berwibawa dari seorang Raja Gael menggema ke seluruh ruangan.
Sempat hening untuk beberapa saat, seolah semua orang terpana dengan kehadiran sosok Raja yang berpenampilan sangat mencolok. Pakaian kebesarannya sangat kontras degan seluruh isi ruangan yang hanya rakyat biasa dengan tampang lusuh sama sekali tidak rapi.
"Hey, Raja Sialan! Mari kita bertarung saja!" teriak Vernon yang tersadar dari lamunan singkatnya.
Raja Gael menoleh dan menatap pria botak itu.
"Kau tidak berani berhadapan dengan kami, 'kan? Makanya kau memerintahkan prajurit untuk turun tangan!" teriak Vernon lagi.
Gael nampak mengerutkan dahinya, lalu dia tertawa samar. "Benar. Aku memang takut dengan kalian. Aku tidak mempunyai nyali," ujarnya.
"Mari bertarung saja! Jika aku kalah, maka kau boleh mengeksekusi mati diriku untuk pertama kali!" Vernon membentak sang Raja. Dahinya berkedut, cidera di kepalanya seolah melarangnya untuk melakukan banyak hal.
"Aku tidak suka bertarung dengan orang yang lemah. Maaf."
Vernon kesal, beberapa pencuri lain saling bergumam. Sebagian juga mengucapkan tantangan pada sang Raja hanya saja tidak nyaring.
"Aku memiliki sebuah penawaran terakhir yang bagus untuk kalian. Tapi itu jika kalian tidak ingin dieksekusi," ucap Raja Gael.
Sang Raja mengedarkan pandangannya, dia sempat bertukar pandang dengan Seredon sejenak.
"Katakan dimana kalian menyimpan semua harta jarahan kalian? Katakana siapa anggota kerajaan yang terlibat!"
Seredon tertarik dengan pertanyaan sang raja. Kalimat 'Anggota Kerajaan' membuatnya sedikit menyunggingkan senyum.
"Apa yang akan kalian lakukan jika kami mengakuinya sekarang?" ujar Seredon membuat semua orang segera menatapnya.
"Aku akan membebaskan kalian. Ah tidak. Aku akan menjadikan kalian tahanan kerajaan dengan menjadikan kalian pekerja. Kurang lebihnya begitu," jawab Raja Gael. "Kau akan mengakatan kebenaran?" tanyanya lagi.
"Tidak mengenai tempat penyimpanan harta karena aku bukan bagian dari mereka. Tapi kurasa aku mengetahui siapa anggota kerajaan yang terlibat," ujar Seredon. Dia masih dengan duduk santainya sambil mengelus Kiming si kucing hitam.
"Hey kau berandal! Diamlah! Kau tidak tahu apapun tentang kami!" sentak salah seorang anak buah Vernon yang memiliki lebam di mata kirinya.
"Kami kehilangan semua harta karena dijarah dengan tidak adil. Kami tidak dibantu oleh anggota kerajaan siapapun. Kami sudah mengatakan ini sejak awal," ujar pria itu lagi.
"Hey, kau masih ingin menutupi semuanya? Jangan bersikap dia akan menyelamatkan nyawa kalian karena telah kalian bela!" ucap Seredon. Dia menatap tajam pria lebam itu.
"Katakan apapun yang kau tahu, bocah!" sentak Raja Gael pada Seredon yang memancing keributan.
Semua orang kembali diam.
"Dia pajurit kepercayaanmu. Logne. Aku yakin dialah orang yang membantu mereka semua. Entah apa yang dijanjikan olehnya sehingga mereka semua berkenan untuk menutupi hal ini."
Raja Gael mengerutkan dahi, tatapannya semakin tajam pada Gael.
"Dia semula adalah perampok ulung, jauh sebelum dia menjadi salah satu dari prajuritmu. Dia adalah pimpinan dari para pecundang di desa. Tetapi aku tidak tahu kenapa dia bisa menjadi prajurit kerajaan pembela kebenaran padahal dia sangat buruk."
Kalimat Seredon sangat aneh terdenagr oleh Raja Gael. Namun kalimat itu membuat sebagian tersangka mehela napas panjang.
"Kau mengatakan kebenaran?" Tanya Raja Gael yang berjalan mendekat.
"Tentu."
"Kenapa selama ini kau diam?"
"Aku menikmati kepolosanmu sebagai Raja yang tidak dapat melihat sikap asli para prajuritmu," sahut Seredon. Ia berhasil membuat Raja Gael tersentak dan kesal.
"Kalau begiu, kau yang pertama akan dieksekusi!"
Ketegangan semakin terasa di ruang tahanan itu. Tidak ada satupun yang dapat menebak isi kepala Raja yang berdri di hadapan mereka saat ini.
***