Dokter Jenius: Si Nona Perut Hitam

Tamparan Berurutan - Bentuk Kedua (3)



Tamparan Berurutan - Bentuk Kedua (3)

Melakukan misi penyelamatan sama seperti memadamkan kebakaran dan Fan Jin tak berani mengulur waktu lebih lama lagi. Ia langsung bergerak dengan Jun Xie dan kawannya ke bagian pusat hutan menghadapi bahaya yang tak diketahui.     

Setelah Fei Yan melewati murid yang terluka, ia berhenti sesaat, dan memutar matanya kembali untuk melihat pemuda yang terengah-engah seraya bersandar di sebuah pohon. Pemuda itu menatap Fei Yan yang memandangnya dan ekspresinya membeku.     

"Sebuah kebetulan, kau juga berasal dari Divisi cabang." Fei Yan berseru sambil tersenyum dan menunjuk lencana giok yang disematkan di dada murid itu, dan ia melihat pemuda itu tiba-tiba rileks, dan tersenyum lebar sambil mengangguk.     

Fei Yan tidak mengatakan apa-apa lagi dan mengejar Hua Yao dan temannya yang lain.     

"Apa yang direncanakan Xie Kecil kali ini?" Fei Yan tanpa bersuara melompat ke sebelah Rong Ruo dan Rong Ruo berpaling melihatnya, meletakkan jarinya di bibirnya. Bibir Fei Yan tiba-tiba melengkung membentuk sebuah senyuman.     

Setelah melihat Jun Xie dan temannya memasuki hutan, murid yang bersandar di pohon memaksa diri untuk berdiri dan teror yang menghiasi wajahnya tiba-tiba kembali normal dan ia membuang dua cerawat yang diberikan Fan Jin padanya ke rumput yang tebal yang memenuhi area itu.     

Setelah memasuki bagian hutan itu, aroma darah yang lewat di hidung mereka menjadi semakin kuat, dan ekspresi Fan Jin menjadi semakin gelisah.     

Areanya terlihat sangat berbeda dari semua tempat yang sudah mereka jalani selama beberapa hari belakangan ini di dalam Hutan Pertempuran Roh. Pepohonannya lebih rapat dan sulit bagi mereka untuk bergerak di dalam, bahkan lebih sulit lagi bagi roh cincin raksasa seperti Rolly. Tidak memiliki pilihan lain, Jun Wu Xie meluncur turun dari pundak Rolly dan menyuruh Qiao Chu memulangkan Rolly ke dunia roh.     

Mengikuti jejak aroma darah yang kental, Jun Wu Xie dan kawan seregunya berjalan masuk ke kedalaman hutan. Lolongan Binatang Roh terdengar dari segala arah dan kanopi dedaunan yang lebat di atas mereka menghalangi masuknya sinar matahari. Walaupun itu siang hari, di bawah dedaunan lebat dari pohon-pohon yang tak terhitung banyaknya, suasananya sangat gelap. Ranting-ranting yang saling tumpang tindih menghalangi jalur di hadapan mereka dan Fan Jin mengeluarkan pedang pendek yang dibawanya, memotong dan menebas ranting itu untuk membuka jalan, membuka jalur baru di depan untuk teman-temannya.     

Jun Wu Xie dan yang lain mengikuti dengan sabar di belakangnya.     

Setelah menebas lapisan demi lapisan semak-semak berduri, kelompok kecil itu akhirnya tiba di sebuah tempat yang lebih terbuka. Semak-semak di area itu berantakan dan dahan patah memenuhi tanah di sekitarnya. Pepohonan tumbang tergeletak di tanah, sinar matahari sedikit masuk di area itu, menembus hutan yang lebat. Di atas daun-daun dan rumput yang menyelimuti tanah di tempat terbuka itu, jejak darah terlihat. Seraya mata mereka mengikuti jejak darah sampai ke sumbernya, mereka melihat lebih dari dua puluh murid mengenakan seragam Akademi Angin Semilir, tergeletak berserakan di tanah mengerang kesakitan. Luka-luka besar dan kecil memenuhi tubuh mereka dan mereka semua berlumuran darah.     

Jantung Fan Jin hampir lompat dan ia bergegas menghampiri mereka.     

Qiao Chu dan yang lain baru saja hendak mengikuti ketika Jun Wu Xie tiba-tiba mengangkat tangannya, menghentikan mereka.     

"Tunggu dan lihat." Mata Jun Wu Xie mengamati murid-murid yang tergeletak di area terbuka itu dan ia mengambil napas panjang, hampir merasakan aroma darah di udara, dan matanya menjadi gelap, tiba-tiba tergantikan dengan aura dingin.     

Qiao Chu dan yang lain menahan langkah mereka dan berdiri di samping Jun Wu Xie, menatap Fan Jin yang melangkah mendekati para murid yang terluka sendirian.     

Fan Jin menghampiri seorang pemuda yang berlumuran darah dan mengangkat tubuhnya sedikit, membersihkannya. Wajah murid itu berlumuran darah dan Fan Jin tak dapat melihat wajahnya dengan jelas.     

"Binatang Roh jenis apa yang kau temui? Apa yang terjadi di sini?" Fan Jin terlihat khawatir terhadap pemuda itu. Dua puluh pemuda itu terluka parah, Binatang Roh jenis apa yang dapat mengakibatkan kerusakan seperti ini?     

"Aku … aku tidak tahu … itu … itu bergerak terlalu cepat, kami tak sempat bereaksi, dan kami semua diserang tidak lama kemudian. Senior Fan, kau harus menyelamatkan kami." Pemuda itu berkata, tangannya meremas tangan Fan Jin begitu kuat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.