Buntut Kecil yang Bergoyang di Kegelapan (2)
Buntut Kecil yang Bergoyang di Kegelapan (2)
Fei Yan benar-benar memutar matanya melihat Qiao Chu yang tak tahu malu dan terus mengejeknya, "Ketika saat itu tiba, siapa yang menginginkan tulang tuamu yang berderit? Itu hanya akan menjadi benda tak berguna."
"Kakak Hua akan akan senang menyimpannya kan! Betul? Kakak Hua?" Qiao Chu bertanya, menjilat Hua Yao dengan mata menggemaskan di wajahnya.
Hua Yao bahkan menolak untuk melihatnya.
Rong Ruo mengamati mereka berkelakar dengan tawa ringan dan mengulurkan tangannya untuk menawarkan ransum makanannya pada Fan Jin yang selama ini terdiam. Fan Jin memberikan Rong Ruo senyuman getir dan mengangguk berterima kasih, diam-diam iri dengan hubungan akrab yang dimiliki Qiao Chu dan teman-temannya. Ia tahu ia memiliki jalan yang berbeda dari para pria ini khususnya setelah semua insiden terkini yang telah mengguncang Akademi Angin Semilir, dan Fan Jin hanya merasa sangat malu dan bersalah pada Jun Wu Xie.
Jun Wu Xie masih terpaku dengan perasaan aneh tentang sesuatu yang tidak beres. Perasaan bahwa dirinya diawasi telah muncul lagi tetapi ia tak melihat bayangan yang melesat itu kali ini.
Dan situasi yang sama kembali muncul keesokan harinya. Jun Wu Xie dan timnya baru saja mengalahkan Binatang Roh kelas atas ketika perasaan itu menyelimutinya sekali lagi.
Kali ini, ia tak mencoba untuk mencarinya, tetapi diam-diam memanggil Ye Sha.
Namun, ketika Ye Sha datang kembali menemui mereka, Jun Wu Xie begitu terkejut.
Ia hanya melihat domba kecil bulat di tangan Ye Sha. Tubuhnya yang berbentuk bulat terlihat seperti bola salju yang halus. Dua tanduk mungil melingkar di atas kepala domba kecil itu, dan matanya yang bulat berkaca-kaca penuh air mata ketika menatap Jun Wu Xie.
"Ini adalah … Binatang Roh?" Qiao Chu menatap domba itu dengan mata membelalak. Ia melihat Binatang Roh mungil yang tak lebih besar dari kucing hitam kecil dan berpikir betapa indahnya dunia di mana ia hidup.
Qiao Chu mengulurkan jarinya untuk mencolek tubuh domba mungil itu dan sobat kecil itu gemetar.
"Mbeekkk~"
Mata Jun Wu Xie berkilat, tetapi ia tak bergerak.
"Binatang Roh ini mengikuti Nona Muda kita." Ye Sha berbicara.
"Hah? Aneh. Ini adalah Binatang Roh yang sangat kecil, pasti kelas rendah. Tingkat pertama? Untuk apa ia mengikuti Xie Kecil?" Sensasi halus dan lembut membuat Qiao Chu merasa nyaman dan ia menjambak bulu domba yang halus itu, mengusapnya dengan bersemangat.
Digenggam erat di tangan Ye Sha, empat kaki domba kecil menendang dan meronta tanpa henti tetapi domba itu tak dapat melepaskan diri dari cengkeraman Qiao Chu, dan hanya dapat mengembik tak berdaya Mbeekk~ Mbeekk~~".
"HAHAHA!" Qiao Chu terbawa suasana, dan mulai mendapatkan gambaran mengapa Jun Wu Xie sangat menyukai Rolly.
'DUG!'
Salah satu kaki domba mungil itu tiba-tiba menendang Qiao Chu tepat di batang hidungnya. Tapak kaki mungil namun keras itu telah meninggalkan bekas merah tepat di batang hidung Qiao Chu.
Qiao Chu tiba-tiba terdiam.
"Nona Muda, bagaimana kau ingin aku mengurus ini?" Ye Sha bertanya.
"Serahkan padaku." Jun Wu Xie mengulurkan tangannya. Kucing hitam kecil di pundaknya diam-diam menutup matanya dengan ekornya.
Ketika domba mungil itu berada di dalam tangan Jun Wu Xie, ia mengubah dirinya, dan mereka melihat bahkan perut bagian bawahnya dipenuhi dengan bulu putih yang halus dan itu benar-benar tampak seperti sebuah bola kristal putih.
"Mbeekkk~"
Mata Jun Wu Xie memicing, seraya ia melihat bola wol putih di tangannya, dan menarik napas.
Ia mencengkeramnya erat!
Menggosok bulunya yang lembut!
"Mbeekk! Mbeek!"
" …." Qiao Chu membuat yang lain tak dapat berkata-kata, dan suara tawa segera meledak di antara kawan-kawannya. Melihat domba kecil itu diremas, dibelai dan diacak-acak oleh Jun Wu Xie membuat mereka semua tertawa terbahak-bahak.
Membuat Binatang Roh kesal, hanya Jun Wu Xie yang mampu melakukan hal seperti itu.
Setelah Jun Wu Xie puas, ia berjongkok dan meletakkan domba mungil itu di tanah. Domba mungil itu masih pusing karena Jun Wu Xie yang terlalu bersemangat dan sedikit kehilangan keseimbangan. Domba itu mengguncang kepalanya untuk menghilangkan rasa pusingnya. Setelah ia menjernihkan pikirannya, domba itu berusaha untuk memutar kepalanya dan melihat ke belakang tubuhnya tetapi pandangannya terhalang dengan bulunya yang mengembang dan tak dapat melihat apa pun. Domba itu akhirnya tak memiliki pilihan lain dan ia mulai mengangkat keempat tapak kakinya sekaligus dan memutar dirinya perlahan sebelum ia menengadahkan kepalanya untuk melihat Jun Wu Xie.
"Mbeekkk~"