Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Tamparan Berurutan - Bentuk Kedua (1)



Tamparan Berurutan - Bentuk Kedua (1)

Di ketinggian pundak Rolly, Jun Wu Xie masih menikmati sentuhan lembut dan halus bulu tebal roh cincin ketika ia memicingkan matanya tiba-tiba. Angin ringan yang bertiup melewatinya membawa aroma darah yang samar tetapi pasti dan hal ini jelas-jelas mengganggunya!     

"Berhenti!" Jun Wu Xie tiba-tiba berkata.     

Tim itu langsung berhenti melangkah.     

"Ada apa?" Fan Jin bingung, khawatir.     

"Aku mencium bau darah." Jun Wu Xie menjawab, keningnya berkerut.     

"Binatang Roh?" Qiao Chu berbalik dan mengendus dengan hidungnya, tetapi ia tak mencium apa pun dan menyerah.     

"Darah manusia." Mata Jun Wu Xie memicing. Aromanya begitu samar dan jika mereka tak berjalan melawan arah angin, aroma itu tak akan mencapai hidung mereka. Karena fakta bahwa aroma itu terbawa angin dan sangat samar, Jun Wu Xie memperkirakan mereka masih jauh dari sumber aroma itu. Ia menatap ke atas dan melihat angin yang bertiup. Mereka tiba di perbatasan sebuah wilayah yang tidak ditandai di peta dan jika mereka terus berjalan lebih jauh, mereka akan melangkah ke luar batas area yang ditandai aman oleh Akademi Angin Semilir.     

Qiao Chu dan yang lain memutar mata mereka untuk melirik ke arah yang dilihat Jun Xie. Bagian hutan itu memiliki pepohonan dan tanaman yang lebih lebat dari area yang mereka lewati sebelum ini. Setiap pepohonan terlihat memiliki ketinggian lebih dari sepuluh meter dan cabangnya yang membentuk kanopi menutupi area yang mereka lihat sepenuhnya, membuatnya terlalu gelap untuk bisa dilihat dengan jelas apa yang lewat di antara pepohonan itu.     

"Itu berasal dari dalam sana?" Qiao Chu bertanya.     

Jun Wu Xie mengangguk.     

"Ayo kita lihat?" Qiao Chu bersemangat menemukan sesuatu untuk dikerjakan. Area yang ditandai oleh Akademi Angin Semilir kebanyakan hanya memiliki Binatang Roh tingkat bawah dan kurang menantang bagi mereka. Dan dengan sosok Rolly di tengah-tengah mereka, mereka bahkan tak berhasil bertemu dengan Binatang Roh level bawah. Jika keadaan terus seperti ini, Qiao Chu merasa ia akan mati bosan.     

Jun Wu Xie mengalihkan pandangannya pada Fan Jin. Ia tak memiliki tujuan lain masuk ke Hutan Pertempuran Roh selain memangsa target yang datang untuk mencari kematian mereka sendiri.     

Fan Jin terdiam beberapa saat sebelum ia berkata, "Area itu berada di pusat Hutan Pertempuran Roh, melampaui batas wilayah yang telah ditetapkan dan di dalamnya , bukan hanya Binatang Roh kelas tinggi yang berkeliaran, tetapi kau mungkin akan bertemu Binatang Roh kelas pelindung. Apakah kau yakin kau masuk ke sana?"     

"Binatang Roh kelas pelindung?" Qiao Chu bertanya sambil menaikkan alisnya.     

"Dikatakan bahwa Binatang Roh kelas pelindung sangat kuat dan bahkan pemilik roh spiritual level ungu harus lari dari mereka. Hingga saat ini, tak ada yang diketahui pernah sukses mengalahkan Binatang Roh kelas pelindung." Ketika Fan Jin menyebutkan Binatang Roh kelas pelindung, ia tak dapat menahan untuk tidak merasa takjub dan ketakutan menjalari hatinya.     

Binatang Roh kelas pelindung, itu adalah kelas atau peringkat yang belum pernah ada yang berani menantangnya.     

Qiao Chu sangat bersemangat untuk melihatnya, tetapi setelah mendengarkan peringatan Fan Jin, ia terlihat kurang bersemangat.     

Beberapa dari mereka mungkin dapat menggunakan metode luar biasa untuk memaksa kekuatan spiritual di dalam tubuh mereka mencapai roh level ungu, tetapi itu hanya untuk waktu singkat dan itu menguras banyak kekuatan spiritual mereka. Kecuali itu untuk menyelamatkan nyawa mereka sendiri atau kawan mereka, mereka lebih baik memilih untuk tidak menggunakannya.     

"Hmm, kurasa kita lebih baik melihat-lihat di tempat lain." Qiao Chu berkata dengan praktis. Walaupun ia tak tahu apakah Binatang Roh kelas pelindung menakutkan seperti apa yang dikatakan Fan Jin, tetapi ia tak mau menggunakan terlalu banyak kekuatan spiritualnya di tempat seperti ini.     

Namun, Jun Wu Xie masih menatap hutan lebat yang dipenuhi pepohonan tinggi dan ketika ia berputar, sosok yang compang-camping berlumuran darah berlari keluar dari pepohohan itu, dan menatap pakaiannya yang terkena noda darah, ternyata itu adalah seragam Akademi Angin Semilir!     

Sosok itu lari sekuat tenaga, wajahnya diselimuti teror, dan ia berteriak hingga paru-parunya sesak. Ia tersandung-sandung dan jatuh beberapa kali, berlari dan merangkak dalam pelarian, ke arah Fan Jin dan timnya.     

Mungkin karena syok, tetapi ketika murid itu melihat Fan Jin, yang mengenakan seragam Akademi Angin Semilir yang sama, ia mulai menangis dan berteriak meminta pertolongan sambil terus berlari menghampirinya.     

"Tolong! Tolong!" Seolah ia mengejar harapan terakhirnya, pemuda itu jatuh terjerembab di atas tanah di hadapan Fan Jin dan memohon sambil menarik ujung baju Fan Jin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.